Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Mengajak Musuh ke Dalam Selimut

Hingga menjelang pelantikan presiden, Partai Gerindra tak kunjung dipastikan bergabung ke pemerintah. Prabowo Subianto disebut mengincar kursi Menteri Pertahanan.

19 Oktober 2019 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Presiden Joko Widodo bersama Prabowo Subianto di Istana Merdeka, Jakarta, 11 Oktober 2019. TEMPO/Subekti

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KEDATANGAN pimpinan Majelis Permusyawaratan Rakyat ke kediaman Prabowo Subianto di Jalan Kertanegara, Jakarta Selatan, pada Jumat, 11 Oktober lalu, sedianya hanya untuk mengantarkan undangan pelantikan presiden. Tapi obrolan membawa tuan rumah dan tamunya ke diskusi tentang pertahanan dan keamanan. Prabowo menyoroti peran Indonesia dalam peta geopolitik global, terutama dalam menghadapi Cina yang kian ekspansif.

Nada bicara Prabowo makin bergelegak ketika membicarakan kondisi alat utama sistem persenjataan alias alutsista. Ia menyinggung kondisi alutsista Indonesia yang sudah uzur. Ketua Umum Partai Gerindra itu juga bersemangat membahas isu-isu keamanan terbaru, termasuk gejolak di Wamena, Papua, pada akhir September lalu. Prabowo khawatir eksodus masyarakat non-Papua dari provinsi tersebut justru bakal menjadi bumerang bagi Indonesia. “Ini memperlemah keamanan Papua,” kata Wakil Ketua MPR Fadel Muhammad, menirukan ucapan Prabowo, Kamis, 17 Oktober lalu.

Topik soal pertahanan kembali dibicarakan Prabowo ketika bertemu dengan Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh dan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto seusai pertemuan dengan pimpinan MPR. Menurut Sekretaris Jenderal Gerindra Ahmad Muzani, Prabowo membicarakan hal tersebut karena paham bahwa stabilitas merupakan kunci pembangunan. “Stabilitas itu prasyarat pertumbuhan ekonomi dua digit,” ujar Muzani. Ia menampik kabar bahwa tema pembicaraan Prabowo tersebut terkait dengan jabatan Menteri Pertahanan yang disebut diminati bekas Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus itu.

Setelah bersaing keras dalam pemilihan presiden lalu, hubungan Prabowo dan Joko Widodo membaik. Prabowo setidaknya dua kali bertemu dengan Jokowi. Terakhir, menjelang pembentukan kabinet, ia beranjangsana ke Istana. “Jadi saya sampaikan ke beliau, apabila kami diperlukan, kami siap untuk membantu,” ujar Prabowo pada Jumat, 11 Oktober lalu.


 

Tawaran masuk kabinet pertama kali mengemuka sebelum pertemuan Jokowi dan Prabowo di Stasiun Moda Raya Terpadu Lebak Bulus, Jakarta. Waktu itu, sejumlah jabatan dikabarkan ditawarkan kepada Gerindra. Salah satunya posisi Menteri Pertanian.

 


 

Kepada pendukungnya di Hambalang, Bogor, pada Rabu, 16 Oktober lalu, Prabowo menunjukkan sinyal bergabung ke pemerintah dengan menceritakan kisah perdamaian Abraham Lincoln, Presiden Amerika Serikat ke-16, dengan rivalnya, William Henry Seward. Keduanya bersaing dalam pemilihan presiden 1860. Pernah suatu hari Seward menyebut Lincoln dengan panggilan “monyet”.

Menurut politikus Gerindra, Sandiaga Uno, yang mengutip Prabowo, permusuh-an di antara keduanya sirna setelah Lincoln terpilih sebagai presiden. Lincoln menawari Seward jabatan terpenting ketiga dalam struktur eksekutif di Amerika Serikat, yaitu Menteri Luar Negeri. Seward tak serta-merta menerima tawaran tersebut. Prabowo, menurut Sandiaga, mengatakan Lincoln dan Seward akhirnya dipertemukan lewat satu kepentingan, yakni kecintaan kepada negara mereka. Lincoln mengatakan kepada Seward, “Saya membutuhkan yang tidak asal bapak senang.” Kalimat itu disampaikan Prabowo kepada kadernya.

Tawaran masuk kabinet pertama kali mengemuka sebelum pertemuan Jokowi dan Prabowo di Stasiun Moda Raya Terpadu Lebak Bulus, Jakarta. Waktu itu, sejumlah jabatan dikabarkan ditawarkan kepada Gerindra. Salah satunya posisi Menteri Pertanian, yang disebutkan akan di-isi Wakil Ketua Umum Gerindra Edhy Prabowo. Belakangan, setelah Papua bergolak, Gerindra disebut meminati juga kursi Menteri Pertahanan. Menurut seorang politikus Gerindra, posisi terakhir diinginkan Prabowo sendiri.

Pesan itu disampaikan kepada Jokowi melalui para perantara. Presiden, kata politikus Gerindra yang lain, pada akhir September lalu mengutus seorang pejabat intelijen dan memberikan isyarat menyetujui permintaan tersebut.

Saat bertemu dengan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono pada Kamis, 10 Oktober lalu, Jokowi sempat bertanya kenapa Prabowo sangat meminati posisi Menteri Pertahanan. Yudhoyono dan Prabowo sempat sama-sama di Akademi Militer. Keduanya masuk pada 1970, tapi lulus tak berbarengan. Yudhoyono lulus pada 1973, sedangkan Prabowo setahun kemudian.

Kepada wartawan, Jokowi mengatakan salah satu pembicaraannya dengan Yudhoyono adalah soal kabinet. Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Adita Irawati mengatakan tak bisa menjawab hal yang terkait dengan penyusunan kabinet. “Semua berada di tangan Pak Jokowi,” ujar Adita.

Dalam pertemuan dengan Prabowo sehari kemudian, Jokowi kembali membicarakan pembentukan kabinet. Sedangkan Prabowo, menurut politikus Gerindra, memaparkan konsep tentang pertahanan dan pertanian. Tapi, hingga akhir pembicaraan, Jokowi sama sekali tak menyinggung soal posisi Menteri Pertahanan untuk Prabowo. Sang tamu juga tak menanyakan ihwal posisi itu. Seusai pertemuan, Jokowi mengatakan salah satu isi pembicaraan dengan Prabowo adalah soal peluang masuknya Gerindra ke pemerintahan.

Prabowo setelah bertemu dengan Airlangga tak menjawab secara tegas soal nasib partainya di kabinet. “Wartawan lebih tahu,” ujarnya. Juru bicara Prabowo, Dahnil Anzar Simanjuntak, mengatakan Jokowi sudah menerima tawaran konsep yang diajukan Prabowo. Konsep itu, menurut Dahnil, sedang disesuaikan dengan agenda pemerintahan lima tahun ke depan. “Saat ini Prabowo masih berfokus apakah Jokowi welcome dengan konsep yang ditawarkan,” tuturnya. Adapun Wakil Ketua Umum Gerindra Sufmi Dasco Ahmad membantah kabar bahwa partainya mengincar posisi Menteri Pertahanan. “Kami tidak mengincar posisi tertentu,” kata Dasco.

Hingga Rabu, 16 Oktober lalu, posisi Gerindra di kabinet masih menjadi teka-teki. Walhasil, Gerindra terbagi dalam dua kubu. Sandiaga Uno mengatakan satu kubu ingin Gerindra berada di dalam pemerintahan dengan alasan, “Bisa mengeksekusi kebijakan.” Sedangkan kubu lain menginginkan partai tetap menjadi oposisi. Alasannya, kata Sandiaga, Gerindra bisa menjaga fungsi checks and balances terhadap pemerintah. Alasan lain, kata Sandiaga lagi, “Sikap ini akan dihargai pendukung kami.” Sandiaga masuk kubu kedua.

Ketidakjelasan nasib Gerindra dalam kabinet Jokowi tecermin dari pantun Ahmad Muzani seusai rapat pimpinan nasional Gerindra di Hambalang pada Rabu pekan lalu.

Kain tipis dilipat empat,

Disimpan rapi di dalam peti.

Kita semua sudah berpendapat,

Pak Prabowo akan ngomong

ke Pak Jokowi.

WAYAN AGUS PURNOMO, BUDIARTI UTAMI PUTRI, FIKRI ARIGI, AHMAD FAIZ

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Wayan Agus Purnomo

Wayan Agus Purnomo

Meliput isu politik sejak 2011 dan sebelumnya bertugas sebagai koresponden Tempo di Bali. Menerima beasiswa Chevening 2018 untuk menyelesaikan program magister di University of Glasgow jurusan komunikasi politik. Peraih penghargaan Adinegoro 2015 untuk artikel "Politik Itu Asyik".

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus