Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Inilah Pilihan Investasi 2010

Beberapa portofolio tetap menarik di tahun Macan. Tidak ada kata terlambat untuk investasi.

30 November 2009 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Emas

DUA tahun berinvestasi, Yana Ariatna sudah mencicipi hasilnya. Dari emas batangan yang dimilikinya, dia bisa mendapat modal tambahan membangun rumah. Yana mengumpulkan emas sejak harga logam mulia itu Rp 188 ribu per gram. Ia membelinya tiap tiga-empat bulan, dengan besaran 10-15 gram. Total koleksinya pernah mencapai 250 gram. Saat sebagian koleksinya dilepas April lalu, harga emas menyentuh Rp 310 ribu per gram. Pekan lalu, harganya Rp 355 ribu per gram. Kini koleksinya tinggal 100 gram.

Perubahan harga itu membuat pria 35 tahun ini yakin emas merupakan sarana lindung nilai investasi yang paling aman. Itu sebabnya ia berencana menambah koleksi emasnya tahun depan. "Bila ada uang lebih, pasti beli," katanya. Meski harganya sudah tinggi, ia yakin tidak ada kata terlambat untuk investasi. "Apalagi bila investasinya jangka panjang, pasti tidak rugi," ujar konsultan bangunan ini.

Harga emas di pasar dunia memang berkilau. Pada Rabu pagi pekan lalu, harganya menembus US$ 1.175,55 per troy ounce. Naiknya harga ini terjadi karena produksi emas dunia terus merosot, sementara permintaan naik. Menurut Vincent Borg, juru bicara emas Barrick Gold, produksi emas turun sejak 2001, dari 85 juta ounce menjadi 75 juta ounce. Produksi itu diprediksi turun terus satu juta ton setiap tahun karena produsen sulit menemukan cadangan baru.

Di tengah minimnya produksi, bank sentral di dunia cenderung memperbesar porsi cadangan devisa dalam bentuk emas. Contohnya aksi bank sentral India memborong 200 ton emas dari Dana Moneter Internasional (IMF) bulan lalu senilai US$ 6,7 miliar. Penjualan itu hampir setengah dari 403,3 ton emas yang hendak dijual IMF dalam satu tahun ke depan. Di sisi lain, permintaan Cina juga meningkat. Negeri itu meminta 5.000 ton dan baru terpenuhi 1.500 ton.

Permintaan di pasar domestik juga meningkat. Menurut Tuti Kustiningsih, Vice President PT Antam Unit Bisnis Pengolahan dan Pemurnian Logam Mulia, penjualan emas hingga Oktober menembus 120 persen dari target sembilan ton. Pada akhir tahun, angka itu bisa mencapai 135 persen. Karena terbatasnya pasokan, Logam Mulia akan menurunkan penjualan 14 persen pada tahun depan.

Beberapa analis memprediksi harga emas bisa menembus US$ 1.200 per troy ounce. Bank of America-Merrill Lynch bahkan menaikkan proyeksi harga emas US$ 1.500 per troy ounce dalam 12-15 bulan ke depan. Menurut Tuti, bila kurs di kisaran Rp 9.400-9.600 per dolar Amerika Serikat, ada kemungkinan harga emas domestik mencapai Rp 400 ribu per gram.

Reksa Dana

DI mata Presiden Direktur Manulife Aset Manajemen Indonesia Denny Thaher, reksa dana saham diperkirakan kembali menyedot perhatian investor. Membaiknya situasi ekonomi-ditunjukkan oleh kinerja bursa saham-bakal menjadi pendorong manajer investasi mempertahankan bahkan memperbesar dana kelolaannya di reksa dana saham. Kisarannya, kata dia, bisa 60 persen. Sisanya terbagi pada produk reksa dana pasar uang dan campuran.

Tapi investor yang ingin masuk ke reksa dana saham harus berhati-hati. Sebab, nilai reksa dana saham sudah tinggi. Ruang gerak untuk naik terbatas. Bila baru membeli sekarang dan tujuannya investasinya jangka pendek, keuntungan yang diraih tidak akan besar. "Kalau cuma ingin menangguk untung 3-6 bulan ke depan, jangan main reksa dana saham," kata Ketua Asosiasi Perusahaan Pengelola Reksa Dana Indonesia Abiprayadi Riyanto.

Tapi itu bukan berarti waktunya tidak pas bila ingin membelinya sekarang. Tidak pernah ada kata terlambat untuk investasi. "Asalkan untuk jangka panjang, dan selalu disuntik bertahap," kata Abiprayadi. Menurut Direktur Utama PT Mandiri Manajemen Investasi itu, instrumen reksa dana, bila dipupuk pelan-pelan, bisa menjadi salah satu investasi yang mengalahkan inflasi jangka panjang.

Beberapa pengelola dana pensiun juga bakal mengurangi porsi dana di deposito, lalu mengalihkannya ke reksa dana. Ini menyusul keputusan para bankir memangkas bunga deposito menjadi tujuh persen dua pekan lalu.

Abiprayadi memperkirakan, di tengah ketidakpastian pemulihan ekonomi global, reksa dana terproteksi masih menarik pada tahun depan. Hal itu mendorong Mandiri Investasi menargetkan proporsi reksa dana seperti 2009, yakni 60 persen reksa dana terproteksi, 20 persen pasar uang, dan 18-20 persen saham. Sisanya reksa dana campuran.

Maraknya investor memburu reksa dana bisa mendorong nilai aktiva bersih reksa dana Rp 120 triliun pada akhir tahun. Beberapa manajer investasi optimistis industri reksa dana tahun depan tumbuh 20 persen.

Surat Utang Negara

BUAT para pengelola dana pensiun seperti Ali Gufron, surat utang negara masih lebih menarik ketimbang deposito atau Sertifikat Bank Indonesia. Itu sebabnya Direktur Utama Dana Pensiun Jasa Marga itu mengalokasikan dana kelolaan 70-75 persen di surat utang negara dan obligasi korporat. Sisanya tersebar di reksa dana dan pasar saham. Hanya sebagian kecil yang ditempatkan di deposito untuk menjaga likuiditas.

Untuk tahun depan, ia sudah mengalokasikan bujet Rp 100 miliar untuk membeli surat utang baru. Sebagian dana diambil dari surat utang yang bakal jatuh tempo tahun depan. Targetnya memperoleh imbal hasil 14 persen dan meningkatkan dana kelolaan hingga Rp 500 miliar.

Kepercayaan masyarakat terhadap surat utang negara, kata Adrian Rusmana, memang lagi meningkat. Terlebih animo terhadap pasar surat utang retail. Dulu investor hanya mau membeli surat utang negara bila selisih antara imbal hasil dan laju inflasi di atas enam persen. "Sekarang dikasih imbal hasil dengan selisih 4-5 persen di atas inflasi saja sudah cukup," kata Direktur Sucorinvest Central Gani itu.

Pada Oktober lalu, rata-rata imbal hasil surat utang negara mencapai 9,5 persen. Pasar surat utang ini diprediksi kian atraktif sejalan dengan kuatnya fundamental ekonomi domestik dan membaiknya rating obligasi pemerintah di pasar global. Rata-rata perdagangannya Rp 3,5 triliun per hari. Net-beli investor asing pada bulan itu Rp 8,4 triliun. Total kepemilikan asing di surat utang negara Rp 103,3 triliun.

Surat utang negara dengan denominasi rupiah, kata Rahmat Waluyanto, masih menarik di mata investor asing, karena memberikan keuntungan kapital yang tinggi dibanding surat utang negara lain. "Itu sebabnya SUN masuk kategori overweight, yang berarti layak dikoleksi," kata Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Departemen Keuangan itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus