Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Tak Lepas Dari Tim Sebelas

Jokowi mengandalkan orang-orang lawas yang membantunya pada 2014. Kebanyakan bekerja di belakang layar.

13 April 2019 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Andi Widjajanto. ANTARA/Widodo S. Jusuf

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DITULIS dengan tinta biru, surat bertanda tangan Joko Widodo berisi ajakan menggunakan hak pilih dalam pemilihan presiden pada 17 April ini. Surat itu juga mengajak memilih calon berbaju putih, warna pakaian Jokowi-Ma’ruf Amin dalam surat suara. “Kita semua ke TPS (tempat pemungutan suara) berbondong-bondong berbaju putih,” demikian tertulis dalam surat tersebut.

Setelah foto surat itu menjadi viral pada Selasa, 26 Maret lalu, kampanye “putih-putih” mulai bergema. Dalam kampanye di Gelanggang Olahraga Kedopok, Kota Probolinggo, Jawa Timur, Jokowi kembali menyerukan penggunaan baju putih. “Saya ajak untuk memakai baju putih karena yang akan dicoblos bajunya putih,” ujarnya. Pemanasan menjelang hari pencoblosan, kubu Jokowi menggelar Konser Putih Bersatu di Gelora Bung Karno, Jakarta, pada Sabtu, 13 April, dengan mengimbau para pendukung yang datang ke stadion memakai baju putih.

Tiga sumber di lingkungan Istana dan Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma’ruf mengatakan gagasan gerakan putih-putih berasal dari mantan Sekretaris Kabinet, Andi Widjajanto. Menurut mereka, Andi menyarankan Jokowi menulis surat kepada pendukungnya untuk mempertemukan mereka dalam satu gerakan bersama. Tulisan tangan itu kemudian dikirimkan kepada Andi melalui salah satu anggota staf Jokowi. Dimintai tanggapan soal ini, Andi menolak berkomentar. “Saya belum bisa jawab sebelum 17 April tuntas,” katanya melalui pesan WhatsApp.

Menjabat Sekretaris Kabinet pada awal November 2014, Andi tak sampai setahun mengisi posisi tersebut. Ia digantikan politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Pramono Anung, pada awal Agustus 2015. Tapi diam-diam Andi tetap membantu Jokowi. Menurut tiga narasumber tersebut, Andi salah satu orang yang memberikan pertimbangan saat pergantian Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat, yang kini dijabat Jenderal Andika Perkasa.

Andi juga berperan dalam berbagai persiapan untuk memenangkan Jokowi lagi. Menurut tiga narasumber yang sama, Andi ikut menyusun daftar calon wakil presiden potensial untuk Jokowi. Saat persiapan debat, ia juga tokoh utama di belakang layar. Misalnya, ia menentukan sparring partner untuk Jokowi dalam simulasi debat. Menjelang debat pertama, Andi meminta juru bicara Tim Kampanye Jokowi-Ma’ruf, Arya Mahendra Sinulingga, berperan sebagai lawan Jokowi, Prabowo Subianto.

Arya adalah Direktur Pemberitaan Media Nusantara Citra. Pada pemilihan 2014, Arya berada di barisan pendukung Prabowo-Hatta Rajasa. Ketua Partai Persatuan Indonesia itu hanya tertawa saat dimintai tanggapan. Menurut dia, banyak orang ikut membantu simulasi tersebut. “Tapi memang Mas Andi punya peran besar,” ujarnya. Arya enggan mendetailkan peran tersebut.

Menurut sumber di Istana, Andi kian sering bertemu dengan Jokowi menjelang kampanye. Dalam sepekan, ia bisa lebih dari tiga kali dipanggil ke Istana Bogor, yang menjadi tempat tinggal inkumben. Saking seringnya dipanggil ke sana, Andi kerap menginap di Hotel Salak The Heritage, yang berjarak sekitar 400 meter dari Istana. Seorang pegawai di hotel tersebut membenarkan kabar bahwa Andi sering berada di sana.

Sebelum penetapan calon presiden, Andi membentuk tim yang bermarkas di Jalan Garut, Jakarta, yang salah satu tugasnya menjaring calon pendamping Jokowi. “Tim Garut” juga melaksanakan tugas-tugas bawah tanah lain, seperti mendekati pesantren-pesantren untuk meredam efek perkara penodaan agama yang dituduhkan kepada Gubernur DKI Jakarta saat itu, Basuki Tjahaja Purnama. Jokowi, yang menjadi atasan Basuki di Jakarta, terkena getah kasus tersebut.

Andi juga aktif mendirikan tim relawan. Salah satunya Cakra 19, organisasi yang anggotanya kebanyakan purnawirawan TNI yang belum lama pensiun. Andi pun membentuk “Tim Awan”, yang bertugas mengawal kondisi di udara alias dunia maya. Juru bicara Cakra 19, Iskandar Sitompul, mengatakan timnya kerap mendapat masukan dari “Tim Awan” untuk menggalang dukungan di darat. Seorang narasumber yang mengetahui aktivitas Andi mengatakan Andi membentuk puluhan tim lain untuk memenangkan Jokowi. Andi menolak berkomentar tentang aktivitasnya ini.

Kedekatan Andi dan Jokowi terjalin menjelang pemilihan presiden 2014. Kala itu, Andi tergabung dalam Tim Sebelas, yang anggotanya antara aktivis antikorupsi, Teten Masduki; peneliti militer Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jaleswari Pramodhawardani; pengamat militer Universitas Padjadjaran, Muradi; pengamat hubungan internasional, Makmur Keliat; dan pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada, Ari Dwipayana. “Tim ini dibentuk Megawati,” kata Andi kepada Tempo saat itu. Andi dan Teten ditugasi mengawal kampanye Jokowi.

Teten Masduki. TEMPO/Subekti

Kini, sejumlah personel Tim Sebelas tetap berada di Istana. Jaleswari, misalnya, menjabat Deputi V Kantor Staf Presiden, yang mengurus isu politik, hukum, pertahanan dan keamanan, serta hak asasi manusia. Ari Dwipayana menjadi anggota staf khusus bidang politik dan pemerintahan. Adapun Teten Masduki menjabat Koordinator Staf Khusus Presiden. Dia sempat menjadi Kepala Staf Presiden sebelum digantikan mantan Panglima TNI, Moeldoko, pada pertengahan Januari 2018. Sejumlah anggota Tim Garut yang dipimpin Andi juga anggota Tim Sebelas.

Jokowi pun cukup mengandalkan Tim Sebelas dalam kampanyenya. Tiga sumber di Tim Kampanye Nasional mengatakan Tim Sebelas aktif menggelar diskusi tertutup untuk menjaring masukan dari para ahli. Dalam debat perdana yang bertema hukum, hak asasi manusia, dan terorisme, Jaleswari ikut mempersiapkan materi untuk Jokowi dan Ma’ruf. Jaleswari tak menanggapi pertanyaan yang dilayangkan Tempo.

Anggota Tim Sebelas, Muradi, membenarkan kabar bahwa timnya ikut menyiapkan materi. “Sesuai kapasitas, saya ikut memberikan masukan soal terorisme. Tapi kami hanya salah satu dari beberapa tim,” ujarnya. Dosen Universitas Padjadjaran ini juga bergerak menarik dukungan di Jawa Barat, provinsi tempat Jokowi kalah telak oleh Prabowo pada 2014.

Teten ikut pula membantu menggalang dukungan di provinsi itu, terutama di wilayah selatan. Salah satu pendiri Indonesia Corruption Watch ini juga menjadi penghubung Istana dengan kalangan aktivis. Teten menolak diwawancarai Tempo terkait dengan perannya. “Saya sudah mulai melipir. Mau kembali ke habitat setelah pemilu,” ujarnya.

Di luar Tim Sebelas, ada lagi sejumlah orang kepercayaan Jokowi, seperti Sekretaris Kabinet Pramono Anung. Mantan Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ini menjadi penghubung Istana dengan petinggi partai-partai politik pendukung pemerintah. Pertemuan dengan para sekretaris jenderal partai koalisi pada September tahun lalu, misalnya, diinisiasi Pramono. Pertemuan tersebut antara lain membahas calon ketua tim kampanye Jokowi-Ma’ruf.

Pramono pun selalu menemani Jokowi selama tujuh bulan kampanye terbuka ataupun tertutup. Kepada Tempo, ia membenarkan kabar tentang perannya tersebut. “Biasanya hal yang terkait dengan ketua umum ditangani langsung oleh Pak Jokowi. Tapi, untuk yang lebih operasional, saya diminta mengkoordinasinya,” kata Pramono.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus