Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Keluhan Pencari Suaka: Gedung Sumpek, Toilet Macet, dan Bantal

Para pencari suaka menggunakan kardus, tikar, dan terpal sebagai alas tidur.

16 Juli 2019 | 07.00 WIB

Sejumlah pengungsi pencari suaka memeriksa kesehatan anak dan dirinya di gedung Eks Kodim Kalideres, Jakarta, Senin, 15 Juli 2019. Hingga hari ini, para pengungsi terus bertambah hingga 1.300an orang. TEMPO/Muhammad Hidayat
material-symbols:fullscreenPerbesar
Sejumlah pengungsi pencari suaka memeriksa kesehatan anak dan dirinya di gedung Eks Kodim Kalideres, Jakarta, Senin, 15 Juli 2019. Hingga hari ini, para pengungsi terus bertambah hingga 1.300an orang. TEMPO/Muhammad Hidayat

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Warga asing pencari suaka di posko penampungan Daan Mogot, Kalideres, Jakarta Barat, mengeluhkan sejumlah masalah yang berkaitan dengan kebutuhan sehari-hari.

Salah satunya disampaikan oleh Zakid, asal Afganistan. Menurut pria 24 tahun itu, gedung eks Kodim yang dijadikan tempat pengungsian tersebut hanya layak dihuni oleh sekitar 300 orang. Padahal, jumlah pengungsi dari berbagai negara itu mencapai 1.000 orang.

"Jadi bisa anda bayangkan bagaimana kami berbagi tempat," ucap Zakid di lokasi penampungan pada Senin, 15 Juli 2019.

Dia pun mengatakan bahwa para pencari suaka banyak yang tidur tanpa alas karpet atau alas lainnya. Zakid juga mengeluhkan tak ada bantal.. "Ini berat buat kami. Tapi kami di sini sementara, enggak tahu ke depan."

Pemerintah DKI Jakarta memindahkan pencari suaka itu dari trotoar Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, ke Daan Mogot, Jakarta Baratm pada Kamis, 11 Juli 2019. Para pencari suaka diangkut menggunakan bus Transjakarta. Di Daan Mogot kehadiran pencari suaka mendapat penolakan dari warga setempat. Spanduk penolakan dibentangkan oleh warga di sekitar perumahan.

Tempo melihat para pencari suaka banyak mendirikan tenda untuk tidur baik di dalam gedung maupun di dalam tenda pengungsian milik Dinas Sosial DKI. Ada juga yang mendirikan tenda di atap, tepatnya di sebelah tong penampungan air. Maka bangunan dua lantai itu tampak sesak oleh pencari suaka. Anak-anak berlari secara sembarangan.

Para pencari suaka menggunakan kardus, tikar, dan terpal sebagai alas tidur. Di luar gedung, ada lima toliet portable yang tersedia. Di dalam gedung, hanya toilet perempuan yang bisa digunakan. Sedangkan  lantai gedung penuh pasir dan tanah.

Adapun di dalam toilet portable ada satu yang tidak memiliki kloset. Air di dalam toilet dialirkan dari luar gedung dan ditampung dalam tong.

Pencari suaka lainnya, Ali (32), mengeluhkan toilet. Menurut dia, air sering tidak keluar dari toilet portable. "Kadang-kadang orang harus keluar cari air buat ke kamar mandi," kata dia.

M. YUSUF MANURUNG

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus