Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pertandingan penting itu akan berlangsung dua jam lagi, tapi ketegangan sama sekali tak terlihat pada wajah para pemain kesebelasan nasional Belanda. Alih-alih tegang, di Hotel Cesar Park, Rio De Janeiro, Brasil, tempat tim Belanda menginap, mereka justru tampak bercengkerama dengan sanak keluarga masing-masing. Tim nasional Spanyol, juara bertahan yang segera mereka ladeni, sepertinya tak ada di benak para pemain sama sekali.
Hari itu, Jumat dua pekan lalu, pelatih Louis van Gaal memang mengundang keluarga dan teman dekat anak asuhnya. Ia punya tujuan, yakni membuat para punggawa De Oranje—julukan tim nasional Belanda—rileks dan santai. Kapten tim Robin van Persie mengaku terkejut. Berkumpul dengan keluarga pada hari pertandingan adalah hal tak lazim. Tapi pemain kidal ini mengacungkan kedua jempol untuk ide pelatihnya itu. "Van Gaal bukan cuma ahli taktik. Dia juga menunjukkan dirinya memiliki kepribadian yang fantastis," kata striker 30 tahun itu.
Van Persie pun menikmati kebersamaan dengan sang istri, Bouchra, serta kedua anak mereka, Shaqueel dan Dina Layla. Di kolam renang hotel, keluarga ini ceria menghabiskan waktu. Arjen Robben juga terlihat santai bersama istrinya, Bernadien. Demikianlah, semua anggota tim Oranye bagai lepas dari urusan bola saat itu.
Hasilnya? Kala laga tiba, tenaga Van Persie bagai berlipat tak terkira. Dalam sebuah kesempatan, ia menyundul bola, mengarahkannya ke atas, melewati kepala kiper Spanyol, Iker Casillas. Itulah proses terjadinya gol yang membuat Belanda menyamakan kedudukan menjadi 1-1—setelah ketinggalan karena tendangan penalti Xabi Alonso. "The Flying Dutchman", begitu pers menyebut gerakan pemain klub Manchester United itu.
Bukan hanya Persie, semua pemain Belanda juga terlihat kesetanan. Robben berlari cepat bagai kereta ekspres sepanjang pertarungan. Lembaga statistik FIFA mencatat lari Robben sempat mencapai angka 37 kilometer per jam, yang membuatnya memecahkan rekor sebelumnya atas nama Theo Walcott, 35,7 kilometer per jam. Robben mencetak dua gol. Ditambah satu gol dari Stefan de Frij dan satu gol tambahan Van Persie, Belanda akhirnya menang telak 5-1 pada laga perdana Grup B di Stadion Arena Fonte Nova, Salvador, itu.
Gaya tiki-taka—taktik mengandalkan penguasaan bola yang membuat Spanyol mendominasi dunia, mengumpulkan dua trofi Piala Eropa terakhir (2008 dan 2012) serta menjuarai Piala Dunia 2010—terlihat lumpuh di hadapan Belanda. Lini tengah Spanyol yang dipimpin Xavi Hernandez hanya bisa berlama-lama dengan bola, tapi miskin terobosan berarti. Berhasil menekuk Belanda 1-0 di final empat tahun lalu di Afrika Selatan, sekarang Spanyol mengalami kekalahan terburuk dalam enam dasawarsa terakhir.
"Seorang pelatih yang baik pasti menyiapkan taktik yang baik untuk menghadapi musuh berkelas dunia," ujar Van Persie. Dan dia suka karena Van Gaal tak terikat sistem kuno dalam menangani tim. "Dia hebat dalam bekerja dan menjelaskan idenya kepada pemain dengan sangat jelas."
Sistem kuno yang dimaksud Persie adalah pola 4-3-3. Formasi tiga penyerang ini menjadi bagian tak terpisahkan total football, yang mengangkat nama Belanda sejak 1970-an. Gaya ofensif dengan mendasarkan pada perpindahan posisi antarpemain itu mengilhami tim-tim pemuja sepak bola menyerang era sesudahnya, termasuk tiki-taka Spanyol.
Van Gaal datang ke Brasil justru dengan pola 5-3-2, formasi yang menumpuk lima pemain di lini belakang dan dua gelandang bertahan di tengah. Pelatih 62 tahun itu terpaksa menggunakan pola tersebut setelah pemain tengah andalannya, holding midfielder asal ASRoma, Kevin Strootman, mengalami cedera pada Maret lalu.
Tentu saja para penghayat totaal voetbal langsung bersuara lantang mencaci strategi Van Gaal. Formasi itu mereka nilai terlalu bertahan. "Van Gaal harus bertanggung jawab atas dua hal: mendapat prestasi di Brasil dan menjaga reputasi gaya Belanda," ucap pemain tim nasional Belanda pada 1970-an, Arie Haan. Saat dicoba melawan Ekuador, Ghana, dan Wales pada tiga laga uji coba terakhir, formasi 5-3-2 Van Gaal tak membuahkan hasil bagus. Kecaman pun kian banyak, termasuk dari mantan bintang Oranye, Ronald Koeman, dan mantan pelatih tim nasional, Bert van Marwijk.
Tapi apa terjadi? Formasi 5-3-2 yang digunakan untuk melawan Spanyol ternyata tak merusak reputasi sepak bola menyerang Belanda. Meski berposisi wing back, Daryl Janmaat dan Daley Blind kerap maju sampai garis pertahanan Spanyol. Begitu pula dua gelandang bertahan, Jonathan de Guzman dan Nigel de Jong. Variasi umpan panjang dan diagonal Wesley Sneijder dan kawan-kawan tetap membuat permainan Belanda variatif.
Van Gaal pun bisa menepuk dada untuk sementara waktu. Meski begitu, dia mengaku terkejut dengan skor kemenangan telak itu. "Saya tak menyangka bakal berjalan seperti ini. Hasilnya bahkan seharusnya 6-1 atau lebih."
Belanda kembali turun ke lapangan menghadapi Australia, Rabu pekan lalu. Namun, apa pun hasil pertandingan tersebut, laga melawan Spanyol sepertinya tetap akan diingat panjang para penggila bola. Ya, karena hasil akhirnya sungguh mengejutkan.
Aloysius Paulus Maria van Gaal memang bukan pelatih sembarangan. Sebagai pemain, dia tak terlalu moncer. Tapi, sebagai pelatih, lelaki bertinggi badan 185 sentimeter ini telah beroleh banyak gelar bersama tim besar: Ajax Amsterdam, Barcelona, AZ Alkmaar, dan Bayern Muenchen. Musim depan, dia melatih Manchester United.
Van Gaal lahir di Amsterdam, 8 Agustus 1951. Saat berusia 12 tahun, dia sudah kerap mendatangi tempat latihan Ajax dan melihat bagaimana "guru besar" sepak bola Belanda dan penemu total football, Rinus Michels, melatih tim kota kelahirannya itu. Namun Van Gaal lebih menyukai pragmatisme sepak bola. Dan inilah yang membuatnya bermusuhan secara ideologi dengan Johan Cruyff, murid terhebat Michels.
Di tingkat klub, Van Gaal sudah sering memainkan pola yang tak memakai formasi tiga penyerang ala Belanda. Bahkan, ketika melatih tim nasional Belanda pada 2000-2002, bapak dua anak ini pernah menggunakan pola 5-3-2 dan sukses menundukkan Spanyol dalam sebuah laga uji coba pada 2000. "Hasil! Sepak bola adalah hasil. Apa yang lebih hebat daripada hasil?" kata Van Gaal, mengungkapkan filosofinya.
Dan, demi mengejar hasil, Van Gaal tak segan-segan menyebal dari kelaziman, termasuk mengizinkan para pemainnya berkumpul dengan keluarga pada hari pertandingan. Metode ini sebenarnya pernah dilakukan Van Marwijk, pelatih timnas Belanda sebelumnya, yang mengundang keluarga pemain saat menjalani pemusatan latihan di Austria (menjelang Piala Dunia 2010) dan di Swiss (menjelang Euro 2012). "Tapi dia menjauhkan mereka dari para pemain saat kejuaraan berlangsung," ujar Toon Gerbrands, Direktur Pelaksana Klub PSV Eindhoven.
Menurut Gerbrands, mengundang keluarga pemain pada hari pertandingan adalah hal yang sungguh mengejutkan. "Tapi hasilnya positif. Ini dimensi baru dari Louis," katanya. Para pemain berada di belakang Van Gaal. "Berkumpul dengan keluarga membuat semangat kami meningkat. Mungkin terpompa 10-15 persen," ucap De Jong. Sehari sesudah laga, pemain asal AC Milan ini kembali bertemu dengan istrinya, Winonah. Sedangkan kedua anak mereka, Isaura dan Kyan, asyik bermain dengan dua anak Van Persie.
Tapi kompetisi masih panjang, Meneer. Dunia kini menunggu: apakah kelak resep Van Gaal terbukti lebih manjur ketimbang sepak bola total yang menjadi "agama" bal-balan Belanda selama ini.
Andy Marhaendra (AFP, Kickers, FIFA)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo