Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Setelah absen pada 2020 dan 2021 akibat Pandemi Covid-19, Jakarta Fair atau disebut juga Pekan Raya Jakarta akhirnya digelar lagi tahun ini. Acara pameran terbesar di Asia Tenggara ini digelar tiap tahunnya sejak 1968 atau selama 52 tahun, kecuali 2 tahun terakhir.
Jakarta Fair dari Masa ke Masa
Kala itu acara ini disebut Djakarta Fair. Namun, sekitar tahun 1970-an namanya diganti menjadi Pekan Raya Jakarta. Alasannya, Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin mencoba mengurangi penggunaan bahasa asing. Nama itu akhirnya terus digunakan hingga 2003. Jakarta Fair diadakan selama satu bulan penuh dari Juni hingga Juli, untuk memperingati hari jadi kota Jakarta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dari 1968 sampai 1991, Jakarta Fair selalu dilangsungkan di Monumen Nasional atau Monas. Tetapi tahun-tahun berikutnya, acara ini dialihkan ke Jakarta International Expo di Kemayoran, Jakarta Pusat. Tahun ini, Jakarta Fair dijadwalkan berlangsung dari 9 Juni hingga 17 Juli mendatang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Acara ini diprakarsai oleh Syamsudin Mangan yang kala itu menjabat sebagai Ketua Kamar Dagang dan Industri atau Kadin. Haji Mangan, begitu sapaan karibnya, mengusulkan suatu ajang pameran besar. Tujuannya untuk meningkatkan pemasaran produksi dalam negeri yang kala itu mulai bangkit pasca G30S 1965. Usulan tersebut disampaikan kepada Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin pada 1967 dan disambut baik. Untuk merealisasikan ide itu, Pemerintah DKI Jakarta kemudian membentuk panitia sementara yang dipercayakan kepada Kadin. Sebagai yang punya ide, Haji Mangan ditunjuk menjadi ketua panitia.
Pekan Raya Jakarta (PRJ) di Lapangan Merdeka pada tahun 1981. Wikipedia
Pemerintah DKI Jakarta rupanya juga ingin membuat suatu pameran besar yang terpusat dan berlangsung lama di Jakarta. Kala itu Pemerintah DKI Jakarta ingin menyatukan berbagai “pasar malam” yang menyebar di sejumlah wilayah Jakarta, seperti Pasar Malam Gambir yang tiap tahun berlangsung di bekas Lapangan Ikada (kini Monas). Sebenarnya, Jakarta Fair sendiri memang salah satunya terinspirasi dari Pasar Malam Gambir ini.
Pemerintah DKI Jakarta juga mengeluarkan Peraturan Daerah atau Perda Nomor 8 tahun 1968. Adapun isi perda ini antara lain menetapkan Jakarta Fair sebagai agenda tetap tahunan. Acara ini akan diselenggarakan tiap tahunnya menjelang Hari Ulang Tahun Jakarta, yang jatuh tiap tanggal 22 Juni.
Perda ini juga mengatur tentang pembentukan Yayasan Penyelenggara Pameran dan Pekan Raya Jakarta. Adapun tugas yayasan ini bukan hanya menyelenggarakan PRJ saja, tetapi juga sebagai penyelenggara Arena Promosi dan Hiburan Jakarta (APHJ) yang dijadwalkan berlangsung sepanjang tahun.
Penyelenggaraan Jakarta Fair mengalami perkembangan dari tahun ke tahun. Pengunjung dan pesertanya terus bertambah. Dari yang semula sekadar pasar malam, kemudian berubah menjadi ajang pameran modern yang menampilkan berbagai produk. Areal yang digunakan juga bertambah. Semula hanya tujuh hektare di Kawasan Monas, kemudian semenjak dipindah ke Kawasan Kemayoran, Jakarta Pusat pada 1992, Jakarta Fair menempati area seluas 44 hektare.
Jakarta Fair pertama kali digelar pada 5 Juni hingga 20 Juli 1968 di Monas. Acara dibuka oleh Presiden Soeharto dengan melepas merpati pos. Jakarta Fair 1968 berlangsung sukses dengan pengunjung tidak kurang dari 1,4 juta orang. Acara yang digelar pun terbilang unik. Salah satunya adalah pemilihan Ratu Waria, yang diikuti oleh 151 peserta.
Jakarta Fair 1969 memecahkan rekor penyelenggaraan Jakarta Fair terlama karena memakan waktu 71 hari. Padahal Jakarta Fair umumnya berlangsung 30 hingga 35 hari. Spesialnya lagi, Presiden Amerika Serikat waktu itu Richard Nixon menyempatkan mampir ke Jakarta Fair 1969 kala berkunjung ke Indonesia.
HENDRIK KHOIRUL MUHID
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.