Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SIANG yang tadinya terik perlahan melindap ketika kami mulai memasuki Berau. Anak sungai selebar 20 meter itu dipayungi pohon-pohon besar hutan Kayan Mentarang. Air mengalir tenang, hampir tanpa riak. Ketika motor tempel perahu dimatikan, kami bahkan bisa mendengar dedaunan bergesek—bagai bisik peri di rimba dongeng.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo