Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Karnaval rakyat menjadi suguhan utama perayaan. Minuman beralkohol, keriangan parade, dan pasar murah jadi bagian dari pesta pora. Kontributor Tempo, Asbari Nurpatria Krisna, yang sudah 20 tahun lebih mengikuti perayaan Hari Ratu, mereportasekan momen akbar itu di tengah krisis ekonomi.
Ahad pagi tiga pekan lalu, Amsterdam terasa berbeda. Anak-anak berseliweran membawa setumpuk koran, brosur, dan selebaran untuk dibagikan. Sembari bercanda, mereka berlomba menyimpan kertas-kertas itu di depan setiap pintu rumah warga. Siapa yang cepat menghabiskan lembaran-lembaran itu jadi juaranya. Hari itu para bocah dan remaja di Belanda jadi loper dadakan.
Menjadi pengantar koran dan brosur memang salah satu cara bagi anak-anak di Amsterdam dan seluruh pelosok Belanda mencari uang tambahan. Biasanya mereka diupah perusahaan-perusahaan yang beriklan lewat media koran, brosur, dan selebaran. Dalam satu atau dua hari kerja, bocah dan remaja di Belanda bisa mengantongi 300 euro atau sekitar Rp 3,6 juta.
Praktek ini jadi ”tradisi” beberapa hari menjelang perayaan Koninginnedag atau Hari Ratu, hari penobatan Ratu Belanda, setiap 30 April. Hawa musim semi seperti memompa semangat mereka. Setelah menjadi loper, mereka mengumpulkan dan membersihkan semua barang rongsokan yang ada di rumah masing-masing untuk dilego pada puncak perayaan Hari Ratu.
Hari Ratu adalah hari pasar. Harga berbagai jenis barang jauh lebih murah dibanding biasanya. Sebab, setiap orang boleh berjualan zonder pajak. Ratu Beatrix Wilhelmina Armgard memulai tradisi hari pasar ini sejak 32 tahun lalu. Dalam pidato saat penobatannya sebagai Ratu Belanda, 30 April 1980, Beatrix berterima kasih kepada ibunya, Ratu Juliana. Karena hormat kepada ibunya itu, ia berjanji akan meneruskan ulang tahunnya pada tiap 30 April sebagai Hari Ratu.
Awal mulanya, Hari Ratu dikenal dengan nama Prinsessedag atau Hari Putri, yang diperingati setiap 31 Agustus sejak 1885. Momen itu bertepatan dengan hari ulang tahun nenek Beatrix, Ratu Wilhelmina, ratu pertama setelah Kerajaan Belanda selalu dipimpin raja.
Perhelatan ini bertujuan mempersatukan bangsa Belanda. Istilah berubah menjadi Koninginnedag kala Wilhelmina, yang berusia 18 tahun, dinobatkan menjadi ratu pada 31 Agustus 1898.
Sampai Perang Dunia II, Hari Ratu hanya diikuti orang-orang yang loyal kepada kerajaan. Sedangkan penduduk Belanda yang berhaluan sosialis dan komunis tidak ikut merayakannya. Mereka memilih berfoya-foya dan bersenang-senang pada Hari Buruh Internasional, setiap 1 Mei.
Belanda memang terpecah pada waktu itu. Untunglah, seusai Perang Dunia II, orang sosialis-demokrat kembali akur sehingga Koninginnedag sejak saat itu dirayakan semua orang Belanda, lintas ideologi.
Semasa Ratu Juliana masih hidup, perayaan Hari Ratu berlangsung eksklusif, selalu diselenggarakan di Istana Soestdijk, Utrecht. Acara pun berlangsung sangat formal dengan parade orang-orang dewasa dan aubade murid sekolah yang sengaja datang ke kantor wali kota.
Eksklusivitas itu lantas berubah sejak Ratu Beatrix memimpin Belanda. Perayaan mengikutsertakan sebanyak mungkin warga. Ratu dan keluarganya mengunjungi ibu kota provinsi atau kota praja. Rakyat diperbolehkan berjualan apa saja tanpa harus meminta izin serta bebas pajak pertambahan nilai dan pajak tempat usaha. Sekarang hampir 700 ribu turis dari berbagai negara kerap hadir dan menyemarakkan Hari Ratu.
DENGAN setelan jas abu-abu tua, Perdana Menteri Mark Rutte berjalan tergesa menaiki anak tangga yang dilapisi karpet merah di Istana Kerajaan Belanda. Wajahnya murung. Kedatangannya ke istana kali ini ternyata membawa kabar buruk. Persis dua pekan sebelum kemeriahan Hari Ratu, Rutte mengundurkan diri sebagai Perdana Menteri Belanda setelah gagal membujuk si ”biang kerok” parlemen Belanda, Geert Wilders, agar mau melakukan penghematan anggaran sebesar Rp 15,4 triliun sesuai dengan anjuran Uni Eropa.
Ini berarti Belanda dalam bahaya. Krisis ekonomi masih mengungkung. Terjadi pemecatan sejumlah karyawan. Belanda juga mengalami defisit anggaran sebesar 4,6 persen, di atas ambang batas toleransi Uni Eropa sebesar 3 persen. Pemerintahan pimpinan Rutte hanya bertahan 558 hari, yang merupakan pemerintahan berdurasi terpendek keempat di Belanda sejak Perang Dunia II.
Namun, syukurlah, kegalauan soal kondisi Negara Tulip ini sebentar sirna. Satu pekan dari pengunduran diri Rutte, Hari Ratu seolah-olah bagai oasis bagi penduduk Belanda. Kanal-kanal dam di Amsterdam penuh perahu yang ditumpangi muda-mudi mengenakan aksesori dan busana serba oranye. Mereka berjingkrakan. Musik disko yang memekakkan telinga menghanyutkan pikiran. Mereka pun melupakan sejenak krisis ekonomi dan esok sebagai penganggur. ”Ini cukup menghibur rakyat di tengah pemecatan besar-besaran,” kata sejarawan Belanda, Coos Huijsen.
Di Amsterdam, kemeriahan memang tidak berubah banyak dari tahun lalu. Hanya aturan minuman beralkohol yang diperketat. Penjagaan keamanan oleh kepolisian juga diperkuat, untuk mencegah kerusuhan tahun lalu terulang. Pada Hari Ratu 2011, tercatat 1.330 kasus perkelahian dalam satu hari. Semua diakibatkan terlalu banyak menenggak bir.
Berdasarkan pantauan Tempo, krisis ekonomi seperti tidak hadir dalam kegiatan perayaan Hari Ratu tahun ini. Contohnya berjudi. Di Dam, sebuah lapangan di depan Istana Dam, pada Hari Ratu selalu ada kegiatan khusus, yaitu kermis, tempat anak-anak, remaja, dan orang tua bisa bermain ketangkasan.
Di sinilah bocah-bocah Belanda mulai belajar berjudi. Caranya adalah menjatuhkan koin, sehingga kepingan logam itu meluncur sesuai dengan jalur yang tersedia, berujung pada jenis hadiah tertentu. Di Hari Ratu ini juga anak-anak mulai mengenal permainan jackpot, yang biasa ada di kasino; lempar bola berhadiah; menembak berhadiah; atau permainan ketangkasan lainnya.
Di mana Ratu Beatrix pada hari ulang tahunnya? Sang Ratu bersama keluarga punya tradisi mengunjungi desa-desa atau kota-kota yang dia pilih. Tahun ini Beatrix dan rombongan ke Rhenen, kota praja kecil di Provinsi Utrecht, tidak jauh dari Veenendaal. Di Rhenen, paduan suara anak-anak sekolah, tarian, dan tarik tambang menyambut rombongan ratu. Satu lagi tontonan unik di sana adalah lomba melempar kloset di lapangan. Yang lemparannya terjauh keluar sebagai pemenang.Agar terpilih menjadi tempat yang dikunjungi ratu pada Koninginnedag, wali kota atau gubernur harus melayangkan surat undangan. Ratulah yang memilih. Kedatangan ratu merupakan kehormatan karena biasanya ia memilih daerah yang berprestasi, seperti yang bebas korupsi atau paling bersih serta keunggulan lain.
Berdasarkan survei di Negeri Kincir Angin, popularitas Ratu Beatrix dari tahun ke tahun semakin menanjak. Sebab, rakyat makin percaya kapasitasnya sebagai kepala negara. Menurut pandangan rakyat, Ratu Beatrix sangat memperhatikan kepentingan rakyat. Dia ingin rakyat bergembira pada Hari Ratu. ”Ini pesta untuk kita semua,” ujar Ratu sambil tersenyum di Rhenen.
Sayang, jauh di balik senyuman, sang Ratu merasa sedih. Dengan terbuka, di depan warga Rhenen, ia menyatakan hatinya pilu karena Pangeran Friso, putra kedua, dan istrinya, Mabel, tidak dapat hadir menemaninya. Friso mengalami kecelakaan, ditimpa badai salju dan tertimbun beberapa saat, pada Februari lalu di Prancis. Kini ia koma dan dirawat di rumah sakit di London. Toh, ratu juga manusia.
Sandy Indra Pratama, Asbari Nurpatria Krisna (Amsterdam)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo