Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sepasang pria-wanita asing muncul di Sekolah Dasar (SD) Papandayan, dua pekan lalu. Maka, tiba-tiba saja suasana sekolah menjadi hiruk-pikuk tak keruan. Puluhan murid sekolah itu—yang bertetangga dengan Kebun Raya Bogor—yang memergoki kedatangan mereka memekik-mekik, ”Bush datang.., Bush datang.…” Mereka sudah lama mendengar kabar tentang Presiden Bush yang akan datang ke Bogor. Kedua utusan USAID (United States Agency for International Development)—itu hanya nyengir mendengar teriakan para bocah.
Sejak sebulan lalu, bisik-bisik Presiden Amerika bakal berkunjung ke SD yang memiliki sekitar 500 murid itu sudah santer terdengar di kalangan guru dan sejumlah orang tua murid. ”Tapi kepala sekolah minta (hal ini) dirahasiakan,” ujar seorang wanita yang anaknya duduk di bangku kelas enam.
Toh, sulit betul merahasiakannya, karena persiapan khusus menyambut Bush sudah digeber sejak empat pekan lalu. Para murid diminta membuat prakarya, menggambar, menulis puisi dan cerita pendek yang ditempelkan di sepanjang dinding sekolah. Sejumlah alat peraga dari barang-barang bekas juga segera diciptakan. Antara lain jam dari keping compact disk dibalut kertas warna-warni. Sekolah mendadak menjadi semarak. Sebuah kelas, misalnya, tiba-tiba mencantumkan ”Welcome to Klas IV” di atas pintu masuknya.
Sekolah ini dipilih bukan tanpa alasan. Selain relatif dekat dengan Istana Bogor, sejak dua bulan lalu SD ini menjadi salah satu sekolah ”binaan” USAID. Lembaga donor pemerintah Amerika—yang salah satu programnya adalah membantu pendidikan—itu lantas mengirimkan ahlinya. Di antaranya kedua orang tadi yang dikira Presiden Bush. Mereka memberikan, antara lain, metode belajar aktif (active learning) kepada para guru.
Dua bulan lalu, sejumlah guru dan orang tua murid diterbangkan USAID ke Malang untuk melihat SD hasil binaan lembaga tersebut. ”Rencananya, SD Papandayan nanti akan menjadi SD percontohan se-Jawa Barat,” ujar Taufan, pejabat sementara Kepala Sekolah Dasar Negeri Papandayan.
Dua pekan lalu rencana berubah. Bukan Bush yang datang ke sekolah, melainkan para murid yang dikirim ke Istana Bogor. ”Kami diminta mempersiapkan murid-murid. Untuk kelas VI, setidaknya yang mengerti bahasa Inggris,” ujar seorang guru. Seleksi murid yang ”layak ke Istana Bogor” pun dikebut. Hasilnya, 30 murid dari kelas II hingga kelas VI akan datang melawat Tuan Presiden.
Menurut rencana, di Istana Bogor akan dibuat semacam ”kelas-kelasan” dan Pak Bush akan melongok serta berdialog dengan para bocah. Agar benar-benar berbentuk kelas, alat peraga, lukisan, serta puisi buatan sudah dikirimkan ke Istana sejak pekan lalu. ”Alat peraga milik sekolah juga digotong ke Istana,” ujar seorang guru kepada Tempo.
Agar ”kelas-kelasan” jangan sampai memalukan, sejak Rabu pekan lalu para guru SD Papandayan sibuk membuat simulasi. Lima belas bocah kelas II dilatih belajar sembari berdiskusi. Jam pulang para bocah, yang biasanya pukul 11, terpaksa molor sampai 14.00 WIB. ”Kami minta maaf kepada orang tua. Habis, semuanya mendadak,” ujar Tety, guru kelas II. Jumat pekan lalu datang perintah baru. Istana hanya perlu 10 murid kelas II. Ibu Guru Tety terpaksa menyortir lagi murid-muridnya.
Para murid kelas VI diminta memperagakan cara membuat magnet sederhana. Untuk berjaga-jaga, jika Pak Bush mengajak ngomong, para siswa dilatih pula menjawab sejumlah pertanyaan dalam bahasa Inggris. Jumat pekan lalu, mereka menggelar simulasi seharian di depan Gedung Diploma IPB.
Jika tak ada perubahan, hari ini sekitar pukul dua para murid Papandayan dijemput dari sekolah ke Istana Bogor. Pihak protokoler hanya memberi kuota dua guru yang boleh masuk.
Maklum, ini acara superpenting untuk tamu superpenting.
L.R. Baskoro (Bogor)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo