Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Kajian tim peneliti Belanda.
Mereka menemukan kekerasan ekstrem yang dilakukan tentara Belanda.
Dilakukan secara sistematis dan terstruktur.
PEMERINTAH Belanda mendanai proyek penelitian besar dan mendalam mengenai perilaku militer Belanda selama masa perang di Indonesia. Pada akhir 2016, Kabinet Rutte (Mark Rutte) II pemerintah Belanda mengucurkan dana kepada tiga lembaga, yakni Lembaga Ilmu Bahasa, Negara, dan Antropologi Kerajaan Belanda (KITLV), Institut Belanda untuk Sejarah Militer (NIMH), serta Lembaga Belanda untuk Penelitian Perang, Holocaust, dan Genosida (NIOD), guna melakukan penelitian tentang kekerasan tentara Belanda.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebelumnya, pada 2012, ketiga lembaga ini telah mengusulkan penelitian tentang aksi militer Belanda. Kabinet Rutte I dengan tegas menolak usul tersebut. Penolakan juga masih berlangsung pada awal masa Kabinet Rutte II. Hingga kemudian pemerintah Belanda bersedia membiayai penelitian dengan merujuk pada buku Rémy Limpach yang memberikan kesimpulan tajam ihwal terjadinya kekerasan ekstrem militer Belanda di Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Penelitian yang melibatkan sekitar 20 peneliti dari tiga lembaga ini juga mendapat banyak tantangan dan diragukan sejumlah pihak. Terutama hal ini ditujukan kepada NIMH yang berada di bawah Kementerian Pertahanan Belanda. NIMH dinilai tidak mungkin dapat meneliti perang kolonial secara kritis.
Hasil penelitian ketiga lembaga ini menghasilkan buku berjudul Melewati Batas: Kekerasan Ekstrem Belanda dalam Perang Kemerdekaan Indonesia, 1945-1949. Tempo mewawancarai peneliti Belanda, Gert Oostindie, mantan Direktur KITLV, profesor emeritus sejarah kolonial dan pascakolonial di Universiteit Leiden, Belanda. Dia salah satu editor buku tersebut.
Bagaimana penelitian terhadap periode yang sangat kompleks ini dimulai?
Seluruh proyek penelitian ini dimulai pada 2017. Kami sebetulnya ingin memulainya bertahun-tahun sebelumnya. Pandangan resmi pemerintah Belanda terhadap masa lalu menyatakan persoalan kekerasan tentara Belanda di Indonesia adalah hal yang dilebih-lebihkan. Namun, pada 2005, pemerintah Belanda pernah menyatakan Belanda tak seharusnya mengobarkan perang di Indonesia. Kemudian terdapat bukti bahwa kekerasan tentara Belanda berkaitan dengan kekerasan ekstrem dan kejahatan perang.
Persisnya bagaimana?
Jadi, setelah pengadilan kasus Rawagede, Sulawesi, dan Westerling digelar, pendapat pemerintah Belanda berubah. Pemerintah semula tidak mau mendanai proyek penelitian tiga lembaga untuk kasus kekerasan ini. Namun, pada 2016, mereka mengatakan melanjutkan proyek ini. Kami kembali menghubungi sejarawan Indonesia dan mulai bekerja sama dengan sejarawan Universitas Gadjah Mada. Proyek kemudian diselesaikan selama 2017-2022.
Apa kesimpulannya?
Tentara Belanda bertanggung jawab atas penggunaan kekerasan ekstrem yang sistemis dan hasil evaluasinya diambil alih oleh pemerintah Belanda. Tujuannya, agar pemerintah Belanda mengakui kekerasan yang ekstrem dan terstruktur serta meminta maaf kepada seluruh rakyat Indonesia.
Di mana saja Anda dan tim memulai penelitian?
Penelitian dilakukan di seluruh Indonesia, tapi titik fokus khususnya adalah Pulau Jawa dan Sumatera. Ada pula wilayah lain di Indonesia, meski tidak semuanya. Tentunya ada bagian buku lain yang merupakan bagian proyek.
Apa saja isi buku ini?
Buku ini terdiri atas beberapa bab, pengenalan sejarah koloni Belanda yang mencoba menjelaskan mengapa politik Belanda ditampilkan mundur ke belakang, apresiasi terhadap nasionalis, dan periode 1945-1949. Ada pula bab tentang apa yang terjadi setelah perang, mengapa demikian lama masyarakat Belanda mengatasi kesedihan, lalu beralih ke sudut pandang maju atau kritis tentang perang.
Bagaimana Anda melihat dua buku yang terbit itu?
Buku ini (Melewati Batas: Kekerasan Ekstrem Belanda dalam Perang Kemerdekaan Indonesia, 1945-1949) lebih tradisional. Namun hal ini menjadi sumber kekuatan bagi masyarakat Belanda untuk memikirkan kembali gambaran mentah tentang tentara Belanda di Indonesia. Mereka menjadi tahu banyak penjelasan tentang hak asasi manusia dan sejarah kolonial yang progresif, termasuk perang.
Buku ini mendapat tanggapan yang positif. Buku ini memberikan dampak bagi Indonesia dan membantu perdebatan atau diskusi dalam masyarakat. Penting bagi kami bagaimana masyarakat Indonesia menerima buku ini.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Di edisi cetak, wawancara ini terbit di bawah judul "Tentara Belanda Melakukan Kekerasan Ekstrem Sistematis"