Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Kiai dan Santrinya

Ma’ruf Amin kerap berdiskusi dengan kawan lamanya saat mondok di pesantren. Mengubah kebiasaannya sebagai kiai.

13 April 2019 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Akmal murid dan santri KH Ma’aruf Amin. TEMPO/Jati Mahatmaji

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI atas panggung kampanye di Lapangan Marzuki Mahdi, Kota Bogor, Jawa Barat, Ma’ruf Amin tiba-tiba menyanyikan Jokowi Presidenku. Nadanya berasal dari lagu Garuda di Dadaku yang dipopulerkan grup Netral. Akmal Marhali, santri Ma’ruf, adalah yang mula-mula mengganti liriknya. “Tapi lirik diubah lagi oleh Abah,” ujar Muhammad Syahid, suami putri ketujuh Ma’ruf, Siti Hannah, Senin, 8 April lalu.

Tak banyak yang pernah mendengarkan Kiai Ma’ruf mendendangkan lagu. Maka, ketika tiba-tiba Ma’ruf menyanyikan Jokowi Presidenku di panggung, ini menjadi kejutan kampanye. Hadirin akhirnya turut berdendang mengikuti Ma’ruf. “Lagu itu membuat semangat Abah berkampanye makin tinggi,” kata Akmal.

Sehari-hari Akmal menjadi teman mengobrol Ma’ruf dan kerap memberikan masukan. Ia, misalnya, menyarankan Ma’ruf bersantap di sebuah restoran Padang di Jakarta sekaligus bersilaturahmi dengan kelompok Minang Pemilih Jokowi sebelum bertolak ke Sumatera Barat pada Februari lalu. Ini bagian dari strategi awal merebut hati pemilih di provinsi itu.

Ma’ruf pernah mengatakan Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi terberat bagi dia dan pasangannya, calon presiden Joko Widodo. Sejumlah survei menyebutkan lawan mereka, Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno, unggul di wilayah yang identik dengan semangat Islam yang kental tersebut. Padahal, dari kedua pasang calon, Ma’ruf satu-satunya kiai. “Saya bingung juga. Calon wakil presidennya kiai saja masih enggak tembus,” ucapnya.


 

Pegiat gerakan Save Our Soccer itu pernah mempertemukan sejumlah pemain dan suporter sepak bola dengan Ma’ruf untuk menyatakan dukungan. Misalnya bekas pemain tim nasional, Ponaryo Astaman, yang mendatangi Ma’ruf pada awal Januari lalu. Akmal menganggap nama-nama beken di dunia sepak bola nasional ampuh meningkatkan elektabilitas di kalangan penggemar olahraga tersebut.

 


 

Akmal bisa masuk ke lingkaran utama Ma’ruf karena sejak 2000 rutin mengikuti pengajiannya. Sejak itu, ia dianggap sebagai santri oleh Ma’ruf hingga akrab dengan keluarga Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia nonaktif tersebut. Setelah Ma’ruf ditetapkan sebagai calon wakil presiden, Akmal diajak masuk ke tim inti pemenangannya.

Pegiat gerakan Save Our Soccer itu pernah mempertemukan sejumlah pemain dan suporter sepak bola dengan Ma’ruf untuk menyatakan dukungan. Misalnya bekas pemain tim nasional, Ponaryo Astaman, yang mendatangi Ma’ruf pada awal Januari lalu. Akmal menganggap nama-nama beken di dunia sepak bola nasional ampuh meningkatkan elektabilitas di kalangan penggemar olahraga tersebut.

Sejumlah bobotoh Persib Bandung pernah datang ke kediaman sementara Ma’ruf selama pemilihan presiden di Jalan Situbondo 12, Menteng, Jakarta Pusat. Setelah menyatakan dukungan, mereka memberikan syal bertulisan “Bobotoh Jokowi”, yang langsung dilingkarkan Ma’ruf di leher. Seusai pertemuan itu, komunitas pendukung Persib membantah menyatakan dukungan terhadap Jokowi-Ma’ruf. Menghindari polemik serupa, Akmal mewanti-wanti Ma’ruf bila didatangi suporter klub sepak bola. “Saya bilang ke Abah agar menerima suporter timnas Indonesia saja,” tuturnya.

Akmal kini lebih banyak berhubungan dengan menantu Ma’ruf, Muhammad Syahid, serta Siti Hannah. Seorang lagi kepercayaan Ma’ruf di regu ini adalah Irfan Zidny, pengurus Nahdlatul Ulama lulusan Pondok Pesantren Tebuireng di Jombang, Jawa Timur. Mereka kerap mendampingi Ma’ruf dalam kampanye.

Bersama Irfan, Akmal membentuk Relawan Utama Amanah Jokowi-Ma’ruf Amin Berkah atau Rumah Jamaah. Irfan menjadi ketua dan Akmal sekretarisnya. Markasnya di rumah Situbondo. Sebelum menjadi calon wakil presiden, Ma’ruf tinggal di Jalan Lorong 27, Koja, Jakarta Utara.

Di markas Rumah Jamaah, Irfan dan Akmal mengundang sejumlah tokoh agama untuk mendeklarasikan dukungan kepada Jokowi-Ma’ruf. Ini dilakukan terutama pada Desember 2018, ketika Ma’ruf tidak bisa beraktivitas lantaran kakinya terkilir. Ma’ruf meminta saran Irfan untuk mengefektifkan waktu kampanye meski ia tak bisa ke mana-mana. Irfan memberikan masukan agar Ma’ruf mengundang mereka ke kediamannya. “Beliau langsung setuju,” katanya.

Irfan juga menyarankan Ma’ruf mengubah kebiasaan. Misalnya, saat bertemu dengan masyarakat, Ma’ruf mesti menyongsong dan menyalami mereka. Sebagai kiai, biasanya Ma’ruf yang didatangi masyarakat. Ma’ruf mengikuti saran itu dengan menghampiri mereka yang terlihat ingin bersalaman. “Tapi sekarang Abah banyak dadah-dadah untuk mengantisipasi jika bersalaman tangan beliau ditarik-tarik,” ucap Irfan.

Irfan Zidny. TEMPO/M Taufan Rengganis

Putri Ma’ruf, Siti Hannah, membenarkan keterangan Irfan. “Karena Abah itu kini bukan hanya milik umat Islam, tapi calon wakil presiden Indonesia.” Selain dengan Akmal dan Irfan, menurut Hannah, ayahnya kerap bertukar pikiran dengan sejumlah kiai, seperti Kiai Abdul Hayyie Naim dan Kiai Muhammad Cholil Nafis. “Dari dulu teman diskusinya banyak. Kalau ngobrol, sampai malam di rumah,” tuturnya.

Kiai Abdul Hayyie Naim, 79 tahun, mengakui memang kerap mengobrol dengan Ma’ruf. “Tapi tidak secara khusus, hanya hal-hal umum tentang agama,” kata teman Ma’ruf sejak mondok di Pesantren Tebuireng pada akhir 1950-an ini. Ketua Yayasan Masjid Annur di Cipete, Jakarta Selatan, ini pernah membawa sejumlah kiai untuk mendukung Ma’ruf.

Adapun Kiai Muhammad Cholil Nafis enggan menjawab pertanyaan Tempo. Ketika dihubungi, Ketua Komisi Dakwah Pusat Majelis Ulama Indonesia ini mengatakan sedang berada di Riyadh, Arab Saudi. “Saya masih pembukaan konferensi,” ujarnya. Hannah menuturkan, Cholil adalah salah seorang sahabat sekaligus santri ayahnya yang kerap dimintai pertimbangan dalam mengambil keputusan di MUI.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus