Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Lukisan Gua yang Mengejutkan

23 Juni 2014 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ahli arkeologi prasejarah Harry Truman Simanjuntak mengenang sebuah pengalaman sangat mengejutkan ketika melakukan penelitian di Gua Harimau sekitar lima tahun lalu. Suatu siang, selagi rehat, Ketua Tim Penelitian Gua Harimau 2009 Wahyu Saptomo tertarik melihat-lihat pojok timur gua. Tiba-tiba pandangan Wahyu terpaku pada gambar-gambar yang menghiasi dinding dan langit-langit Gua Harimau. Dia pun bergegas memberi tahu Truman dan anggota tim lain atas temuannya itu.

Truman terperenyak menyaksikan gambar-gambar itu. Menurut dia, temuan Wahyu tersebut sangat mengejutkan karena itulah pertama kalinya ditemukan lukisan gua di Sumatera. Penemuan itu akan mengubah paradigma lukisan gua di Indonesia. "Selama ini para arkeolog percaya bahwa lukisan gua tidak berkembang di Sumatera. Temuan di Gua Harimau mematahkan paradigma itu," kata Truman.

Hingga penelitian terakhir pada Mei 2014, tim arkeolog di bawah arahan Truman telah menemukan sedikitnya 38 obyek lukisan gua prasejarah. Penemuan Wahyu dilanjutkan dengan proses identifikasi, yang dilakukan oleh Pindi Setiawan, doktor seni rupa dan desain Institut Teknologi Bandung yang juga ahli lukisan gua prasejarah. Sepanjang 2009-2010, Pindi mengidentifikasi 20 lukisan gua tersebut. Sisanya diteliti pakar lukisan gua prasejarah Adhi Agus Oktaviana pada 2011 dan 2014.

Dari hasil identifikasinya, Pindi Setiawan berteori bahwa gambar di dinding gua itu ada kaitannya dengan kuburan di bawahnya. Dia menyebutkan kebiasaan manusia Gua Harimau menggambar di dinding gua berkaitan dengan ritual penguburan jenazah. "Saya setuju dengan teori itu," ujar Adhi Agus Oktaviana. Menurut Adhi, pembuat lukisan Gua Harimau merupakan ras Mongoloid penutur Austronesia. Hal itu bisa dilihat dari kesamaan pola gambar dengan tembikar-tembikar yang ditemukan di bawah situs gua tersebut. "Kami juga melihat kesamaan bahan yang digunakan untuk kubur dengan lukisan dinding," katanya.

Sampai saat ini, tutur Adhi, tim peneliti belum bisa memastikan waktu pembuatan lukisan-lukisan itu karena masih terhambat masalah teknis dan dana. Dibutuhkan keahlian khusus untuk melakukan pemeriksaan carbon dating (teknik penanggalan karbon) terhadap lukisan-lukisan tersebut. "Kami sedang mencari rekan peneliti yang bonafide untuk itu," ujarnya.

Motif lukisan di Gua Harimau bermacam-macam. Ada yang bermotif jala tumpal, ada yang berbentuk seperti anyaman, dan motif sisir. Tim juga menemukan lukisan motif kuasan di dinding pada ketinggian sekitar lima meter. Umumnya lukisan di gua itu digambar menggunakan jari. Namun ada juga yang dilukis dengan bantuan benda tajam. Adhi menemukan lukisan garis-garis vertikal yang dibuat menggunakan kuas benda tajam, sedangkan lukisan garis-garis vertikal lain menggunakan kuas jari. "Padahal keduanya berpola sama," katanya.

Umumnya lukisan yang terpusat di pojok timur Gua Harimau berwarna merah kecokelatan. Manusia prasejarah diduga menggunakan bahan oker merah untuk mewarnai dinding. Oker adalah pewarna dinding yang terbuat dari bahan tambang yang mengandung besi bercampur tanah liat dan pasir, yang memang banyak terdapat di sekitar gua.

Menurut Adhi, tradisi lukisan gua tersebar di berbagai situs prasejarah di Indonesia timur. Beberapa yang sudah diidentifikasi antara lain di daerah Sulawesi Selatan, yakni Maros, Pangkep, Bone, dan Danau Towuti. Selain itu, di Asera, Sulawesi Tenggara; Sangkulirang dan Mangkalihat, Kalimantan Timur; Pulau Seram, Maluku; serta Danau Sentani dan Raja Ampat di Papua. Umumnya obyek yang digambar berupa tangan, kaki, hewan, alat berburu, perahu, pohon hayat, ikan, dan gambar geometris.

Di daerah timur, tutur Adhi, gambar-gambar itu dibuat menggunakan teknik semprot dan kuasan. Warnanya merah, kuning kecokelatan, hitam, dan putih. "Keunikan gambar cadas di Gua Harimau dibanding lukisan di tempat lain, gambar dibuat dengan kuasan jari dan hanya berwarna merah serta kuning kecokelatan," ujarnya.

Ananda Badudu

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus