BUKA-BUKAAN masuk sekolah, kejujuran guru jadi masalah. Dan sebuah unjuk rasa meledak kecil-kecilan di SMA Negeri 4 Parakan, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Tak kurang dari kepala sekolah, Sunyoto, yang disergah murid-muridnya sendiri, tepat pada upacara bendera Senin pagi, awal Januari lalu. Begitu upacara selesai, berhamburanlah sejumlah siswa membentang spanduk dengan dasar kain putih dan tulisan hitam, yang berbunyi, "Kami Tak Suka Diktator, Kami Suka Keterbukaan." Lalu dimeriahkan oleh teriakan, "Ganti Kepala Sekolah." Suasana kian riuh setelah semua siswa-siswi sejumlah 492 itu tumplek ke lapangan. Salah satu pasal kerusuhan adalah musibah raibnya uang milik sekolah Rp 14 juta, yang disimpan di lemari besi, September tahun lalu. Kasusnya sudah dilaporkan ke Polres Temanggung. Sementara itu, di kalangan siswa beredar sas-sus bahwa uang itu bukannya hilang, tapi dipakai Sunyoto. "Saya pernah menjelaskan kepada pengurus OSIS, ketika kejadian itu saya sedang di Srondol, Semarang, mengikuti penataran," cerita Sunyoto kemudian kepada Slamet Subagyo dari TEMPO. Tapi suasana pagi itu memang telanjur gaduh dan panas. Sehingga, pihak sekolah minta bantuan aparat keamanan dari Polres dan Kodim Temanggung. Lewat satu jam keadaan reda. Tapi hari itu proses belajar ditiadakan, sementara Sunyoto membuka dialog dengan murid-muridnya. Para siswa menggugat ihwal keuangan sekolah, penggunaan uang OSIS, perpustakaan, dan pembelian komputer. Namun, keterangan Sunyoto dinilai para muridnya masih berselaput kabut. Mereka lalu mogok sekolah selama tiga hari. Bagi Sunyoto, sikap para muridnya itu dianggapnya mengandung hikmah. "Saya harap bisa mendorong pihak berwajib agar secepatnya mengungkap kasus hilangnya uang itu," ujarnya. Sampai cerita ini ditulis, belum diperoleh kabar siapa yang "menang" dalam berpacu jujur ini. Ed Zoelverdi
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini