BILA pasang naik air laut jatuh di tengah kemarau, ini isyarat buruk bagi penduduk Desa Buko. Masalah besar dan rutin akan muncul: air laut akan melimpas ke badan Sungai Kumpulan, sampai ratusan meter ke arah hulu. Maka, penduduk desa pesisir di Kecamatan Wedung, Demak, Jawa Tengah, itu harus rela kehilangan sumber air tawarnya, yang semata wayang, yang biasa dipakai mandi, memasak, mencuci, atau bertani. Namun, ancaman itu mungkin sekali akan segera lenyap. Sebuah bendungan, yang terbuat dari karet, sejak Senin pekan lalu membentang di muara Sungai Kumpulan. Ini satu-satunya dam karet di Indonesia. Pekan ini, bendungan itu mengalami uji coba tahap akhir. Jika tak ada halangan, dia akan diresmikan pemakaiannya Desember 1990 ini. Bendungan karet itu bentuknya lonjong seperti silinder, memanjang 42 meter dari ujung ke ujung, dan bagian tengahnya berongga, berisi udara. Badan kedua ujungnya menempel pada dinding tanggul. Tebal dinding karet itu 12 mm. Di saat air laut pasang, bendungan itu melar dan tubuhnya menghalangi pelimpasan air laut. Sebaliknya, jika terjadi banjir, air sungai meninggi, badan bendungan itu mengerut, untuk memberi kesempatan lebih banyak bagi air sungai mengalir ke laut. Volume udara dalam tubuh bendungan itu bisa diatur dari ruang kendali, yang berada di salah satu ujung. Proyek Buko ini bersifat uji coba. "Kalau nanti hasilnya dinilai bagus, teknologi ini akan diterapkan di kawasan sungai-sungai lain di Indonesia," kata Henny Purnomo, salah seorang pimpinan proyek itu. Tubuh bendungan karet itu dibuat perusahaan Rubber Dam Sumigate, Jepang. Harganya, termasuk pemasangan, kabarnya sekitar Rp 2,37 milyar. Bagi Sumigate, bendungan di Muara Sungai Kumpulan itu merupakan proyeknya yang ke-1.003. Bendungan karet itu dipasang duduk di atas fondasi batusemen. Tingginya 2,7 meter. Fondasinya sendiri tertanam di lantai muara. Dinding karet itu dibuat dalam tiga lapis. Bagian terluar dari bahan karet antilapuk. Di sebelahnya karet sintetis, dan sebelah dalamnya lagi berupa selapis bahan dari benang nilon. Kedap air. Kendati terkesan tebal, tubuh bendung itu lentur seperti ban dalam. Tinggi badan bendungan yang 2,7 meter itu disesuaikan dengan besarnya air pasang. Untuk kondisi di muara Kali Kumpulan tadi, "Tinggi air pasang maksimum tercatat 2,7 meter," tutur Henny Purnomo. Angka itu diukur dari lantai muara. Jadi, sebatas air pasang di bawah angka itu, dijamin tidak akan ada limpasan air laut ke tubuh sungai. Sebaliknya, dengan adanya bendungan karet itu, air sungai berkumpul di muara. Air sungai baru bisa melimpas ke laut bila telah melampaui elevasi yang lebih tinggi daripada tubuh bendungan. Namun, soal tinggi bendungan itu bukanlah harga mati karena tubuh bendungan itu sendiri bisa dikempiskan. Ada klep khusus untuk mengurangi volume udara di dalam tubuh bendung itu. Klep itu bekerja secara otomatis. Cara kerjanya: ada pipa berbentuk yang bisa diatur tingginya. Salah satu mulut pipa itu terpasang di pinggir bendungan, dan mulut yang lain ada dalam ruang kontrol, dan keduanya dibuat sama tinggi. Bila permukaan air di bendungan itu melampaui tinggi mulut pipa tadi, sejumlah air akan mengalir di sepanjang pipa tadi, mengikuti hukum bejana berhubungan. Di dalam ruang kontrol, limpasan air pipa itu ditampung dalam sebuah ember. Jika air dalam ember itu telah penuh sekitar 5-10 menit setelah air dam meninggi, ember akan jatuh ke bawah karena gravitasi. Gerakan itu dimanfaatkan untuk membuka klep pengempis. Selama permukaan air kali lebih tinggi daripada pipa pengukur itu, klep tadi akan terus-menerus terbuka sehingga tubuh bendung memendek, dan air sungai leluasa bergerak ke arah laut. Pengempisan besar-besaran itu terjadi pada saat terjadi banjir di Kali Kumpulan itu. "Agar air sungai tak menggenangi tempat di sekelilingnya," kata Henny Purnomo. Sebaliknya, jika aliran sungai menyusut dan air laut menunjukkan gelagat naik, udara dari sebuah kompresor dipompakan ke dalam tubuh bendungan itu, sampai dia menggembung dan pulih ke ketinggian normal. Apa yang bakal terjadi jika terjadi banjir besar dan pasang naik tinggi? Banjir besar Sungai Kumpulan tercatat sampai 3,5 meter. Sedangkan air pasang hanya 2,7 meter. "Banjir selalu lebih besar dari air pasang. Air laut tetap akan kalah, dan tak bisa menerobos ke sungai," kata Henny Purnomo. Pada kondisi seperti itu, tubuh bendungan tak perlu dikempiskan. Dam karet itu, selain ditanggung antibocor, juga bebas dari kemungkinan pengaratan. Material hanyutan dari Kali Kumpulan memang mendatangkan benturan keras. Namun, itu bisa diredam berkat kulit tubuh bendungan yang tebal dan lentur. "Bendungan ini bisa tahan 25-50 tahun," kata Henny optimistis. Bagi Ir. Soerjono, Dipl. H.E., ahli hidraulika di Universitas Diponegoro, Semarang, dam karet itu memang menjadi pilihan untuk menghadapi masalah pelimpasan air laut yang laten di daerah pesisir Indonesia. "Kejadian seperti itu banyak merusak pertanian penduduk, terutama di pesisir yang landai," ujarnya. Kehadiran dam itu tak cuma menghalangi masuknya air laut, melainkan juga menjadi semacam waduk untuk mengumpulkan air tawar di daerah muara. Untuk kondisi sungai-sungai Indonesia, terutama Jawa, yang debitnya menyurut drastis pada musim kemarau, "Dam karet itu terang diperlukan," tambahnya. Namun, satu hal lain tak bisa dihindarkan: sungai itu tertutup bagi lalu lintas air. Perahu, bahkan rakit sekalipun, tak bisa lewat. Nanik Ismiani dan Putut Tri Husodo
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini