Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Kim Dae-jung: Saya Keras terhadap Chaebol

23 Juli 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tanggal 19 Desember 1997. Baru satu hari lewat setelah Kim Dae-jung terpilih sebagai presiden ke-15 Korea Selatan, menggantikan Kim Young-sam. Hari pelantikan masih dua bulan lagi. Tapi Kim Dae-jung memutuskan menyingsingkan lengan baju pagi-pagi melihat Korea Selatan yang sudah babak-belur didera krisis ekonomi. "Saya harus segera terlibat dengan program yang ditawarkan IMF, International Monetary Fund," ujarnya kepada Tempo saat ditemui di Seoul akhir Juni lalu.

Kim memang terikat kontrak. Sejak masih kandidat presiden, ia sudah membuat perjanjian dengan IMF. Perjanjian itu dibuat agar para kandidat melaksanakan komitmennya bila kelak terpilih. Tapi Kim tidak sudi menelan mentah-mentah program yang disodorkan. Ia melakukan negosiasi ulang dengan IMF.

Robert Edward Rubin, Menteri Keuangan Amerika Serikat 1995-1999, dalam bukunya In an Uncertain World: Tough Choices from Wall Street to Washington, menulis, kesuksesan Korea mengatasi krisis bukan karena IMF atau Amerika, melainkan karena Presiden Kim Dae-jung serta seluruh tim kerjanya. Namun sebagian warga Korea tak sepakat. "Bukan Kim Dae-jung yang menyelamatkan Korea," kata seorang pegawai Bea-Cukai di Busan, "melainkan masyarakat Korea sendiri." Pendapat serupa terutama muncul dari kaum tua-tua yang mengalami masa Park Chung-hee. Dia jenderal "bertangan besi" yang lama memimpin (1963-1979) dan amat menyokong industrialisasi Korea.

Kim lahir di Jeollanam, sebuah provinsi di kawasan barat daya Korea. Awalnya bekerja di industri perkapalan, ia terpilih menjadi anggota parlemen pada 1961. Satu bulan kemudian, Korea dilanda kudeta militer. Parlemen dibubarkan. Jenderal Park Chung-hee, pemimpin kudeta, dua tahun kemudian naik ke kursi presiden. Kim adalah musuh politik Park. Maka hidupnya kerap dirundung petaka selama Jenderal Park berkuasa.

Mobilnya pernah ditabrak truk seberat 14 ton pada 1971-yang diyakini sebagai usaha pembunuhan-sehingga ia sulit berjalan hingga kini. Intelijen Korea menculiknya saat dia berobat di Jepang pada 1973, dan dia ditaruh pada sebuah kapal kecil di laut lepas hingga berhari-hari. Dia menjalani tahanan rumah enam tahun sebelum dipenjarakan dan dibuang ke Amerika.

Tapi Kim, kini 82 tahun, mengaku tak pernah menyerah. "Mati karena demokrasi adalah kehormatan bagi saya," ujarnya kepada Tempo. Dia dilantik pada 25 Februari 1998-sesaat setelah krisis ekonomi memporakporandakan Asia. Dan di bawah kepemimpinannya, Negeri Ginseng bangkit melewati krisis. Dan pengaruhnya belum pudar sampai kini. Dia menerima wartawan Tempo Yandhrie Arvian di kediaman pribadinya di Distrik Mapo, Seoul, untuk sebuah wawancara khusus pada Juni lalu. Di rumah ini, Kim menjalani tahanan rumah bertahun-tahun.

Berikut ini petikan wawancaranya.

Bagaimana Anda mengawali hari-hari pertama menjadi presiden?

Sehari setelah terpilih, saya menerima telepon dari Presiden Amerika Serikat Bill Clinton. Ia memperingatkan saya betapa seriusnya krisis ekonomi yang terjadi di Korea. Itu sebabnya Clinton berjanji akan mengirim anggota kabinetnya untuk membantu Korea bekerja sama dengan IMF. Tiga hari kemudian, David A. Lipton, Deputi Menteri Keuangan Amerika, tiba di Seoul. Lipton sebenarnya datang memberikan semacam tes kepada saya apakah benar-benar bisa melaksanakan perjanjian dengan IMF. Setelah berbincang-bincang cukup lama, ia mengatakan Korea bisa mendapatkan dukungan dari Amerika.

Seberapa parah kondisi ekonomi Korea saat itu?

Saat itu utang luar negeri kami US$ 100 miliar lebih, sementara cadangan devisa hanya US$ 3,87 miliar. Yang paling parah, setengah dari utang luar negeri itu utang jangka pendek. Para kreditor berkata, kalau saya tidak bekerja sama dengan Amerika atau IMF, mereka tidak bisa memperpanjang jatuh tempo pembayaran. Jadi, penting bagi saya untuk mendapatkan dukungan dari IMF untuk menghindarkan kebangkrutan Korea.

Jadi IMF benar-benar dibutuhkan Korea?

Kerja sama kami dengan IMF satu-satunya cara untuk menyelesaikan masalah krisis keuangan saat itu. Korea tidak punya kekayaan alam, seperti karet, minyak, atau kekayaan mineral lainnya. Yang kami punya hanya perdagangan dengan negara lain. Di bawah situasi krisis, kepercayaan internasional amat menentukan ekonomi Korea. Namun kami tidak serta-merta menjalankan program IMF tanpa memikirkan dampaknya.

Maksud Anda?

Saya menegaskan kepada IMF dan negara kreditor bahwa Korea akan mewujudkan demokrasi dan transparansi di pasar ekonomi. Tapi saya juga melakukan negosiasi ulang karena ada beberapa program IMF yang tidak cocok. Contohnya bunga pinjaman per tahun yang dipatok 30 persen dan kebijakan pengencangan ikat pinggang. Kalau kami ikuti saran itu, pertumbuhan ekonomi akan mandek. Korea bisa bangkrut.

Apakah negosiasi Anda berhasil?

Ya, saya berhasil membujuk IMF untuk memodifikasi kebijakan. Seerat-eratnya hubungan dengan IMF, kami harus mengubahnya sesuai dengan kondisi Korea. Pada akhir 1998, bunga pinjaman menjadi 6-8 persen per tahun.

Kebijakan apa yang diimplementasikan untuk memulihkan ekonomi Korea?

Saya berusaha memperkuat dasar ekonomi Korea berbasis kompetisi. Itu dimulai dengan reformasi finansial, konglomerasi, buruh, dan sektor publik. Transparansi dan persaingan yang adil juga saya terapkan selama lima tahun memimpin.

Bagaimana reformasi sektor keuangan berlangsung?

Hampir semua institusi keuangan bangkrut dan tidak mampu mencetak profit. Mereka tercekik masalah keuangan. Rasio kredit bermasalah (non-performing loan) di atas 10 persen. Pemerintah akhirnya menutup lima bank, dengan 600 anak cabang, dan memecat lebih dari 5.000 karyawan.

Pendekatan seperti apa yang Anda lakukan untuk memulai reformasi chaebol (sebutan untuk konglomerasi Korea yang dijalankan keluarga)?

Di masa lalu, para chaebol menikmati banyak kemudahan. Ada kolusi dengan para politikus. Namun saya tekankan bahwa di era pemerintahan saya, mereka dilarang melakukan kolusi dan korupsi. Tidak perlu memberi uang atau sumbangan politik apa pun. Saya meminta perusahaan Korea tidak turut campur lagi di dunia politik.

Jadi tidak ada lagi kemudahan buat konglomerat?

Saya meminta mereka memikirkan bagaimana membuat produk unggulan yang mendunia. Cara itu membuat perusahaan bisa meraup banyak uang. Jadi, kalau pemerintah butuh uang, mereka tinggal membayar pajak. Cara itu akan mengajari chaebol menjadi lebih patriotik.

Oke, jadi Anda bersikap keras. Hasilnya apa saja?

Saya memang keras betul terhadap sektor swasta. Apabila tidak bisa memberikan keuntungan, mereka harus mengubah haluan, atau pemiliknya segera mundur dari perusahaan. Hasilnya, 56 chaebol saya paksa tutup atau ganti kepemimpinan. Contohnya Daewoo Group. Pemiliknya akhirnya diganti dan Daewoo bertahan dari krisis. Melalui anak perusahaannya di bidang konstruksi, Daewoo meraih keuntungan.

Siapa yang memelopori gerakan menyumbangkan emas pada masa kekuasaan Anda?

Gerakan itu murni dari masyarakat Korea. Tidak ada orang atau organisasi tertentu yang memulainya. Masyarakat dengan sadar membantu kami untuk memulihkan kondisi ekonomi. Hasilnya, emas yang terkumpul sekitar US$ 2,2 miliar dan dialokasikan untuk menambah cadangan devisa.

Betulkah gerakan menyumbangkan kekayaan pribadi sudah menjadi tradisi Korea?

Dalam sejarah kami, gerakan menyumbangkan emas dimulai pada awal abad ke-19, sebelum Jepang menginvasi Korea. Jepang saat itu agresif memberikan pinjaman. Tujuannya membentuk koloni baru dengan menciptakan ketergantungan ekonomi. Tapi rakyat Korea berpendapat bahwa mereka harus independen. Akhirnya, rakyat mendermakan tabungan pribadi dan tembakau untuk membayar utang. Kegiatan mengumpulkan emas pada saat krisis 1997 mengikuti sejarah Korea di masa lalu.

Sejauh apa donasi emas membantu krisis ekonomi?

Uang yang terkumpul amat besar. Tapi yang penting adalah dunia internasional tersentuh dengan kampanye tersebut. Melalui televisi, mereka melihat bagaimana masyarakat Korea sukarela antre menyumbangkan emasnya. Kesan yang tertangkap di mata pemimpin negara lain, Korea benar-benar berusaha keras menyelamatkan negaranya.

Faktor apa saja yang membuat Korea mampu membayar US$ 57 miliar pinjaman IMF dalam tiga tahun?

Kami gencar melakukan ekspor ke negara lain. Juga menarik investasi dari luar negeri. Itu menambah cadangan devisa, yang tadinya US$ 3,87 miliar, merangkak jadi US$ 40 miliar pada akhir 1998. Di akhir masa jabatan saya, cadangan devisa mencapai US$ 130 miliar. Itulah mengapa kami bisa membayar utang begitu cepat.

Anda puas dengan hasil yang dicapai selama menjadi presiden?

Pada derajat tertentu, saya puas!

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus