Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA - Kiai Haji Salahuddin Wahid meninggal di Rumah Sakit Harapan Kita, Jakarta Barat, sekitar pukul 20.55 WIB, kemarin. Gus Solah, sapaan Salahuddin, meninggal pada usia 77 tahun karena penyakit jantung.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Gus Solah baru saja wafat pada pukul 20.55. Mohon dimaafkan seluruh kesalahan. Allahummaghfirlahu warhamhu wa’afihi wa’fuanhu," kata Irfan Asy’ari Sudirman Wahid alias Ipang Wahid, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ipang mengatakan orang tuanya dirawat di rumah sakit itu sejak seminggu yang lalu. Salahuddin juga sempat menjalani tindakan medis ablasi karena ada masalah pada selaput jantungnya. Setelah operasi, ia diperbolehkan pulang ke rumah. Namun, beberapa hari ia beristirahat di rumah, tubuh cucu pendiri Pondok Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, KH Hasyim Asy’ari, ini kembali lemas. Keluarga akhirnya membawa Salahuddin kembali ke Rumah Sakit Harapan Kita.
Salahuddin adalah putra pasangan KH Wahid Hasyim-pendiri organisasi Nahdlatul Ulama-dan Sholehah. Salahuddin juga adik kandung Abdurrahman Wahid, presiden keempat Republik Indonesia.
Ia pernah berkiprah di lembaga negara. Salahuddin menjadi anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat pada 1998 serta pernah menjabat Wakil Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia.
Pada 2006, Salahuddin pernah bercerita kepada majalah Tempo tentang bagaimana ia harus mondar-mandir Jakarta-Jombang sejak menjadi pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng. Ia mengatakan rumah pesantren itu tak asing baginya. Tiga tahun lebih ia tinggal di rumah itu sewaktu kecil. Ia masih ingat ketika pertama kali ada serangan udara dari pasukan sekutu pada periode agresi militer. Ia terjatuh. Kepalanya bocor akibat terantuk bak mandi.
Saat itu, Salahuddin mengaku pasrah bila hayatnya harus berakhir di Tebuireng. "Kalau meninggal, nanti kan tinggal menyeberang saja," katanya sambil menunjuk permakaman keluarga yang terletak di kompleks pesantren.
Sesuai dengan rencana keluarga, jenazah almarhum akan dimakamkan di kompleks permakaman keluarga. Namun jenazah lebih dulu disemayamkan di rumah duka, Jalan Bangka Raya Nomor 2B, Jakarta Selatan. Kemudian jenazah akan diterbangkan dengan pesawat Hercules dari Bandar Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, ke Surabaya, lalu menempuh perjalanan darat ke Jombang.
RUSMAN PARAQBUEQ
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo