Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Proyek Jimmy yang cukup besar dimulai ketika ia bergabung dengan Siti Hardiyanti Rukmana di PT Citra Permatasari Persada (CPP), Oktober 1992. Perusahaan milik putri mantan presiden Soeharto itu ditunjuk Kapolri (ketika itu) Jenderal (Purnawirawan) Kunarto untuk melaksanakan proyek komputerisasi surat izin mengemudi (SIM) di seluruh Indonesia. Dari sini, Jimmy kemudian melebarkan ''jalan" sendiri sebagai pemasok kebutuhan berbagai peralatan polisi.
Hubungan ''mesra" terus berlanjut. Jimmy makin mengakar di markas polisi itu. Sayangnya, menurut sumber TEMPO di Mabes Polri, kedekatan itu membuat Jimmy terkadang bertindak di luar koridor hukum yang ada. ''Jimmy Widjaya itu seperti sindikat di Mabes Polri yang mengatur segala proyek," ujar sumber yang namanya tidak mau disebut itu.
Tidak hanya itu, ia juga menjalin bisnis dengan keluarga para jenderal. Salah satunya adalah anak mantan Kapolri Jenderal Roesmanhadi. ''Ia (anaknyaRed.) memang bekerja di sana, tapi bukan di proyek SIM. Setelah ribut-ribut, saya minta dia keluar," jawab Roesmanhadi ketika ditanya soal ini. Kedekatan dengan petinggi polisi itu juga membuat Jimmy seolah punya kekuasaan di kalangan korps baju cokelat muda ini. ''Jimmy itu bisa memindahkan tempat tugas perwira yang tidak disukainya," kata seorang sumber.
Bahkan, Jimmy juga ''menyantuni" polisi yang sudah pensiun. Seorang bekas Kapolri diberitakan tercatat sebagai direktur utama di salah satu perusahaan yang sahamnya dimiliki Jimmy. Hubungan erat dengan polisi itu juga terlihat dari sejumlah polisi yang mengamankan kantor Jimmy di Jalan S. Parman, Jakarta Barat.
Sebenarnya, kolega dan mitra bisnis Jimmy tidak hanya dari kalangan polisi. Seorang bekas Menteri-Sekretaris Negara juga disebut-sebut sejak dulu punya hubungan dekat dengannya. Sumber TEMPO melukiskan hubungan tersebut layaknya seperti ayah dan anak angkat. ''Jimmy punya hubungan dengan Keluarga Cendana sedikit-banyak karena peranan bekas (menteri) itu," kata sumber ini lagi. Selain itu, ia menjalin hubungan dengan kalangan politisi seperti Setya Novanto. Wakil Bendahara Golkar yang sedang dirundung kasus Bank Bali itu tercatat sebagai direktur umum di salah satu perusahaan yang sebagian sahamnya milik Jimmy. Sayang, tak ada konfirmasi dari Novanto soal ini.
Siapa Jimmy sebenarnya? Dilihat dari garis keturunannya, wajar jika ia punya pengaruh dan dekat dengan kalangan elite pejabat. Jimmy Widjaya adalah putra sulung dari istri kedua konglomerat Eka Tjipta Widjaya. Sedangkan adik kandungnya, Fanny Widjaya, juga dikenal sebagai pengusaha yang dekat dengan kalangan TNI. Kabarnya, semasa Jenderal (Purnawirawan) Feisal Tanjung menjabat Menteri Pertahanan dan Keamanan, Fanny suka memasok barang-barang kebutuhan Departemen Pertahanan dan Keamanan.
Kakak-adik itu juga dikenal kompak dalam berbisnis. Bernaung di bawah PT Wenang Sakti, sebagai holding company, berbagai macam bisnis dijalani anak beribu asal Manado itu. Dari penelusuran TEMPO, tercatat ada beberapa perusahaan yang menjadi milik Jimmy, seperti PT Catur Era Graha Persada dan PT Menara Wenang di Jalan S. Parman. Selain itu, ada PT Buah Batu Indah di Bandung, yang bergerak dalam bidang properti.
Ternyata, di balik sukses bisnisnya, banyak suara sumbang tentang sepak terjang Jimmy. ''Perilakunya agak kasar," ujar sumber yang pernah akan ribut dengan Jimmy di diskotek Hailai, Ancol. Selain itu, ia gemar ''nongkrong dan minum-minum di bar," kata Yorrys Raweyai, pentolan Pemuda Pancasila, kepada Agus S. Riyanto dari TEMPO.
Yang membuat tanda tanya: tak satu pun bisnis Jimmy dikibarkan di bawah bendera Grup Sinar Mas seperti bisnis anak-anak Eka Tjipta yang lainnya. Mengapa? Beredar kabar, hubungan Jimmy dengan saudara tirinyalain ibukurang akur. ''Saya dengar, Jimmy pernah membuat kesalahan ketika masih di Duta Pertiwi yang membuat saudaranya marah," kata seorang sumber TEMPO yang mengaku tahu soal keluarga taipan itu.
Sayang, upaya TEMPO menghubungi Jimmy Widjaya tidak berhasil. Di kantornya di kawasan Jalan S. Parman ataupun di rumahnya di Jalan Sawo, Jakarta, Jimmy tidak dapat ditemui. Menurut penjaga rumahnya yang berbadan tegap dan kekar, Jimmy jarang pulang meski istrinya tinggal di situ. Seharusnya, Jimmy bisa bercerita panjang soal semua ini.
Johan Budi S.P., Arif A. Kuswardono, Edy Budiyarso
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo