Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Kakek di Jakarta Barat Meninggal Saat Cekcok dengan 4 Petugas PLN yang Mau Memutus Sambungan Listrik Rumah

Rumah Hidayat, 75 tahun menunggak tagihan listrik sejak Senin, 20 November 2023 lalu. Empat petugas PLN itu hendak pergi saat tahu kakek itu meninggal

2 Desember 2023 | 17.35 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Gunarsih, istri dari Hidayat, warga Gang Waspada Buntu Kelurahan Tanah Sereal, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat, saat ditemui di rumahnya, Sabtu, 2 Desember 2023. Suaminya baru meninggal usai cekcok dengan petugas yang menagih iuran listrik PLN. Tempo/M. Faiz Zaki

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Gunarsih berduka usai suaminya Hidayat, 75 tahun meninggal pada Selasa, 28 November 2023. Kepergian suaminya itu setelah cekcok dengan empat petugas penagih iuran listrik PLN di depan rumahnya pada pukul 13.30 WIB.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Orang abis makan, salat zuhur," ujar Gunarsih saat ditemui di rumahnya di Gang Waspada Buntu, Kelurahan Tanah Sereal, Tambora, Jakarta Barat, Sabtu, 2 Desember 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perempuan berusia 58 itu menyebut empat petugas dari pihak PLN datang untuk memutus listrik. Alasannya karena pembayaran menunggak sejak Senin, 20 November 2023.

Debat tidak terelakkan, Hidayat pun keluar rumah ikut cekcok dengan petugas tersebut. Gunarsih akhirnya menyegerakan membayar tagihan listrik sebesar Rp 900 ribu ke Alfamart dekat rumahnya dan meninggalkan suaminya sejenak.

"Namanya orang tua ya, kalau gini-gini kan kepicu, punya darah tinggi," katanya.

Setibanya dari Alfamart, Hidayat sudah tergeletak di jalan rumahnya. Gunarsih pun berteriak, begitu juga dengan tetangganya yang melihat Hidayat jatuh.

Kemudian tubuh Hidayat digotong ke dalam rumah dibantu tetangga lainnya. Seorang dokter datang membantu cek fisik lansia tersebut.

Saat terkapar, Gunarsih sempat mengupayakan pertolongan pertama. Dia juga sempat ingin memberikan minum, namun ada sedikit darah yang keluar dari mulut suaminya.

"Ini udah nggak ada nadi, napas gak ada, mata udah gak bersinar," ucap Gunarsih menirukan ucapan dokter yang memeriksa Hidayat.

Empat petugas PLN yang dilihat Gunarsih sempat ingin langsung pergi dengan berjalan ke ujung gang. Mereka pun ditahan warga, lalu diinterogasi oleh pihak RT dan RW serta dilakukan penyitaan KTP.

Saat diperiksa, empat orang itu bukan langsung dari pihak PT PLN (Persero). "Itu vendornya, datanya di RT-RW," tutur Gunarsih.

Kepada jenazah Hidayat, pihak keluarga langsung mempersiapkan pemakaman. Lansia itu dikebumikan pada hari yang sama pukul 20.30 di Kecamatan Tigaraksa, Kabupaten Tangerang, Banten.

Pihak PLN sudah minta maaf

Gunarsih mengatakan, pihak manajerial PLN sudah datang ke rumah untuk meminta maaf pada Jumat malam, 1 Desember 2023. Masalah ini dipastikan berakhir damai antara kedua belah pihak.

"Dari PLN semua udah datang semalam. Udah nggak ada apa-apa, kasian mayatnya," katanya.

Walau begitu, pihak keluarga menunggu itikad baik empat petugas yang berhadapan langsung dengan Hidayat. Mereka meminta agar petugas itu meminta maaf secara langsung.

Pihak PLN, kata Gunarsih, sudah memberikan uang santunan sebagai dukacita. Namun dia tidak berkenan menyebut jumlah karena baginya itu disyukuri saja.

CCTV tidak merekam Hidayat sebelum terkapar

Anak kedua Gunarsih dan Hidayat bernama Hilman (laki-laki 28 tahun) mengatakan, CCTV gang rumahnya tidak merekam kejadian tersebut. Berdasarkan pantauan Tempo, ada dua CCTV yang menyorot ke arah keluar dan ke dalam gang.

"CCTV-nya gak merekam, cuma live di TV," tutur Hilman saat ditemui bersama Gunarsih.

Perkataan dari petugas penagih yang membuat emosi Hidayat adalah listrik tetap diputus walau sudah dibayar. Maka dari itu Gunarsih menyegerakan pembayaran ke Alfamart.

Saat cekcok terjadi, dia menyebut ada saksi yang mendengar dari dalam rumah, yaitu kakak laki-laki dan bibinya. Kemudian tetangga, ada saksi bernama Robi yang mendengar dan melihat, serta Iin yang hanya mendengar dari dalam rumah.

"Pak Robi, dia yang teriak. Jadi keluar semua warga, 'Pak Dayat jatuh!'" kata Hilman.

Saat hari kejadian, Hilman sedang berada di Palembang untuk urusan pekerjaan. Ketika menerima kabar ayahnya meninggal, dia langsung pulang.

Kemudian saat pihak PLN berkunjung kemarin malam, dia hadir dalam pertemuan itu. Hilman membenarkan bahwa sudah ada itikad baik dari manajerial, namun empat petugas yang berhadapan dengan ayahnya masih ditunggu untuk meminta maaf langsung.

"Itu niatnya di malam ini atau minggu malam datang," ucap Hilman.

M. Faiz Zaki

M. Faiz Zaki

Menjadi wartawan di Tempo sejak 2022. Lulus dari Program Studi Antropologi Universitas Airlangga Surabaya. Biasa meliput isu hukum dan kriminal.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus