Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama punya cara baru mengurai kemacetan di Jembatan Semanggi, yang kini sudah tak kenal waktu. Cara itu adalah membangun jalan layang di atasnya sehingga tak ada pertemuan antara pengendara dari Gatot Subroto dan dari Jalan Sudirman di kolong jembatan, yang membuat lalu lintas tersendat.
Cara itu juga tak menguras kantong kas daerah. Ide membuat jembatan datang dari Kementerian Pekerjaan Umum. Karena fungsinya mengurai kemacetan, Basuki meminta mengambil alih proyek itu agar bisa lebih cepat. "Arus kendaraan di jalan yang sekarang sudah terlalu kusut," kata dia di Balai Kota, Kamis pekan lalu.
Dua ruas jalan layang berbentuk lingkaran itu akan mengelilingi jalan layang berbentuk daun semanggi yang dibangun pada 1961. Waktu itu, jembatan ini dibuat juga untuk mengurangi kemacetan di Jalan Sudirman ketika Gelora Bung Karno menjadi lokasi perhelatan Asian Games IV.
Jalan layang Semanggi diperkirakan akan selesai pada pertengahan 2017, setahun sebelum Jakarta menjadi tuan rumah Asian Games XVIII. Juru bicara Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah Metro Jaya, Ajun Komisaris Besar Ipung Purnomo, membenarkan semakin kusutnya kondisi lalu lintas di sekitar Semanggi. Kepadatan lalu lintas biasanya terjadi pada pagi dan sore hari. "Sekarang tak bisa diprediksi lagi, hampir setiap saat," kata dia.
Pada 2013, Ipung menjelaskan, laju kendaraan di sekitar Semanggi masih bisa dipacu hingga 30 kilometer per jam. Salah satu contohnya, di depan Plaza Semanggi. Kepadatan di titik itu berasal dari kendaraan dari arah Grogol, Jakarta Barat; kendaraan dari kolong Lingkar Semanggi yang akan menuju Cawang, Jakarta Timur; dan kendaraan yang antre di pintu tol atau hendak masuk ke Plaza Semanggi. Saat ini laju maksimalnya hanya 5-10 kilometer per jam.
Dari arah sebaliknya, titik kemacetan lain berada di depan kantor Direktorat Jenderal Pajak dan Markas Kepolisian Daerah Metro Jaya akibat antrean kendaraan di pintu keluar tol. Ipung mengatakan jalan layang bisa mengurangi beban kemacetan di ruas ini. Kepadatan kendaraan mengular hingga 10-15 kilometer dari Semanggi ke kawasan Cawang, Jakarta Timur, sebagai pintu masuk pengendara dari Bogor dan Bekasi; atau Tomang, Jakarta Barat, pintu masuk dari Tangerang.
Dengan skenario tak ada pertemuan kendaraan di dua ruas utama, kecepatan setelah ada jalan layang diharapkan menjadi 20 kilometer per jam. Kelak, kendaraan dari arah Grogol yang tadinya harus memutar di kolong Semanggi untuk menuju Blok M bisa langsung lewat jalan layang. Hal yang sama berlaku bagi kendaraan dari Cawang menuju Bundaran Hotel Indonesia. "Dengan begini, kepadatan akan berkurang signifikan," kata dia.
Kepala Dinas Perhubungan dan Transportasi Andri Yansyah mengatakan penambahan jalan masih diperlukan karena pertumbuhannya tak mampu menandingi peningkatan jumlah kendaraan bermotor. Kenaikan jumlah kendaraan bermotor mencapai 8,37 juta unit per tahun. Panjang jalan di Jakarta mencapai 6.936 kilometer, atau setara dengan 7 persen dari total luas wilayah. Idealnya, panjang jalan sekitar 12 persen dari luas wilayah. "Masih jauh kurangnya," kata dia.LINDA HAIRANI | BERITA TERKAIT - Halaman 22 Kompensasi Berbuah Jalan Layang
Proyeksi memecah kemacetan:
Jalan layang Semanggi membuat antrean kendaraan di depan Plaza Semanggi dan Markas Kepolisian daerah Metro Jaya langsung terpecah. Efeknya: kepadatan di kolong lingkar Semanggi juga berkurang.
1. Kendaraan dari arah Cawang menuju Bundaran Hotel Indonesia bisa mengambil jalur layang tanpa perlu memutar di kolong Semanggi.
2. Kendaraan dari arah Slipi menuju Blok M bisa mengambil jalur layang tanpa perlu memutar di kolong Semanggi.
Lingkaran Daun Semanggi
Jalan layang ini akan melayang di atas Jembatan Semanggi yang sekarang. Pintu masuk dan keluar akan menampung arah dari Jalan Gatot Subroto dan kedua arah Jalan Sudirman-dua ruas utama jalan protokol di Jakarta. Jalan layang Semanggi dibuat untuk mengurai kemacetan kendaraan yang kian kusut di jantung Jakarta ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo