Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bogor - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menilai peningkatan volume air yang turun ke Jakarta bukan hanya disebabkan banyaknya bangunan di kawasan hulu, seperti Puncak, Bogor, Jawa Barat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Dalam sejarah, sejak 1920, volume air yang turun ke Jakarta meningkat karena hutan yang ada di sini beralih menjadi kebun teh. Jadi bukan hanya karena ada bangunan. Dan makin hari makin meningkat," kata Anies di Kebon Teh Gunung Mas, Cisarua, Bogor, Jawa Barat, pada Sabtu, 21 Oktober 2017.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Anies, adanya alih fungsi hutan menjadi kebun teh itulah yang membuat air tidak banyak diserap di hulu. Karena langsung mengalir ke sungai, Anies menilai hal itu yang membuat Jakarta menjadi banjir. "Dulu ketika masih hutan, maka penyerapan air tinggi. Dan ketika sekarang menjadi kebun teh, air cepat sekali mengalir," ujarnya.
Baca: Sejak 2012, Baru Gubernur Anies Ikut Acara Korpri DKI di Puncak
Penanganan masalah manajemen air, kata Anies Baswedan, harus dilakukan lintas wilayah. Menurut dia, hal itu harus dimulai dari hulu. Anies mengaku sudah pernah melihat paparan mengenai terobosan tentang solusi pembenahan masalah air. Namun ia enggan menjelaskan secara rinci karena Bogor merupakan kewenangan pemerintah Jawa Barat. "Tapi kami akan silaturahmi dan kerja sama dengan banyak hal," kata dia.
Banyaknya bangunan di kawasan Puncak, Bogor, sebelumnya dituding menjadi salah satu penyebab banjir di Jakarta. Sebab, bangunan liar dan sejumlah vila yang memadati kawasan Puncak membuat kawasan itu minim daerah resapan untuk menampung air hujan.
Pada tahun lalu, Pemerintah Kabupaten Bogor telah menggusur ratusan bangunan liar di wilayah Puncak. Selain karena menduduki tanah negara, penempatan bangunan membuat lalu lintas macet, seperti yang terjadi di kawasan Kampung Arab, Puncak.