Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Berita Tempo Plus

Penakluk Noni Belanda

Slamet Iman Santoso dikenal menonjol dari sisi akademik sejak kecil. Menolak beasiswa ke Belanda.

15 Agustus 2020 | 00.00 WIB

Slamet Iman Santoso dengan mobil kesayangannya, Dodge 1948, yang ia gunakan sampai tahun 1967-1968. Dokumentasi Yudistira Surjadi Slamet
Perbesar
Slamet Iman Santoso dengan mobil kesayangannya, Dodge 1948, yang ia gunakan sampai tahun 1967-1968. Dokumentasi Yudistira Surjadi Slamet

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ringkasan Berita

  • Slamet Iman Santoso menguji pengetahuan calon menantunya.

  • Eyangnya mengirimkan katebelece agar Slamet bisa diterima di sekolah Eropa.

  • Slamet Iman Santoso menolak menjadi pamong dan juru ukur.

BERTANDANG ke rumah calon mertuanya di Jalan Cimandiri, Menteng, Jakarta Pusat, pada 1970-an, Lucky Surjadi Slamet seperti menjalani ujian praktik. Kala itu, mahasiswi jurusan farmasi di Universitas Indonesia yang berpacaran dengan putra keenam Slamet, Surjadi Slamet, tersebut dihadapkan ke berbagai tanaman. Slamet lalu menanyakan kandungan obat di pohon-pohon yang ada di rumahnya. “Saya seperti menghadapi dosen sendiri,” kata Lucky pada Kamis, 12 Agustus lalu.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus