Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Intel di Kamar 607

24 Desember 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Siang itu matahari menikam kepala. Jumat 8 April 2005. Sejumlah penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi yang dipimpin Amien Sunaryadi check-in di Hotel Ibis, Jakarta Barat. Mereka memesan dua kamar besar. Sesudah menyodorkan uang sewa, mereka meluncur ke lantai enam. Dua kamar yang dipesan saling berhubungan.

Tiba di kamar 609 mereka langsung beraksi. Seperti kisah para telik sandi dalam film spionase: alat sadap dipantek di plafon, juga di sudut kamar. Jejak penyadapan ditutup rapi. Setelah beres, mereka bergegas ke kamar 607. Amien mengendalikan operasi dari kamar itu.

Dari kamar berkamera tersembunyi mereka bisa memantau seluruh gerak-gerik di kamar pertama. Setelah dicek berkali-kali, aksi pasang alat perekam itu rampung menjelang magrib.

Sesudah itu mereka menunggu. Sekitar pukul sembilan malam, Mulyana Wira Kusumah masuk kamar 609. Petinggi Komisi Pemilihan Umum (KPU) datang sendirian. Dia menenteng sebuah tas berukuran sedang.

Di situ Khairiansyah, seorang auditor Badan Pemeriksaan Keuangan(BPK), sudah menunggu. Keduanya bercakap sebentar. Lalu Mulyana menyerahkan uang dan cek. Empat lembar cek dijejerkan di atas tempat tidur. Di tengah transaksi itu, delapan penyidik KPK dari ruang 607 meluncur masuk. Mulyana dibekuk. Ia digelandang ke kantor KPK.

Mantan aktivis itu kemudian diseret ke pengadilan dan divonis penjara 2 tahun 7 bulan. Mulyana terbukti menyuap auditor BPK. Belakangan, ia juga dihukum karena melakukan korupsi pengadaan kotak suara pada Pemilihan Umum 2004. Pada Agustus 2007 dia dibebaskan.

Dari kasus Mulyana itu, penyidik membongkar kasus korupsi lain di komisi pemilu itu. Sejumlah petinggi KPU lalu masuk bui.

Amien juga berperan dalam pembongkaran korupsi Badan Urusan Logistik yang melibatkan direktur utamanya, Widjanarko Puspoyo.

Sebetulnya, sudah lama Amien mendapatkan dokumen kasus ini. Dokumen juga sudah diserahkannya kepada pimpinan KPK. Namun, kata Amien, selama tujuh bulan dokumen itu cuma terpendam.

Kesal karena laporannya tidak ditindaklanjuti, ”Saya serahkan saja dokumen itu kepada Pak Hendarman,” kata Amien. Jaksa Agung Hendarman Supanji sepakat untuk membongkar kasus itu asal Amien membantu. Anak muda itu mengangguk. Ia lalu mengirim sejumlah penyidik untuk membantu kejaksaan.

Di hari penggerebekan, para penyidik KPK anak buah Amien diberi rompi cokelat agar gayanya mirip penyidikan Kejaksaan Agung. Badge Kejaksaan baru ditempel dengan lem Aica Aibon menjelang penggerebekan. ”Mereka nyaris teler karena bau lem itu,” kata Amien sambil tertawa. Penyidikan itu kemudian sukses. Widjanarko masuk bui.

Amien sempat dimarahi koleganya di KPK lantaran berjalan sendiri, tapi Amien tenang saja. Katanya, ”Saya maklum mereka marah. Bagaimanapun, kasus ini terpendam terlalu lama.”

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus