Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Nem, Mencari Tes Obyektif?

Tes masuk SMTP dan SMTA dihapus. Seleksi siswa dilakuakan hanya melalui nilai ebtanas. Nilai dan tes pilihan ganda ebtanas dipertanyakan. Di beberapa sekolah swasta tes psikologi masih dipakai.(pdk)

25 Mei 1985 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

AKHIRNYA siswa SMP juga dikatrol. Pengumuman hasil Ebtanas SMP - Rabu pekan lalu di beberapa provinsi, dan Sabtu pekan lalu di DKIJakarta - adalah hasil mengubah rumus juga. Bobot nilai ujian negara yang seharusnya dlberikan 3, rata-rata di semua provinsi diturunkan menjadi 0,5. Hanya untuk PMP, penghitungan nilai ijazah atau STTB (surat tanda tamat belajar), istilahnya sekarang, tetap. Tapi sebenarnya pengatrolan itu tak begitu berarti buat melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih lanjut. Sudah ditentukan sejak pagi bahwa tes masuk SMTA dan SMTP mulai tahun ini dihapus. Seleksi siswa baru dilakukan hanya dengan me-ranking nilai Ebtanas. Artinya, tak diperhitungkan sama sekali nilai ijazah, apalagi nilai rapor. Sebab, selama ini, seperti pernah dikatakan Menteri P & K Nugroho Notosusanto, angka rapor 8 di pelosok belum tentu sama dengan 8 di Bandung, misalnya. Dengan soal-soal ujian negara, diharapkan dicapai standar nilai, hingga angka 4 juga berarti 4 di tiap sekolah. Dan itu sebabnya, angka ujian ini disahkan sebagai alat seleksi masuk ke sekolah menengah, baik pertama maupun atas. Hingga pekan ini, mulai dibukanya pendaftaran masuk ke SMTA di beberapa daerah, belum terdengar sekolah yang mengajukan keberatan. Bahkan para kepala sekolah SMA menganggap, cara ini memudahkan mereka, juga menghemat biaya. Mereka tinggal membuat peringkat nilai-nilai yang masuk, lalu mengambil jumlah siswa yang diterima sesuai dengan daya tampung dari nilai teratas urut ke bawah. Ini memang hanya berlaku bagi sekolah negeri, tapi diharapkan sekolah swasta mengikutinya. "Saya akan mencoba memakai nilai Ebtanas sebagai dasar penerimaan siswa," kata Pater Drost, kepala SMA Kanisius Jakarta. Tapi di sekolah ini, dan di beberapa sekolah swasta lainnya di DKI Jakarta, dipakai juga tes psikologi. "Untuk memenuhi syarat intelektual minimal " kata Drost pula. Ini berarti, meski niiai ujian seorang calon siswa termasuk peringkat yang diterima, bila tes psikologi ternyata di bawah nilai yang diharapkan, calon bisa tak masuk. Bahkan SMA Fons Vitae, Jakarta, tetap mengharuskan calon siswa barunya menempuh tes masuk. Dua nilai, dari ujian dan dari tes, akan menjadi pertimbangan diterima tidaknya calon. Tampaknya, nilai ujian pun masih diragukan oleh sementara orang. Ebtanas, kata Drost, belum menguji kemampuan siswa memahami satu bidang studi. Sebabnya yakni bentuk soal yang pilihan ganda itu. Untuk soal Bahasa, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, dan Matematika, pilihan ganda menutup pemeriksa mengetahui jalan pikiran siswa. Sebab, siswa tinggal mencoret jawaban yang sudah disediakan. Di sini faktor kebetulan bisa ambil peranan. Bustomi, siswa SMA Kanisius, yang nilai ujian negaranya terbilang cukup, lebih menyukai tes esai. "Minimal jalan pikiran saya dihargai," katanya. Seorang siswi kelas III SMPN XII Jakarta, yang tak mau disebut namanya, mengatakan, "Bila jawaban dalam soal pilihan ganda meragukan semua, kami bisa kacau." Diambilnya contoh soal Ilmu Pengetahuan Alam Ebtanas SMP tahun lalu. Bila suatu daerah diserang hama, apa yang dilakukan para ilmuwan - ini soalnya. Jawaban yang dlsediakan: menemukan masalah, mengumpulkan data, mengadakan eksperimen, membuat keslmpulan. Tiga Jawaban pertama menurut siswi ini sama-sama masuk akal. Jadinya, ia bingung. Seandainya harus menjawab dengan uraian, ia bisa lebih mantap. Akib, guru fisika di SMPN XII Jakarta, punya usul. Bagaimana kalau soal Ebtanas dibagi dua jenis: pilihan ganda dan esai. "Ini lebih adil," katanya. Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan (BP3K) sendiri mengakui kritik itu. "Tes pilihan ganda memang tak bisa menelusuri proses berpikir," kata R. Ibrahim, kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Sistem Pendidikan BP3K. Tapi ia menunjukkan pula kelemahan tes esai, yang dalam satu ujian hanya bisa diberikan lima atau enam soal. "Jangkauan tes esai atau tes uraian itu terbatas," katanya. Selain itu, tes uraian membutuhkan waktu koreksian yang lama. Apalagi bila jumlah siswa banyak. Dan memang inilah soalnya. Sudah disadari oleh BP3K makin banyaknya peserta ujian di semua tingkat. Pada 1973, misalnya, peserta ujian SMA hanya sekitar 200.000. Tiga tahun kemudian, 1976, menjadi 240.000. Dan 1977 meningkat lagi hingga 300.000. Tahun ini, peserta Ebtanas SMA sekitar 500.000. Itu sebabnya mulai 1975 pihak BP3K, waktu itu dipimpin oleh Setijadi, kini rektor Universitas Terbuka, menganjurkan diterapkannya tes pilihan ganda. "Saya kira kembali memberikan tes model uraian seperti dulu, sulit," kata Setijadi pekan lalu. Dan tes pilihan ganda, menurut dia, bila disusun secara baik bisa pula mencerminkan kemampuan siswa. Tapi menyusunnya memang tak mudah. Seminar tes obyektif pada 1981 menyimpulkan, tes pilihan ganda - salah satu bentuk tes obyektif - belum dibuat dengan sempurna selama ini. Tampaknya, untuk menentukan bentuk soal ujian pun masih merupakan masalah sulit. Ini diakui oleh Ibrahim, dan juga oleh Anwar Jasin, sekretaris Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah. Dan jangan-jangan tes pilihan ganda ini pula yang menjadikan nilai Ebtanas kini jeblok. Tiap soal hanya memberikan dua kemungkinan--salah sama sekali atau benar sepenuhnya. Padahal, tak ada jaminan, yang menjawab benar betul-betul memahami persoalannya, dan sebaliknya. Bambang Bujono Laporan Yusroni Hendridewanto (Jakarta)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus