Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bisnis keluarga Aburizal Bakrie kena krisis. Berutang sekitar Rp 153,3 triliun, lebih dari separuhnya jatuh tempo tahun ini. Ini bukan yang pertama kali Bakrie terkena krisis, tapi grup itu selalu berhasil bangkit, bahkan meraksasa. Berikut ini rinciannya.
Saham Bakrie & Brothers (per 29 Juli 2016) | |
Publik | 63,91% |
Credit Suisse AG Singapore | 21,61% |
BNYM S/A Mackenzie Cundill Recovery FD-2039924282 | 9,34% |
Interventures Capital Pte Ltd | 5,14% |
Pertambangan
Rp 96,73 triliun
PT Bumi Resources Tbk
Laporan keuangan 31 Desember 2014
PT Darma Henwa Tbk
Laporan keuangan 30 Juni 2016
Telekomunikasi
Rp 5,57 triliun
PT Bakrie Telecom Tbk
Laporan keuangan 30 September 2015
Properti
Rp 4,9 triliun
PT Bakrieland Development Tbk
Laporan keuangan 30 September 2015
Minyak dan gas
Rp 15,07 triliun
PT Energi Mega Persada Tbk
Laporan keuangan 31 Maret 2016
Manufaktur dan infrastruktur
Rp 13,2 triliun
PT Bakrie & Brothers Tbk
Laporan keuangan 31 Desember 2015
Media
Rp 4,27 triliun
PT Visi Media Asia Tbk
Laporan keuangan 30 Juni 2016
Perkebunan
Rp 13,56 triliun
PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk
Laporan keuangan 31 Desember 2015
Gali Lubang Tutup Utang
- Tunda pembayaran
Pada 2009, Bakrie & Brothers memperpanjang masa jatuh tempo utang Rp 4,26 triliun dari 21 April 2009 ke 20 Januari 2012 dengan penerbitan surat utang. - Obligasi konversi
Pada 2008, Bakrie & Brothers Tbk, yang berutang US$ 1,1 miliar kepada Oddickson Finance di Virgin Islands, meminta Northstar Pacific Partners Limited menyelesaikan utang kepada Oddickson. Northstar membeli utang Bakrie & Brothers senilai US$ 575 juta. - Alihkan utang jadi saham
Pada 2001, Bakrie & Brothers merestrukturisasi utang US$ 1,086 miliar dengan mengalihkan 95 persen saham ke kreditor dan melepas saham keluarga dari 58,42 persen menjadi 2,92 persen. - Saham baru
Pada 2005, Bakrie & Brothers menerbitkan saham baru Rp 1,9 triliun untuk merestrukturisasi utang perusahaan pipa, ekspansi telekomunikasi, dan akuisisi perkebunan. - Gadaikan saham
Pada 2008, untuk mendapatkan pinjaman baru, Bakrie & Brothers menggadaikan 26,4 persen saham Bumi Resources, 31 persen saham Energi Mega Persada, serta 19,4 persen saham Bakrieland, Bakrie Plantations, dan Bakrie Telecom.
Nurhasim
Jatuh-Bangun Setelah Teluk Betung
1942
Achmad Bakrie, ayah Aburizal Bakrie, mendirikan CV Bakrie & Brothers di Teluk Betung, Lampung. Awalnya berbisnis hasil bumi dan keagenan, kemudian dikenal sebagai pionir produsen pipa baja.
1988
Aburizal Bakrie memimpin Grup Bakrie. Bakrie & Brothers masuk bursa dan mulai merambah sektor telekomunikasi. Dari penjualan saham 15 persen, Bakrie mendapat dana Rp 25 miliar. Tiga tahun kemudian, pendapatan perusahaan mencapai Rp 213 miliar.
1992
Bakrie mendirikan tiga "kapal induk": PT Bakrie & Brothers, Bakrie Nusantara Corporation, dan PT Bakrie Investindo. Tiga holding ini membawahkan unit usaha di bidang industri, manufaktur, telekomunikasi, agrobisnis, dan perdagangan.
1993
Grup Bakrie meluncurkan ANTV.
1998
KRISIS MONETER
Nilai tukar rupiah anjlok menjadi 17 ribu per dolar Amerika. Utang Bakrie & Brothers naik dari Rp 2,7 triliun menjadi Rp 9,7 triliun. Sahamnya tergerus dari 58 persen menjadi tinggal 2,5 persen. Bank Nusa Nasional ditutup. Keluarga Bakrie harus mengembalikan utang rekapitalisasi Rp 3 triliun ke negara dan menyerahkan aset-asetnya ke Badan Penyehatan Perbankan Nasional.
2003
Bakrie membeli PT Kaltim Prima Coal, perusahaan batu bara milik Rio Tinto dan British Petroleum, seharga Rp 7 triliun. Uang pembelian diperoleh dari kontraktor dan Credit Suisse First Boston. Bakrie kemudian untung besar dari batu bara.
2006
KRISIS LAPINDO
2007
2008
KRISIS SUBPRIME
2014
Bumi Resources berutang US$ 3,73 miliar atau sekitar Rp 44,77 triliun, terbesar kepada Country Forest Limited Facility milik China Investment Corporation (CIC), sebesar US$ 1,9 miliar dengan tingkat bunga 12 persen. Pada 2013 dan 2014 perseroan telah membayar masing-masing US$ 600 juta dan tahun berikutnya US$ 700 juta.
Sumber: Laporan Keuangan, bakrie-brothers.com, Aburizal Bakrie: Bisnis dan Pemikirannya, lainnya
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo