Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Berita Tempo Plus

Jalan tol versi padang

Cukai parkir pemda padang selain menambah pemasukan juga membawa bencana. serda m. pane,23, mencelakakan penumpang oplet yang dipakai mengejar bis karena pelanggaran lalu lintas.

7 Agustus 1993 | 00.00 WIB

Jalan tol versi padang
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
URUSAN target lagi. Apa boleh buat. Maka, satu jalan didwifungsikan di Padang. Tujuannya, merebut Piala Wahanatata, penghargaan bagi tertib lalu lintas, dan menggelembungkan cukai parkir dari Rp 300 juta tahun lalu menjadi Rp 800 juta tahun ini. Caranya, jalan sekitar Pasaraya yang sempit itu dibelah, ya jalan umum, ya areal parkir. Dibuatlah dua pintu. Untuk kendaraan umum, bebas cukai. Untuk mobil pribadi, dikenakan pungutan parkir. Petugas parkir pun siaga di pintu masuk. Tak pandang bulu. Rp 100 bagi sepeda motor, Rp 200 untuk mobil. Hebatnya, yang cuma lewat pun dicukai juga. Sejak dioperasikan dua pekan lalu, jalan tol kecil-kecilan ini tak pernah sepi dari berita dan surat pembaca di koran setempat. Ada yang mengejek, ada yang mengeluh, ada yang bingung. Pihak kepolisian, yang merasa tidak diberi tahu, terpaksa bekerja ekstra karena rambu yang ada belum diganti. Masih tertancap di situ leter ''P'' dan ''S'' yang dicoret. Urusan pun jadi rancu. Lihat, misalnya, di Jalan Pasarbaru. Mulut jalan yang lebarnya kurang dari 10 meter, di satu pintu sering macet. Bus kota, taksi, opelet, dan bemo berebut penumpang. Puncaknya, suatu pagi akhir Juli barusan. Sersan Dua M. Pane, 23 tahun, bertugas di sana mandi keringat mondar-mandir menegur sopir agar tidak sembarang berhenti. Priit! Tapi sopir bus ''Patra'' itu tidak acuh. Pane menghampiri bus tersebut. Eh, dia malah tancap gas. Polisi ini pun mengejarnya. Sia-sia. Pane mencegat sebuah opelet. Sopirnya diperintahkan ke belakang, dan ia mengambil alih kemudi. Opelet dikebut. Penumpang berpekikan minta diturunkan. Tapi Pane tidak peduli. Di belokan Jalan Permindo, opelet merah ini mulai tak terkendali. Oleng. Kena trotoar Jalan Sam Ratulangi. Tergolek dia. Sementara itu, bus kota yang diburu lenyap. Pane pun lupa mencatat nomornya. Menyaksikan 12 penumpang luka bermandi darah, ia meneteskan air mata. Sebagian besar korban adalah mahasiswa IAIN Imam Bonjol. Yang agak parah, Kamek, 63 tahun, jari kaki kanannya nyaris hancur dan terpaksa diamputasi di Rumah Sakit Dr. Jamil, Padang. Kapolresta Padang Letnan Kolonel Nazwar Rismadi lalu mengunjungi korban sampai di rumah masing-masing. ''Saya mohon maaf sebesar-besarnya. Anggota yang bersalah itu pasti saya tindak,'' kata Nazwar. Ia menanggung biaya pengobatan, dan Pane dimasukkan sel hari itu juga. ''Kalau Pak Nazwar tidak mengurus kami, perkaranya tentu tidak selesai sampai di sini,'' kata Kamek waktu dijenguk Nazwar Rismadi. Meski timbul kejadian ganjil, pengurus Kota Padang tetap bergeming. Maklum, cukai parkir meningkat 200% sehari. ''Pemda akan jalan terus. Yang tidak bermaksud ke pasar dan keberatan bayar parkir, carilah jalan lain,'' ujar Wali Kota Zuyen Rais. ''Sebagai barang baru, wajar ada keluhan. Kalau sudah terbiasa, tak akan jadi masalah lagi,'' katanya kepada Fachrul Rasyid dari TEMPO. Ed Zoelverdi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus