Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Kerajaan Si Ratu Lebah

Murdaya kian berjaya setelah krisis ekonomi. Di bawah bendera CCM, bisnisnya menggurita di 84 perusahaan.

28 Mei 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DUA puluh empat jam sehari sepertinya tak cukup panjang buat Siti Hartati Murdaya. Dering telepon terus memburunya sampai larut malam. Seabrek urusan melahap waktunya hingga hanya tersisa 2–3 jam sehari untuk tidur. ”Saya menikmati kesibukan ini,” ujar bos Grup CCM ini.

Di jagat bisnis nasional, Hartati,61 tahun, bukan lagi pengusaha kelas menengah. Bersama suaminya, Murdaya Widyawimarta Poo, pasangan ini menggenggam 84 perusahaan.

Di bawah bendera PT Central Cipta Murdaya (CCM)—dulu lebih dikenal sebagai Grup Berca—jaringan bisnisnya kian menggurita. Dari sektor listrik, perdagangan, engineering, infrastruktur, teknologi informasi, manufaktur, agribisnis, kehutanan, hingga properti.

Semua bermula pada sekitar awal 1970-an. Menurut Ganjar Sidik, Direktur Data Consult, CCM dulunya cuma dikenal sebagai pengusaha di bidang listrik dan konstruksi. Namun, kepiawaian Murdaya menjalin lobi, membuahkan kerja sama dengan sejumlah perusahaan listrik raksasa dunia, seperti Fuji Electric dari Jepang dan Asea Brown Boveri (ABB) dari Swiss. ”Berkat mitra asing yang kuat, dia dipercaya menjadi pemasok alat-alat listrik ke PLN,” ujarnya.

Berbekal keahlian lobi pula, CCM berhasil mengantongi lisensi produksi sepatu Nike di Indonesia. Bisnis lainnya adalah menjadi agen pemasaran produk-produk teknologi top dunia, seperti IBM, HP, Hitachi, Fujitsu, dan Symantec. Jumlah karyawannya menggelembung hingga 45 ribu orang. ”Itu semua berkembang secara alami,” kata Ketua Umum Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi) ini, yang dijuluki Ratu Lebah oleh Bhiksu Girirakkhito.

Di masa Orde Baru, Grup CCM tertelan oleh kebesaran imperium bisnis Grup Salim (Liem Sioe Liong), Sinar Mas (Eka Tjipta Widjaja), dan Gajah Tunggal (Sjamsul Nursalim). ”Saat itu, kami tidak punya koneksi,” kata Hartati. ”Kami cuma subkontraktor pengusaha yang dekat dengan pejabat.”

Semuanya berbalik justru ketika krisis ekonomi mendera Indonesia pada 1998. Di saat para konglomerat papan atas berjatuhan akibat belitan utang, CCM malah digdaya. Filosofi bisnisnya yang tak bersandar pada utang membuat grup ini tetap bugar di tengah krisis. Murdaya malah melihat banyak peluang. ”Berca membidik tambang-tambang emas baru,” ujar Thomas Wibisono, Direktur Pusat Data Bisnis Indonesia.

Salah satu aset ”emas” yang pernah dibidiknya, yaitu Bank Central Asia. Upayanya, bersama Standard Chartered Bank, membeli bank eks milik Grup Salim ini kandas di tengah jalan. Meski begitu, Murdaya berhasil mengantongi aset Salim lainnya, yaitu PT Metropolitan Kencana.

Perusahaan properti ini dibelinya dari Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) senilai Rp 600 miliar pada 2002. Murdaya juga sukses mengakuisisi Jakarta International Expo (JIE) dengan nilai transaksi US$ 120 juta atau sekitar Rp 1 triliun.

Metropolitan dan JIE bukanlah aset recehan. Metropolitan adalah pengembang properti terkenal yang memiliki mal mewah Pondok Indah Mall I dan II, juga sejumlah gedung mentereng di kawasan Sudirman, Jakarta, seperti Wisma Metropolitan I dan II, serta World Trade Center. Sedangkan JIE adalah pusat pameran terbesar di Indonesia di kawasan Kemayoran, Jakarta Pusat.

Dengan setumpuk kekayaan itu, kini siapa yang tak kenal Murdaya? Namanya nangkring di urutan 16 daftar orang terkaya Indonesia versi majalah Forbes 2006. Berkat pundi-pundi kekayaannya senilai US$ 430 juta (sekitar Rp 3,8 triliun), ia bahkan mengalahkan sejumlah ”nama besar” seperti Sjamsul Nursalim (US$ 295 juta), Djuhar Sutanto (US$ 135 juta), Tommy Winata (US$ 110 juta), dan Jusuf Kalla (US$ 105 juta).

Meski begitu, mimpi pasangan Murdaya tak hanya sampai di situ. Di kawasan Pondok Indah, misalnya, CCM mempersiapkan proyek prestisius superblok Pondok Indah Town Center dengan investasi Rp 15 triliun hingga 2010.

Di Kemayoran, Jakarta Pusat, sebuah convention hall dan hotel yang luasnya melebihi Jakarta Convention Center sedang dibangun. Diharapkan, kata Hartati, ”Pekan Raya Jakarta akan menjadi ajang pameran berstandar internasional.”

Heri Susanto

Imperium Bisnis CCM

Listrik: PT Berca Indonesia Kentjana Sakti Indonesia Agen Asea Brown Boveri (ABB)

Konstruksi dan Engineering: PT Balfour Beatty Sakti PT Altrak PT Karunia Berca Indonesia

Teknologi Informasi: PT Berca Hardayaperkasa (agen HP, IBM, Hitachi, Fujitsu, Symantec)

Sepatu: PT Hardaya Aneka Shoes PT Nagasakti Paramashoes

Kehutanan: PT Bina Balantak Raya

Perkebunan: PT Hardaya Inti Plantations

Plywood: Intracawood Manufacturing

Properti: PT Metropolitan Kencana PT Jakarta International Expo

Sumber: Situs CCM dan riset Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus