Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Di jalan pulang ke Bukittinggi di dalam ngarai yang damai dan tenteram, saya persaksikan kebuasan dua tiga pemuda Minangkabau yang merintang-rintang puasanya dengan senapan angin menembaki unggas kecil yang lagi bersenang-senang terbang mencari makan dari ranting ke ranting di tebing itu. Sedang teman-temannya membaktikan jiwanya untuk negara dan kemerdekaan bangsanya di Padang Area, pemuda biadab itu menembaki unggas yang tak bersalah untuk kepelesirannya. Saya tidak mengerti, di tahun 1947 ini masih banyak pemuda Minangkabau seganas itu, seperti bapak-bapaknya yang mengurung burung, padahal mereka sendiri ingin merdeka dari penjajahan, katanya (1949:97).
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo