Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Musim Bunga Kembali Merekah

Inflasi 2010 bakal melonjak. BI Rate akan naik lagi, bunga deposito ikut terkerek.

30 November 2009 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Direktur Utama Bank Mandiri Agus Martowardojo menyorongkan tangannya mengajak Muhammad Sulaeman Hidayat bersalaman di sela-sela National Summit, Kamis siang, Oktober lalu. Alih-alih menerima jabatan tangan, Menteri Perindustrian itu malah ”menampar” halus pipi kiri Agus. Dia gemas karena perbankan belum juga menurunkan bunga. Hidayat memang getol menyerukan perbankan agar menurunkan bunga kredit hingga maksimal 12 persen. ”Tanya dia tuh, mau tidak menurunkan bunga,” katanya sambil menunjuk sahabatnya itu. Agus yang ditunjuk buru-buru pergi sambil tersenyum.

Pada 2009, tingginya bunga kredit menjadi problem utama para pengusaha. Ketika Bank Indonesia memangkas BI Rate (bunga acuan) hingga tujuh kali dari 8,75 persen pada akhir 2008 menjadi 6,5 persen, bunga kredit betah bertengger di kisaran 15-18 persen. Baru dalam dua bulan terakhir ini bunga kredit turun. Itu pun setelah ada intervensi bank sentral yang mengajak 14 bank besar ”bersepakat” mematok bunga deposito 8 persen Oktober lalu.

Sebulan kemudian, 14 bank itu kembali menurunkan bunga deposito menjadi 7 persen. Hasilnya lumayan efektif. Beberapa bank ikut menurunkan bunga dari 11-13 persen menjadi sekitar 7 persen. Perlahan-lahan bunga kredit mulai turun. Menurut Deputi Gubernur Bank Indonesia Muliaman Hadad, saat ini rata-rata suku bunga kredit investasi 10-11 persen. Bahkan ada bank yang mau memberikan 9 persen.

Melihat gejala itu, pengusaha Hariyadi Sukamdani optimistis bunga deposito tahun depan bisa lebih rendah lagi. ”Bandar-bandarnya (pemilik dana besar) mendukung, tak meminta bunga tinggi,” ujarnya saat berdiskusi di Tempo belum lama ini. Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri Bidang Fiskal dan Moneter itu juga hakulyakin 14 bank tersebut akan menaati kesepakatan itu. ”Akan kami teriakin jika mereka melanggar,” ujarnya.

Menurut Direktur Bank Mega Kostaman Thayib, tingkat bunga deposito mugkin saja turun hingga 6,5 persen pada awal 2010. Tapi itu sulit terjadi karena Bank Indonesia menahan BI Rate di level 6,5 persen. Meskipun, kata dia, BI sebenarnya masih punya ruang untuk menurunkannya hingga 6 persen. Dia menduga BI mempertimbangkan inflasi pada 2010 sebesar 4,5-5 persen.

Walaupun demikian, kata Kostaman, tingkat bunga deposito masih akan berada di level 6,5 persen, tak akan melonjak lagi seperti 2009 hingga 12-13 persen. Konsekuensinya, rata-rata tingkat bunga kredit tahun depan akan berkisar 12,5-13 persen, lebih rendah dibanding rata-rata 2009 sebesar 15-18 persen.

Direktur Bank Rakyat Indonesia Sulaiman Arif sependapat dengan Kostaman. Laju inflasi, kata dia, akan naik tapi tetap di bawah 10 persen. ”Bunga deposito tak akan setinggi 2009,” katanya. Dengan biaya dana yang relatif rendah, bunga kredit tak akan naik tajam. BRI, menurut dia, akan mematok bunga kredit untuk usaha kecil dan menengah di level 13-14 persen. Bahkan masih bisa turun sedikit lagi.

Andaikan biaya dana naik, kata Sulaiman, BRI juga tak akan langsung menaikkan bunga kredit karena bisa mempertahankan margin bunga bersih (NIM) sekitar 9 persen. Bahkan NIM bisa turun sampai 8 persen karena 60.078 outlet BRI sudah dalam jaringan (online) dan bisa melakukan transaksi real time, sehingga ongkos operasional bisa ditekan. Dengan bunga kredit rendah, debitor BRI akan bertambah.

Tapi pengamat pasar modal Goei Siaw Hong mengingatkan, inflasi 2010 yang lebih tinggi akan mempengaruhi BI Rate. Setidaknya, penurunan BI Rate akan tertahan. Buntutnya, biaya dana akan naik lagi. Ekonom Bank Danamon Anton Gunawan sepakat. Tahun ini inflasi tidak normal karena sangat rendah. Tapi inflasi 2010 bisa melonjak dua kali lipat. Pemerintah dan BI, misalnya, memperkirakan inflasi 2010 sebesar 5-6 persen. ”Kami memprediksi inflasi 2010 sekitar 6,7 persen,” kata Anton.

Inflasi itu sudah memperhitungkan kenaikan tarif listrik 20 persen, kenaikan harga elpiji Rp 100 per kilogram per bulan, dan ada kemungkinan kenaikan harga bahan bakar minyak 10-15 persen. Pendapatnya sama dengan Goei bahwa tingginya inflasi 2010 akan membuat penurunan BI Rate tak berlanjut. Ini sejalan dengan kenaikan bunga global. Amerika, misalnya, akan menaikkan bunga pada pertengahan 2010. Australia malah sudah. Karena itu, kata Anton, BI Rate diprediksi naik menjadi 7,5 persen. ”Naiknya bertahap sampai akhir 2010.”

Selain itu, kata Anton, lantaran tahun depan perekonomian akan membaik, bank-bank berupaya meningkatkan kredit. Agar likuiditas tidak turun, mereka terpaksa mencari cara untuk menambah deposan mereka. Salah satunya dengan menawarkan bunga tinggi. Dengan kondisi ini, plus tingginya inflasi dan BI Rate, bunga de posito pun bisa terkerek sampai 8 persen. Walhasil, suku bunga kredit bisa kembali ke kisaran 12,5-14 persen.

Empat belas bank memang akan tetap melaksanakan kesepakatan bunga. Tapi, kata Anton, mereka akan mencari celah tanpa harus melanggar kesepakatan. Misalnya, membuat produk deposito yang dikaitkan dengan kredit. Korporasi yang menjadi debitor akan dikenai bunga rendah sebagai kompensasi atas bunga deposito yang rendah. Bank juga akan diam-diam memberikan voucher atau hadiah kepada penabung.

Dalam prakteknya, menurut Kostaman, memang sulit mengawasi perilaku bank. Dia mencontohkan upaya sebuah bank memberikan fee Rp 1 juta kepada nasabah besar yang menyimpan Rp 1 miliar. ”Itu sama saja memberikan tambahan bunga 1 persen,” ujarnya. Cara-cara seperti itulah yang bisa merusak harga. Perang bunga deposito bisa berkobar lagi.

Inflasi

Tahun%
200517,1
20066,6
20076,6
200811,1
20093*
20105-6*

*)perkiraan

Perkembangan BI Rate ( 2009)

Bulan%
Jan8,75
Feb8,25
Mar7,75
Apr7,50
Mei7,25
Jun7,00
Jul6,75
Agus6,50
Sep6,50
Okt6,50
Nov6,50

Kredit Tiga Kali Lipat

Tahun depan akan lebih baik dibanding 2009. Para pelaku ekonomi, praktisi perbankan, dan pengambil kebijakan yakin betul akan hal itu. Pasar domestik akan lebih bergairah, begitu pula pasar ekspor. Sektor riil akan terus bangkit. Ekonomi 2010 diprediksi tumbuh 5-5,5 persen. Industri perbankan pun bakal mendapat berkah. Setelah tahun ini babak-belur dengan pertumbuhan kredit hanya 7 persen, tahun depan kredit diperkirakan tumbuh tiga kali lipat. ”Kredit valuta asing akan naik tajam seiring dengan membaiknya pasar ekspor,” kata Ekonom Bank Danamon Anton Gunawan.

Direktur Bank Mega Kostaman Thayib juga yakin kredit akan naik signifikan. ”Bisa 20-24 persen.” Presiden Direktur PT DBS Indonesia Hendra Gunawan lebih optimitis lagi. Pertumbuhan kredit bisa mencapai 20-30 persen. ”Terutama di sektor riil dan perkebunan,” ujarnya. Segendang sepenarian, Deputi Gubernur Senior BI Darmin Nasution mengatakan, ”Kredit akan tumbuh 20 persen.” Untuk itu, bank sentral akan menjaga agar kondisi perbankan tahun depan tetap kondusif.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus