Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Berita Tempo Plus

Kedap-Kedip Seluler Azahari

16 November 2003 | 00.00 WIB

Kedap-Kedip Seluler Azahari
material-symbols:fullscreenPerbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

JEJAK Azahari, Noordin Mohammad Top, Ismail, dan Tohir diketahui dari gerak ponsel mereka. Empat sekawan ini ke mana-mana membawa telepon seluler. Seorang perwira di Markas Besar Kepolisian menuturkan bahwa sinyal telepon itu dipantau oleh para pemburu Azahari dari Mabes Polri lewat alat khusus, semacam telepon gengam yang mempunyai sistem deteksi seperti Global Positioning System (GPS), semacam sistem pendeteksi lokasi.

Dari pantauan itu diketahui bahwa, sebelum digerebek polisi di Bandung dua pekan lalu itu, sinyal telepon empat sekawan ini berkedip-kedip di Jakarta, Banten, Cirebon, dan beberapa kawasan di Kota Bandung. Sinyal itu kemudian lenyap di sekitar kawasan wisata Lembang. Perwira tadi menuturkan bahwa alat deteksi yang dimiliki polisi itu memang punya kelemahan. Jika para tersangka berada di daerah yang tidak ada sinyalnya, detak ponsel itu lenyap dari pantauan polisi.

Itu sebabnya, polisi menduga bahwa Azahari dan Noordin kabur ke Lembang, terus ke Serang dan Banten. Sebab, sinyal telepon mereka lenyap di sekitar daerah Lembang itu. Inilah daerah tempat ponsel mereka pernah berkedip.

1. Kawasan Cigadung, Kota Madya Bandung
Sejak awal Juli lalu, berkali-kali sinyal telepon Azahari dan kawan-kawannya menyala di kawasan ini. Hanya memang sulit melacak alamat persisnya. Belakangan baru diketahui bahwa saat itu mereka menempati dua kamar kos di Jalan Cigadung Timur.

2. Kawasan Pasar Minggu, Jakarta
Awal Agustus, dua sinyal telepon dari empat sekawan ini muncul di kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Susah juga melacak alamat persisnya. Belakangan baru diketahui bahwa mereka mengontrak sebuah rumah di Jalan Kemuning Raya, Pejaten Timur. Dari situlah mereka merencanakan peledakan Hotel JW Marriott, 5 Agustus lalu.

3. Kawasan Tamansari, Bandung
Akhir Agustus 2003, sinyal telepon empat sekawan ini berkedip di sekitar Jalan Tamansari Bandung. Susah melacak alamat pastinya. Belakangan diketahui bahwa saat itulah mereka pindah kos. Dari Cigadung ke Jalan Kebon Kembang, di rumah Endang Omo, 77 tahun, cuma sekitar seratus meter dari Jalan Tamansari.

4. Kawasan Setiabudi, Bandung
Awal September 2003, satu dari sinyal telepon itu berkedip di daerah Setiabudi, Bandung. Tapi cuma sebentar.

5. Dago, Bandung
Pertengahan September, satu dari sinyal itu terekam berada di kawasan Dago, Bandung. Tak jelas siapa yang berada di situ dan untuk keperluan apa.

6. Cirebon, Jawa Barat
Akhir Oktober 2003, salah satu sinyal telepon itu muncul di Cirebon, Jawa Barat. Sinyal itu lebih kuat setelah ada kontak dengan mertua Noordin Mohammad Top. Sinyal itu ternyata muncul dari ponsel Tohir dan Ismail, yang dibekuk polisi pada Rabu 29 Oktober 2003, di Kota Udang itu.

7. Lembang, Bandung
Setelah lolos dari gerebekan polisi di kos-kosannya, sinyal telepon Azahari masih berkedip di sekitar kawasan Lembang, lalu lenyap.

8. Kawasan Lembang, Bandung
Setelah heboh berita pengepungan kos-kosan di Kebon Kembang itu, polisi sempat menangkap sinyal telepon Azahari bergerak ke luar kota. Sinyal itu kemudian lenyap di Lembang, Bandung.


Saling-Silang di Kebon Kembang

Versi sumber TEMPO

  • Sumber TEMPO, yang adalah seorang perwira polisi, menuturkan bahwa Azahari dan Noordin M. Top sudah kabur dari kos-kosan itu sebelum polisi datang mengepung. Artinya, "Semua kisah pengepungan itu tidak benar adanya," kata sumber ini. Sebab, polisi di Bandung—apalagi ada tambahan dari Jakarta—kata sumber ini, cukup banyak untuk bisa menutup habis gang-gang di sekitar kos itu. Dengan kata lain, kalau memang Azahari ada di sana saat itu, tak mungkin bisa lolos.

  • Sumber yang paham soal bom-bom rakitan Azahari ini juga menuturkan bahwa Azhari tidak mungkin membawa bom itu ke mana-mana. Sebab, cara ini justru menyulit-kannya untuk me-nyamar.

    Versi resmi Polisi

  • Menurut Kepala Badan Reserse Kriminal Mabes Polri, Komisaris Jenderal Edwin Mappaseng, polisi sempat bersua dengan Azahari dan Noordin Mohammad Top. Polisi sesungguhnya bisa menembak kedua buruannya itu, tapi urung dilakukan, "Karena polisi melihat mereka memakai tas sandang seperti yang dipakai Ismail dan Tohir yang berisi bom," kata Mappaseng.

  • Mappaseng menjelaskan bahwa polisi menghindari timbulnya korban jiwa yang lebih besar di kawasan penduduk, walau penembak jitu sudah siap mengeksekusi. Di sekitar kos-kosan Azahari itu memang banyak gang kecil. Diduga, Azahari menyelinap lewat gang kecil di samping kiri kos itu, lalu kabur ke Jalan Kebon Bibit, Ciham-pelas, dan terus ke Lembang.

    Wenseslaus Manggut, Edy Budiyarso, dan Upiek Supriyatun(Bandung)

  • Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    slot-iklan-300x100

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    slot-iklan-300x600
    Image of Tempo
    Image of Tempo
    Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
    • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
    • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
    • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
    • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
    • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
    Lihat Benefit Lainnya

    close

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    slot-iklan-300x100
    Logo Tempo
    Unduh aplikasi Tempo
    download tempo from appstoredownload tempo from playstore
    Ikuti Media Sosial Kami
    © 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
    Beranda Harian Mingguan Tempo Plus