Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Koleksi Si Pahit Lidah

Seluruh temuan di Gua Harimau dipindahkan ke Museum Si Pahit Lidah. Dikembangkan menjadi museum purbakala terbesar kedua di Indonesia.

23 Juni 2014 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Museum Si Pahit Lidah berdiri di atas lahan seluas lapangan sepak bola, berada tepat di depan situs Gua Putri, Desa Padang Bindu, Kecamatan Semidang Aji, Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan. Dari ibu kota kabupaten di Baturaja, jaraknya 35 kilometer atau kira-kira tujuh jam perjalanan darat dari Palembang. Suasana di sekitar museum ini sejuk karena di sekelilingnya masih rimbun dengan pohon jati dan pepohonan lain.

Museum seluas sekitar 15 x 20 meter itu dibangun pada 2011. Nama Si Pahit Lidah diambil dari cerita rakyat yang melegenda di Ogan Komering Ulu dan wilayah Sumatera bagian selatan lainnya. Si Pahit Lidah adalah jawara yang memiliki sejumlah kesaktian. Salah satunya setiap ucapan dia selalu menjadi kenyataan. Syahdan, suatu ketika Si Pahit Lidah murka kepada lawannya sehingga dia mengutuknya menjadi batu sesuai dengan perkataannya. "Sesuai dengan cerita yang melegenda, apa pun yang diucapkan Si Pahit Lidah akan menjadi nyata," kata Riswan Dinata, Kepala Tata Usaha Museum.

Di dalam museum itu kini tersimpan artefak dan benda arkeologis lain dari Gua Harimau. Menurut Kepala UPTD Museum Si Pahit Lidah, Muhammad Yano, hingga Juni 2014, pihaknya telah menampung 77 kerangka manusia purba yang dipindahkan dari Gua Harimau. Kerangka-kerangka itu berupa bagian tulang tengkorak, bagian tubuh, dan gigi. Selain menampung kerangka yang belum tersusun rapi, museum menerima koleksi kerangka yang telah tersusun dan terbungkus gips. "Jumlahnya delapan kerangka setelah akhir Mei lalu kami mendapat tambahan empat yang baru," ujar Yano.

Jumat siang awal Juni lalu, saat Tempo bertandang ke Museum Si Pahit Lidah, seluruh temuan dari Gua Harimau berupa kerangka manusia, tembikar, dan bebatuan sudah tersimpan di sebuah ruangan museum. Di atas meja besar yang terletak di bagian tengah bangunan itu terdapat empat kerangka manusia purba yang sudah terbalut semen putih. "Ini temuan tim arkeolog yang baru saja diturunkan dari Gua Harimau," katanya. Adapun tembikar, gerabah, bebatuan, dan benda kuno lain disimpan dalam puluhan kardus.

Hanya, para pengunjung museum belum leluasa menikmati seluruh temuan arkeologis itu karena masih dalam proses penyusunan. Saat ini mereka hanya bisa menyaksikan replika manusia purba yang ditempatkan di dalam kotak kaca. Replika itu ditempatkan di ruang pamer utama. Di tempat yang sama, pengunjung dapat pula melihat bagian kecil dari kerangka manusia purba yang tersimpan di dalam rak kaca.

Dengan pemindahan itu, para pengunjung juga tak bisa lagi menyaksikan secara langsung fosil manusia purba di dalam Gua Harimau. Saat ini gua yang berjarak sekitar lima kilometer dari Museum Si Pahit Lidah itu hanya diisi replika fosil manusia purba. Meskipun berupa replika, bentuk dan posisi penempatan fosil replika itu sama persis dengan aslinya.

Proses pemindahan benda-benda arkeologis dari Gua Harimau merupakan bagian dari rencana menjadikan Museum Si Pahit Lidah sebagai pusat kepurbakalaan. Menurut Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, Budaya, dan Pariwisata Ogan Komering Ulu, Aufa Sarkomi, Si Pahit Lidah bakal dikembangkan menjadi pusat penelitian kepurbakalaan terbesar kedua setelah Museum Sangiran, Sragen, Jawa Tengah.

Nantinya pengunjung Museum Si Pahit Lidah tidak hanya menikmati koleksi dari Gua Harimau, tapi juga koleksi purbakala lain yang berasal dari Sumatera. Misalnya dari Lahat, Pagar Alam, Jambi, Lampung, Sumatera Utara, Bengkulu, dan Aceh. "Temuan di Sumatera tidak perlu lagi dibawa ke Jawa karena di sini akan lebih lengkap fasilitasnya," ujar Aufa.

Parliza Hendrawan (Ogan Komering Ulu)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus