Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah akan segera memulai pengerjaan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung. Proyek tersebut berpotensi menggusur Kereta Api (KA) Argo Parahyangan yang telah lebih dulu beroperasi. KA Argo Parahyangan merupakan layananan hasil peleburan KA Argo Gede dan KA Parahyangan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau PT KAI buka suara soal penghentian operasi Kereta Api (KA) Argo Parahyangan usai Kereta Cepat Jakarta-Bandung Juni 2023 nanti. Vice President Public Relations PT KAI Joni Martinus mengatakan pihaknya akan terus berkoordinasi dengan seluruh pemangkut kebijakan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Adapun jika nantinya diputuskan pemerintah seperti itu, KAI sebagai operator tentunya akan patuh terhadap kebijakan dan peraturan pemerintah," kata Joni ketika dihubungi pada Kamis, 1 Desember 2022.
Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjadjaran Profesor Arief Anshory Yusuf menyatakan jangan sampai Kereta Cepat Jakarta-Bandung menjadi proyek de-development.
De-development adalah pembangunan yang belum mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Ciri de-development adalah kesejahteraan masyarakat yang stagnan bahkan berkurang meski ada pembangunan infrastruktur.
KA Parahyangan dari Masa ke Masa
KA Parahyangan, sebagai salah satu pelopor layanan kereta api di Jawa Barat, ternyata memiliki sejarah yang cukup panjang. Sebelum digabung dengan KA Argo Gede, KA Parahyangan beroperasi pertama kali 30 Juli 1971.
Semula, KA Parahyangan atau Parahijangan memilki layanan kelas bisnis. Menjelang 1980, kereta ini mulai memiliki layanan eksekutif. Pada masa ini, KA Parahyangan menjadi pilihan utama masyarakat sekitar Bandung.
Perombakan terjadi pada era 1990-an. Saat itu, Perusahaan Jawatan Kereta Api mengalami transisi menjadi Perusahaan Umum Kereta Api (Perumka). Transisi tersebut turut membawa sejumlah perubahan bagi KA Parahyangan, seperti perubahan warna penambahan fasilitas televisi.
Pada 1995, Perumka meluncurkan Kereta Argo Gede. Hal ini menyebabkan KA Parahyangan mendapatkan pesaing yang konon lebih cepat. Secara perlahan, penumpang KA Parahyangan pun mengalami penurunan.
Pada 2010, KAI memensiunkan KA Parahyangan. Namun, merespons keresehan masyarakt yang merasa kehilangan layanan tersebut, KAI menggabungkan KA Parahyangan dengan KA Argo Gede. Kereta tersebut kemudian disebut dengan KA Argo Parahyangan.
Meskipun secara resmi telah diganti menjadi KA Argo Parahyangan, masyarakat banyak yang menyebut kereta ini sebagai KA Parahyangan. KA Parahyangan banyak mengangkut para penglaju dari Bandung ke wilayah Jabodetabek.
Parahyangan, secara harfiah berarti tempat bersemayam para dewa. Sementara itu, nama Argo Gede diambil dari salah satu gunung di Jawa Barat, yaitu Gunung Gede.
HAN REVANDA PUTRA I SDA
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.