Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Gambar yang terpampang di layar laptop itu sama sekali tak tampak ganas apalagi menakutkan. Gumpalan-gumpalan putih berserabut ini selintas mirip hamparan salju lembut, dengan celah sempit memanjang tepat di bagian tengah. Namun, kenyataannya, tampilan putih itu tak selembut penampakannya. Bill Martineac, pria bule 60 tahun, takut setengah mati dengan gumpalan putih itu. Sebab, benda itulah yang membuat pensiunan Ford Motor Company ini selalu kesakitan setengah mati setiap kali buang air kecil.
Menurut Li Man Kay, ahli urologi dari Rumah Sakit Gleneagles Singapura, Martienac mengalami pembesaran kelenjar prostat. Dalam dunia kedokteran, kondisi ini disebut benign prostatic hyperlasia atau pembesaran prostat jinak akibat sel-sel prostat memperbanyak diri melebihi kondisi normal. Hal itu biasanya terjadi seiring dengan proses penuaan seseorang. Menurut data dunia, lebih dari 50 persen pria usia 60-an, dan 90 persen pria berusia 70-80 tahun, terkena masalah ini.
Karena letaknya mengelilingi saluran kencing (uretra), kelenjar prostat yang membesar itu akhirnya menekan saluran kencing. ”Akibatnya, aliran urin dari kantong kemih terhambat,” ujar Li kepada Tempo, seusai peresmian Pusat Transplantasi Hati Rumah Sakit Gleneagles Singapura, dua pekan lalu.
Itulah yang kemudian membuat penderitanya sulit menahan buang air kecil, pancaran air seni melemah dan terputus-putus, sering buang air kecil pada malam hari, dan harus mengejan ketika kencing yang terkadang disertai rasa nyeri. ”Benar-benar merepotkan, terutama kalau harus melakukan perjalanan jauh,” kata Martienac. Dia juga tak pernah bisa tidur nyenyak pada malam hari akibat sering terjaga untuk kencing.
Siksaan ”kecil” saat buang air kecil yang sudah dialaminya bertahun-tahun itu tidak lantas membuat Martienac pasrah untuk diobati. Maklum, setahu Martienac, pengobatan prostatnya bisa berakibat ”tidak happy”. Memang, penderita dengan keluhan ringan bisa sembuh sekadar dengan observasi dan pemberian obat.
Namun, jika ukuran prostat sudah lebih dari 100 gram (normalnya sekitar 20 gram), seperti yang menimpa Martienac, mau tidak mau harus dibedah atau dikerok dengan pisau menggunakan metode transurethral resection of the prostate (TURP). Akibatnya—ini yang membuat Martienac ”tidak happy”—bisa berupa inkontinensia atau sering mengompol, hingga disfungsi ereksi. Alamak!
Mimpi buruk disfungsi ereksi itulah yang membuat Martienac ketakutan ketika dokter Li memutuskan untuk membuang jaringan prostat yang membesar itu. Tapi dokter berhasil meyakinkan dia bahwa prosedur yang bakal dijalaninya tidak menyakitkan, cukup cepat, dan yang terpenting tidak mengakibatkan dia suka mengompol, apalagi disfungsi ereksi. Hanya kurang dari satu jam, gumpalan putih itu raib. Martienac pun cuma butuh menginap semalam di rumah sakit. ”Tidak sakit sama sekali. I’m happy, I’m happy...,” katanya menceritakan pengalaman mendapat treatment ”ajaib” dokter Li.
Nah, cara penanganan terbaru itu diberi nama photoselective vaporization of the prostate (PVP) green light atau mengobati dengan pancaran laser hijau. Cara kerjanya mirip dengan yang dikerok (TURP). Bedanya, dalam prosedur TURP, operasi dilakukan dengan cara mengerok jaringan prostat yang menghalangi saluran kencing. Sedangkan PVP lebih aman, nyaman, dan tidak berdarah-darah, karena menggunakan laser untuk mengikis jaringan yang tidak dikehendaki (lihat infografik: Cara Kerja Si Laser).
Langkah pertama, alat peneropong supermini, sistoskop, yang dimasukkan ke saluran kencing melalui penis, merekam gambar gumpalan putih itu. Alat tersebut kemudian perlahan-lahan membabat habis kelenjar prostat yang membengkak. Hasilnya? ”Kini saya bisa buang air dengan lancar,” tutur Martineac, yang dilaser dua bulan lalu. Dia cuma diminta menghindari pekerjaan berat selama 48 jam setelah operasi, tidak melakukan aktivitas seksual selama dua minggu, tidak mengkonsumsi kopi, teh, minuman ringan, ataupun alkohol hingga tiga hari setelah operasi, dan lebih sering minum.
Laser hijau PVP benar-benar alat baru yang menggembirakan penderita pembesaran jaringan prostat. Tak mengherankan bila dalam setahun setelah diperkenalkan, PVP menjadi sangat populer. Di Asia Tenggara, baru rumah sakit di Singapura yang menggunakan alat ini. Sedangkan di Indonesia, laser hijau ini akan datang tiga bulan lagi.
Rumah Sakit Gleneagles sendiri baru mengoperasikan alat baru ini dua bulan lalu. ”Tapi jumlah pasien yang saya tangani dengan cara ini sudah 40 orang, termasuk dari Indonesia,” kata Li. Maklum, selain berlangsung cepat, efek sampingnya hampir tidak ada. ”Hanya sedikit perdarahan, itu pun sangat jarang,” katanya. Biayanya? S$ 10 ribu atau sekitar Rp 57 juta saja.
Meskipun laser hijau oke, menurut ahli urologi FKUI/RSCM Akmal Thaher, yang terbaik dilakukan para pria berusia di atas 40 tahun adalah secara rutin melakukan pemeriksaan medis. Dengan demikian, bila terjadi pembesaran prostat, bisa diketahui sedini mungkin. Tindakan ini sangat penting mengingat bila terlambat terdeteksi dan diobati, pembesaran prostat jinak bisa berkembang menjadi kanker prostat. Sayangnya, hampir separuh pasien yang datang ke ruang prakteknya dalam kondisi parah. ”Banyak yang sudah tidak bisa kencing sama sekali,” katanya.
Nunuy Nurhayati
Cara Kerja Si Laser
- Terapi ini menggunakan laser hijau berkekuatan tinggi dan serat tipis yang fleksibel.
- Pasien akan dibius sebelum operasi dimulai.
- Serat tipis dimasukkan ke sistoskop, pipa logam kecil, yang memungkinkan dokter mengetahui ukuran pembesaran kelenjar prostat, lokasi, serta tingkat kerusakannya secara tepat.
- Sistoskop dimasukkan ke uretra (saluran kencing) di penis.
- Serat tipis memancarkan laser berwarna hijau. Pancaran laser ini menggerus jaringan prostat yang membesar dalam 45-60 menit.
- Seusai operasi, selang kateter dimasukkan ke penis (umumnya dipasang kurang dari 24 jam) agar tetap nyaman saat berkemih.
- Prostat adalah kelenjar yang ada pada pria, terletak tepat di bawah kandung kemih, di antara tulang kemaluan dan poros usus.
- Seperti wanita yang mengalami menopause, kaum pria juga harus waspada akan adanya pembesaran prostat di usia senja.
- Risiko penyakit ini dapat dikurangi dengan menerapkan pola hidup sehat, antara lain: Mengurangi makanan kaya lemak hewan. Meningkatkan makanan kaya lycopene (dalam tomat), selenium (dalam makanan laut), vitamin E, isoflavonoid (dalam produk kedelai).
- Makan sedikitnya lima porsi buah dan sayuran sehari.
- Berolahraga rutin.
- Pertahankan berat badan ideal.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo