IKAN ajaib bukan hanya dalam dongeng, rupanya. Dan orang di Sumatera Utara baru saja geger karena urusan ini. Syahdan, Suparno, 30 tahun, nelayan miskin warga Desa Bandar Tinggi, Simalungun, mendadak kaya kena tuah ikan yang diperolehnya di Sungai Pagar Nibung. Dalam bubunya menyelip seekor ikan sepanjang 25 cm dan berbintik hitam putih. Menurut Dinas Perikanan Sumatera Utara itu cuma ikan air tawar biasa. Suparno melepaskannya. Malamnya ia mimpi. Ikan itu menjelma sebagai putri cantik. "Kau rawat baik-baik ikan itu, asal jangan dipamerkan atau dikomersialkan," pesan si putri dalam rasian-nya. Pagi buta, awal September itu, ia menengok ke sungai. Benar. Ikan kemarin masuk lagi ke dalam bubunya. Di rumah, ikan itu ditaruhnya dalam akuarium yang dipajang di ruang depan. Sampai di situ, Suparno belum melanggar pesan si putri. Namun, ibarat mulut meriam yang bisa disumpal, mulut orang, ya, maklum sajalah. Maka, ikan Suparno segera jadi buah bibir, dengan bumbu: bisa menyembuhkan aneka penyakit, membuat enteng jodoh, murah rezeki, dan gampang dapat anak. Selangit, pokoknya. Selang sepuluh hari, sekitar rumah Suparno berdenyut jadi pasar kaget. Para Jiran buka warung penganan atau jual jeriken. Hari biasa, 500 sampai 1.000 orang mengalir dari Medan, Tebingtinggi, dan Pematangsiantar. Bahkan dari Aceh. Mereka antre menyauk air di rumah 4 x 6 meter itu. Ada yang segera meminumnya, membasuh muka, atau membarutkannya ke bagian tubuh yang sakit. Atau membawanya pulang dengan jeriken jualan tetangga Suparno tadi. Air berasal dari sumur yang ditimba para preman setempat sampai 3.000 liter per hari. Hari Minggu dan libur yang datang 3.000 sampai 5.000 orang. Jalan desa sesak oleh mobil. Anak muda mendadak menjadi tukang parkir. Sebelum pamit, para tamu menyalamkan uang ke tangan Suparno. Ada yang Rp 1.000, ada Rp 10.000. Dia panen sekitar Rp 25 juta, di luar jatah penjaga parkir atau tukang potret yang menjual foto ikan itu Rp 500 per lembar. Akan halnya si ikan -- meski sering terguncang -- tenang saja di sudut akuarium melirik tingkah-polah manusia. Atau kalau bisa ketawa, mungkin ikan itu bakal terbahak menyaksikan foto dirinya dituding palsu. Juga ketika ada ikan lain didapat Anip, tetangga di depan Suparno, divonis bahwa itu pun palsu. Pengunjung sempat terbelah dua karena sebagian ke rumah Anip. Sampai tiga hari kemudian turun perintah kepala desa, Ponirin, agar ikan Anip dibuang. Anip tak menggubris sekalipun tamunya menciut. Ia baru terkesiap tatkala ikannya tewas dipijat tangan jail, awal November lalu. Sejak itu, Anip dan keluarganya raib sampai kini. "Kami tidak tahu-menahu. Mengurusi tamu saja sudah repot," M. Nuh menangkis tuduhan dibilang iri pada Anip. Karena sebulan belakangan Suparno menghilang, salam tempel itu diurus M. Nuh, 50 tahun. "Dia memang menghindar," kata paman Suparno itu kepada Affan Bey Hutasuhut dari TEMPO. Adakah Suparno sedang berkelit dari peringatan putri dalam mimpinya tempo hari? Ed Zoelverdi
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini