Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Kardus Durian di Dapur Pak Kiai

Ma’ruf Amin bersiap masuk Istana Wakil Presiden. Menggenjot kebugarannya, ia juga memperdalam isu ekonomi syariah dan radikalisme. Banyak yang merapat karena mengharapkan jabatan. Tak banyak dilibatkan dalam penyusunan kabinet.

19 Oktober 2019 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Foto Presiden Joko Widodo dan wakil presiden terpilih, Ma’ruf Amin, di kawasan Pasar Baru, Jakarta, 22 Agustus 2019. TEMPO/Muhammad Hidayat

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SARUNG dan peci tak melekat di tubuh Kiai Haji Ma’ruf Amin pada Kamis pagi, 17 Oktober lalu. Berjalan kaki mengitari Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, Ma’ruf mengenakan celana training dan sepatu kets serta topi biru donker di kepalanya. Ditemani istrinya, Wury Estu Handayani, wakil presiden terpilih itu berolahraga selama sekitar satu jam. Keringat membekas di kaus lengan panjangnya.

Sekitar pukul setengah tujuh, ia rampung berolahraga. Sebelum masuk ke mobil Toyota Alphard berpelat nomor B-1552-RFW yang terparkir di pintu masuk GBK, ia menyempatkan diri bersalaman dan bercengkerama dengan beberapa orang yang juga berolahraga. Ia mengaku berolahraga sebagai persiapan menjadi wakil presiden. “Rutin berjalan kaki atau naik sepeda statis,” kata Ma’ruf kepada Tempo pada Selasa, 8 Oktober lalu.

Ketua Majelis Ulama Indonesia Bidang Informasi dan Komunikasi Masduki Baidlowi, yang kerap mendampinginya, mengatakan Ketua Umum MUI nonaktif itu rutin ke GBK seusai salat subuh. Sekembali dari GBK, di rumahnya di Jalan Situbondo, Menteng, Jakarta Pusat, Ma’ruf melanjutkan olahraganya. Didampingi seorang instruktur, ia berjalan kaki bolak-balik di dalam kolam renang yang diisi air setinggi lutut orang dewasa. Tujuannya agar Ma’ruf menjadi lebih bugar. “Berat badan Kiai Ma’ruf sudah turun beberapa kilogram,” kata Masduki di Depok, Jawa Barat, 9 September lalu.

Ma’ruf juga menjaga pola makan. Ia mengurangi porsi makan dan tak lagi mengudap camilan. Makanan yang mengandung kolesterol tinggi pun dihindari. “Kiai Ma’ruf sudah menjalin nota kesepahaman dengan kambing. ‘Kami sama-sama berjanji tidak makan kambing’,” ujar Masduki, tertawa.

Tak hanya mempersiapkan fisiknya, Ma’ruf juga berancang-ancang berkantor di Istana Wakil Presiden. Ia berkunjung ke kantor wakil presiden pada awal Juli lalu. Dalam wawancara khusus dengan Tempo pada Rabu, 14 Agustus lalu, Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan dia mengundang Ma’ruf ke kantornya. Saat itu, menurut Kalla, Ma’ruf bertanya mengenai tugas-tugas RI-2. “Saya menjelaskan pekerjaan dan tugas wakil presiden. Saya kasih buku manual banyak,” ujar Kalla.

Pada Jumat pertama Oktober ini, Ma’ruf kembali datang ke kantor wakil presiden. Menjalankan salat Jumat bersama Kalla, Ma’ruf kemudian diperkenalkan dengan sejumlah anggota staf wakil presiden. Keduanya kembali berdiskusi tentang tugas wakil presiden, seperti dalam penanganan bencana.

Istri Kalla, Mufidah, mengajak istri Ma’ruf, Wury Estu Handayani, berkeliling Indonesia untuk memperkenalkan kegiatan Dewan Kerajinan Nasional, organisasi nirlaba bidang seni yang dipimpin istri wakil presiden. Pada 23 Juli lalu, keduanya mengunjungi destinasi wisata Malino di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Menurut Kalla, Wury juga telah diperkenalkan kepada istri para menteri di kabinet Joko Widodo-Jusuf Kalla.

Ketika bertemu dengan Ma’ruf, -Kalla juga mengungkapkan fasilitas yang berhak diperoleh wakil presiden. Kepada Ma’ruf, Kalla mengatakan gaji bulanannya sekitar Rp 42 juta. Hak keuangan tersebut masih ditambah biaya operasional yang juga ditanggung negara, seperti bensin kendaraan dan gaji ajudan. “Jadi bisa hidup juga. Alhamdulillah,” ujar Kalla menirukan ucapan Ma’ruf.

Putri Ma’ruf, Siti Nur Azizah, bercerita bahwa ayahnya juga menyambangi rumah dinas wakil presiden di Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat. Jaraknya hanya sekitar 1,7 kilometer dari rumah di Jalan Situbondo yang ditempati Ma’ruf. Menurut Azizah, rumah itu masih perlu direnovasi dengan menambah satu kamar. Sebab, kata dia, kamar di rumah itu terbatas. “Kalau anak-anak Abah datang menengok, ada kamar untuk rame-rame,” ujar Azizah kepada Tempo di rumahnya di kompleks Puri Mansion, Kembangan, Ja--kar-ta Barat, Kamis, 5 September lalu.

Ma’ruf, kata Azizah, tak akan banyak mengubah gayanya. Soal urusan berbusana, ayahnya akan tetap mengenakan sarung, kecuali memang diwajibkan memakai celana. “Kalau boleh sarung, ya, saya pakai sarung,” ujar Ma’ruf.

BERBAGI tugas dengan Presiden Joko Widodo, Ma’ruf Amin mengaku bertanggung jawab menangani dua isu besar, yaitu deradikalisasi dan ekonomi syariah. Mantan Rais Am Pengurus Besar Nah-dlatul Ulama ini mengatakan radikalisme merupakan hal yang penting untuk sege-ra ditangani. “Itu tugas tambahan yang mendesak untuk diselesaikan,” tutur Ma’ruf.

Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Helmy Faishal Zaini meyakini persoalan tersebut dapat ditangani Ma’ruf lantaran dia memiliki jejaring luas. Rencananya, Ma’ruf akan memberantas radikalisme dengan membenahi lembaga pendidikan, terutama pesantren. Ma’ruf, kata Masduki Baidlowi, menyoroti pesantren yang didirikan dai-dai lulusan Timur Tengah yang cenderung konservatif. “Pimpinan pesantren model itu belum tentu sepakat dengan Pancasila,” ujar Masduki.

Wakil presiden periode 2014-2019, Jusuf Kalla, dan wakil presiden terpilih, Ma’ruf Amin, di Sekretariat Wakil Presiden, Jakarta, Juli 2019. TEMPO/Subekti

Ma’ruf pun menyatakan bakal merampungkan sejumlah pekerjaan yang belum tuntas pada masa pendahulunya. Misalnya membangun Universitas Islam Internasional Indonesia di Depok, Jawa Barat. Jokowi dan Kalla meletakkan batu pertama pembangunan kampus berbiaya Rp 3,5 triliun itu pada awal Juni 2018. Pembangunan universitas untuk program magister dan doktoral itu masuk proyek strategis nasional dan ditargetkan selesai pada 2021.

Menjalankan berbagai tugas itu, Ma’ruf kerap menggelar diskusi dengan sejumlah pakar. Ketua Komisi Informasi dan Komunikasi MUI Asrori S. Karni mengatakan para pakar tersebut berada di luar dan di dalam pemerintahan. Mereka sebenarnya sudah sering diundang Ma’ruf selama ia menjadi anggota Dewan Pertimbangan Presiden pada 2010-2014. “Yang dilakukan saat ini tak jauh berbeda dengan yang dilakukan dulu,” ujar Asrori.

Salah seorang yang sering berdiskusi dengan Ma’ruf adalah Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Bambang Brodjonegoro. Saat debat calon presiden-wakil presiden, Bambang ikut memberikan masukan kepada Ma’ruf. Ia pernah menjadi Ketua Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia—digantikan Menteri Keuangan Sri Mulyani pada Agustus lalu. Di organisasi itu, Ma’ruf menjabat ketua dewan pertimbangan. “Sebelum pencalonan, keduanya juga sudah sering ketemu,” tutur Asrori.

Soal ekonomi syariah, kata Asrori, Ma’ruf juga berdiskusi dengan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Syafruddin. Sebab, pemerintah berencana membentuk lembaga baru yang mengurus bidang tersebut, yaitu Badan Ekonomi dan Keuangan Syariah. Syafruddin belum menanggapi pertanyaan yang dikirimkan Tempo melalui WhatsApp. Sekretaris Komisi Fatwa MUI Asrorun Ni’am Sholeh mengatakan pembentukan badan tersebut menjadi salah satu fokus pekerjaan Ma’ruf. Menurut dia, Ma’ruf berdiskusi dengan banyak orang, termasuk dirinya. Ni’am adalah Ketua Komite Syariah World Halal Food Council atau Badan Pangan Halal Dunia.

Deputi Pengembangan Pemuda Kementerian Pemuda dan Olahraga itu mengatakan Ma’ruf sudah menggodok tugas dan fungsi badan tersebut. Nantinya, badan ini berfungsi mengintegrasikan tiga hal, yakni keuangan syariah, filantropi Islam seperti zakat dan wakaf, serta pengembangan produk halal industri. “Pak Kiai ingin mengoptimalkan pengembangan produk halal,” ujar Ni’am.

Bambang Brodjonegoro, yang juga Se-kretaris Dewan Pengarah Komite Nasional Keuangan Syariah, mengakui sering berdiskusi dengan Ma’ruf, termasuk soal pembentukan badan baru tersebut. “Terutama soal menggerakkan ekonomi umat melalui ekonomi dan keuangan syariah serta bagaimana menjadikan Indonesia sebagai pusat halal dunia,” ujar Bambang. Tapi ia belum bisa memastikan badan itu bakal terbentuk atau tidak.

 

SEBAGAI wakil presiden terpilih, Ma’ruf Amin punya jadwal yang makin padat. Ketua Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat MUI Cholil Nafis, yang kerap mendampingi Ma’ruf, bercerita bahwa banyak orang yang ingin menemuinya sejak ia menjadi calon wakil presiden. Setelah Ma’ruf terpilih, kian banyak tamu yang antre di rumah di Jalan Situbondo.

Menurut Cholil, para tamu datang dengan berbagai tujuan. “Dari yang baik sampai yang buruk,” ujarnya. Ia mencontohkan, ada tamu yang berharap mendapat proyek atau bisa kembali melanjutkan programnya setelah Ma’ruf dilantik. Di antara tetamu Ma’ruf, ada juga yang mengharapkan jabatan. Sebagian datang dengan membawa makanan atau bingkisan, seperti sate kambing atau kardus berisi durian. “Saya lihat durian itu di dapur. Karena Pak Kiai enggak makan durian lagi, jadi kami makan rame-rame, ha-ha-ha…,” tutur Cholil.

Ma’ruf, kata Asrori S. Karni, berkali-kali menyatakan komitmennya bahwa ia hanya menjadi orang nomor dua dan tak akan menyalip Presiden Joko Widodo. Komitmen itu juga disampaikan Ma’ruf secara terbuka saat debat pertama calon presiden dan wakil presiden pada Januari lalu. Ketika itu, Ma’ruf menyatakan mendukung pernyataan yang disampaikan Jokowi. Asrori berujar, pernyataan tersebut merupakan sinyal bahwa Ma’ruf tak akan melampaui kewenangannya.

Kepada anak-anaknya, Ma’ruf juga menyampaikan bahwa dia bukan orang nomor satu di Republik. “Abah selalu menyampaikan ke kami, ‘Saya ini hanya pembantu presiden,’ artinya wakil yang membantu,” ujar Siti Nur Azizah. Dalam penyu-sunan kabinet, Azizah mencontohkan, ayahnya tak aktif menyodorkan nama calon menteri.

Menurut Azizah, memang banyak orang mendekati dia dan ayahnya untuk mendapatkan jabatan. Tapi ayahnya hanya akan menyampaikan pendapat jika diminta Presiden. “Kalau dimintai pertimbangan, saya sampaikan. Kalau mengajukan nama, saya tidak mau,” ujar Azizah meniru ucapan Ma’ruf. Kepada Tempo, Ma’ruf menyatakan tak akan menggubris mereka yang mendekatinya untuk mendapatkan posisi menteri. “Itu kan biasa, tapi tidak akan saya terima.”

Menurut Asrori S. Karni, Ma’ruf sudah beberapa kali diajak berdiskusi dalam menentukan calon pembantu Presiden. Tiga narasumber lain yang mengetahui proses pembentukan kabinet mengatakan sebaliknya. Hingga awal Oktober lalu, Ma’ruf tidak begitu dilibatkan dalam pembahasan kabinet. Menurut ketiganya, Ma’ruf cenderung hanya diberi tahu soal siapa saja calon pembantu Presiden.

Kepada Tempo pada 8 Oktober lalu, Ma’ruf mengatakan Presiden Jokowi mengajaknya berbicara tentang kabinet setelah seleksinya mengerucut. “Diajak bicara ketika waktunya tiba,” ujar Ma’ruf.

DEVY ERNIS, RAYMUNDUS RIKANG

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Devy Ernis

Devy Ernis

Bergabung dengan Tempo sejak April 2014, kini staf redaksi di Desk Nasional majalah Tempo. Memimpin proyek edisi khusus perempuan berjudul "Momen Eureka! Perempuan Penemu" yang meraih penghargaan Piala Presiden 2019 dan bagian dari tim penulis artikel "Hanya Api Semata Api" yang memenangi Anugerah Jurnalistik Adinegoro 2020. Alumni Sastra Indonesia Universitas Padjajaran.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus