RSUP Sanglah, Denpasar, adalah rumah sakit rujukan tidak cuma untuk Bali, juga melayani pasien dari provinsi NTT dan NTB. Sejak dua tahun lalu di rumah sakit ini terbuka lowongan untuk penjaga ruangan berpendingin ukuran 10 x 15 meter. Di dalamnya ada 10 rak penyimpan mayat. Tiap hari biasanya berisi dan sering penuh. Haaa. Walau ada pelamar, toh setelah dicoba mereka mundur. "Kerja ini berat dan perlu mental baja," kata dr. Made Maker kepada Joko Daryanto dari TEMPO. Tugasnya, membersihkan mayat dan menungguinya malam hari sebelum ada keluarganya menjemput -- kalau jenazah itu jelas jati dirinya. Meski syaratnya lulus SD dan tak perlu mahir berbahasa asing, menurut Kepala Bagian Kamar Mayat RSUP itu, lamaran banyak dari lulusan SMA. Cuma, yang bertahan tetap seorang. Ia dinas sejak 1983. Yang lain paling banter tiga bulan. Itu pun bukan diusik pengalaman horor, melainkan urusan honor. Menurut seorang bekas petugas di sana yang kini menjadi satpam di sebuah hotel, "Sebulan imbalannya Rp 60 ribu, dengan status honorer." Diakuinya, honor satpam atau room boy kurang lebih sama. Juga ada yang lebih kecil, dan sama tanpa harapan diangkat menjadi pegawai tetap. Tapi, dibandingkan bergadang di kamar mayat, katanya, kerja di hotel menyenangkan. Maklum, di sini sering dapat tip. Dan kalau mujur bahkan bisa kencan dengan turis. Kerja di kamar mayat mau enjoy dengan siapa?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini