Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Bagi perempuan yang bekerja sekaligus menjadi ibu baru memiliki tantangan tersendiri, termasuk dari sisi psikologi. Salah satunya mengalami rasa cemas berlebihan bagaimana membagi waktu, berperan sebagai ibu yang baik, bersikap profesional saat bekerja, dan waktu untuk dirinya sendiri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Psikolog klinis dari Universitas Indonesia, Dessy Ilsanty mengungkapkan untuk mengatasi rasa cemas berlebihan awali dengan mengevaluasi diri apa yang sebenarnya dirasakan. “Kadang ketika perempuan merasa cemas berlebihan ada dua kemungkinan penyebabnya. Bisa jadi itu disebabkan hal-hal yang realistis atau hanya didorong perasaan parno," ujar Dessy saat dihubungi Tempo, beberapa waktu lalu.
Dessy menyarankan, jika mengalami hal tersebut tulislah hal-hal yang membuat cemas, kemudian komunikasikan dengan suami untuk mencari solusi bersama. "Bila ketika menulis penyebab kecemasan yang hanya didorong reaksi berlebihan, segera kesampingkan. Tidak selayaknya dipikirkan atau dikaji kembali,” lanjut Dessy.
Saat menuliskan solusi dari hal-hal yang dicemaskan, buatlah berbagai alternatif solusi. Agar tergambar di pikiran dan bisa langsung diterapkan ketika mengalami kendala dengan salah satu solusi.
Selain menulis dan mencari solusi bersama, ibu baru juga jangan terlalu menghakimi diri sendiri. “Tanamkan pemikiran bahwa Anda adalah ibu yang baik. Terus berusaha ketika membuat kesalahan. Tidak perlu tertekan karena satu kesalahan, segera perbaiki. Ketika baru melakukan sesuatu, setiap manusia berpeluang membuat kesalahan dan itu bagian dari proses belajar,” jelas Dessy.
Dari sisi eksternal, support system ibu baru yang bekerja juga berperan penting dalam mengatasi rasa cemas berlebihan. Dessy menjelaskan jangan takut untuk meminta bantuan kepada orang tua atau teman. Menjalani hal-hal baru dapat terbantu dari sosok-sosok yang berpengalaman.
“Bantuan ini bersifat masukan dari pengalaman yang sudah mereka lalui. Namun perlu diingat, jangan terlalu terbebani bila menemui perbedaan cara pandang. Berpikirlah secara jernih dan diskusi dengan suami sebagai partner dalam membesarkan anak. Jangan sibuk sendiri di alam pikiran, sebab akan bermacam-macam imajinasi realistis yang muncul penyebab cemas berlebihan,” tandas Dessy.