Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
GULA
Harga gula diperkirakan masih bergejolak tahun depan. Pasokan dan permintaan tak seimbang. Produsen utama dunia, India dan Brasil, yang ambruk membuat pasokan seret. Brasil baru saja diguyur hujan berlebihan. Sebaliknya, India dilanda kekeringan. Akibatnya, pasokan global defisit 10 juta ton pada 2008-2009, terbesar sepanjang sejarah.
Rabobank memperkirakan defisit akan berlanjut tahun depan. Tapi volumenya susut menjadi 5 juta ton karena India dan Brasil masih sempoyongan. Pasokan dari negara produsen lain pun terbatas, tak seiring dengan perekonomian yang bergerak positif pada 2010. Diperkirakan, konsumsi gula dunia naik 1,5 persen. Hal ini dikhawatirkan bisa menekan stok dunia yang memicu volatilitas harga.
Analis Rabobank, Oscar Tjakra, meramal harga gula akan bergerak naik-turun di kisaran US$ 18-25 sen per pound hingga triwulan kedua tahun depan. "Secara rata-rata sekitar US$ 20 sen." Harga rata-rata November 2009 sebesar US$ 23 sen.
KOPI
Tiga bulan terakhir, suplai kopi arabika terbatas. Produksi Brasil, produsen kopi terbesar dunia, jeblok diguyur hujan. Tapi, menutup 2009, pasokan arabika negara itu diperkirakan akan naik dari 21,2 juta karung pada triwulan ketiga menjadi 31,5 juta karung pada triwulan keempat. Tiap karung berisi 60 kilogram.
Harga komoditas ini kemungkinan akan terkerek tahun depan. Ini dipicu pengumuman pemerintah Brasil yang akan mengurangi ekspor 10 juta karung kopi untuk mendongkrak harga. Ini merupakan bentuk dukungan terhadap pertumbuhan kopi domestik dan peningkatan pasar. Dampaknya terasa dalam enam bulan ke depan.
Direktur Jenderal Perkebunan Departemen Pertanian Achmad Manggabarani menargetkan produksi kopi nasional naik 1,4 persen pada 2010, dari 689 ribu ton menjadi 699 ribu ton. Area kebun diharapkan meluas dari 1,30 juta hektare menjadi 1,34 juta. "Tahun depan dianggarkan Rp 28 miliar untuk mengembangkan kopi spesial di 12 provinsi," katanya.
KEDELAI
Produksi kedelai Argentina-produsen terbesar dunia-diperkirakan akan mencapai 51,5 juta ton pada 2010, naik 61 persen dibanding 2009. Produsen lain, Brasil, tahun ini memasok 27,7 juta ton, susut 4,9 persen dibanding tahun lalu, karena hujan. Adapun konsumsi domestik stabil. Akibatnya, stok kedelai berkurang menjadi 2,5 juta ton, level terendah sejak 2005-2006.
Departemen Pertanian Amerika meramal hasil panen per unit luas Amerika akan mencapai 42,7 bushels per acre tahun depan, naik dari posisi saat ini 3,245 juta bushels. Tentu, ini akan mempengaruhi neraca kedelai AS. Produksi diperkirakan akan mencapai 3,270 juta bushels.
Rabobank memprediksi, stok akhir 2009-2010 sebesar 220 juta bushels, naik 110 juta bushels ketimbang tahun sebelumnya. Potensi peningkatan suplai tersebut diyakini menekan volatilitas harga.
GANDUM
Situasi fundamental gandum dunia diperkirakan masih berat tahun depan. Penjualan petani turun, sehingga stok menumpuk di gudang. Rabobank memprediksi perdagangan global turun 15,8 persen lebih pada 2009-2010.
Dampak permintaan yang belum pulih itu ialah meningkatnya stok. Rabobank memperkirakan stok akhir dunia akan naik 180 juta ton, dengan rasio penambahan 24 persen (2009-2010), naik dari 22 persen (2008-2009) . Persoalannya, gandum Laut Hitam mendominasi pergerakan harga pasar ekspor Afrika Utara dan Timur Tengah. Produksi mereka naik dari 27,9 juta ton (2008-2009) ke 33,75 juta ton (2009-2010). Pelemahan mata uang dolar membuat gandum Amerika lebih kompetitif di pasar regional. Produksi dari belahan bumi selatan, yang diharapkan menstabilkan harga, diperkirakan akan turun tahun depan.
KARET
Harga karet berjangka sedikit melemah, namun pasar fisik justru naik secara terbatas. Harga bahan baku di Asia dilanda cuaca buruk. Di Indonesia, praktis tidak ada guncangan sentimen pasar, kendati suplai bahan baku ketat. Hujan deras di Brasil dan kekeringan di India menyebabkan pasokan dunia terbatas. Harga bahan baku berkisar Rp 16.500 per kilogram di Sumatera Utara.
Konsumsi Dunia
  | 1988-1989 | 2009-2010 | % |
Populasi | 5,2 miliar | 6,8 miliar | 31 |
Gandum | 519,6 | 639,76 | 23 |
Minyak sawit | 9,25 | 44,44 | 380 |
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo