Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lady Gaga pernah menyimpan sakit hati. Ketika tampil di sebuah bar penuh mahasiswa mabuk dari Universitas New York, Amerika Serikat, ia tak dilirik. Gaga, yang waktu itu masih penyanyi pemula, lantas mencopot lingerie-nya. ”Aku memainkan piano dengan hanya berbalut celana dalam. Semua tiba-tiba berteriak, ‘Wooow!' Aku berkata, ‘Kalian memperhatikanku sekarang, kan?',” katanya dalam sebuah wawancara dengan Forbes.
Kini Lady Gaga membetot perhatian manusia di seantero bumi. Perempuan asal Amerika itu melesat menjadi superstar hanya dalam waktu setahun. Album pertamanya, The Fame, laku 12 juta kopi—setengahnya terjual di Amerika—hanya setahun setelah diluncurkan pada Oktober 2008.
The Fame satu dari banyak tambang uang milik Mother Monster—julukan Lady Gaga—dan Universal Music Group Interscope Records, perusahaan rekaman ternama. Keduanya mengikat kontrak pada 2007.
Akad bernama ”Kesepakatan 360” itu menyediakan banyak peluang. Interscope bakal mendapat komisi dari semua kegiatan artis, tidak hanya dari penjualan album, tapi juga persentase tambahan dari pendapatan konser, penjualan pernak-pernik, sponsor, dan nada dering seluler yang diunduh little monster—sebutan untuk fan Gaga.
Wall Street Journal menyebutkan ”Kesepakatan 360” memberi Gaga banyak keuntungan. Musiknya disukai pendengar. Tiket konsernya selalu terjual habis dalam tur dunia. Pernak-pernik konsernya laku keras. Merek raksasa—seperti Polaroid, Estee Lauder MAC, Sprint Virgin Mobile, dan perusahaan parfum raksasa Coty Inc—mengikuti ke mana pun Gaga menggelar pertunjukan.
Penampilan panggung dan penjualan merchandise menjadi penting sebagai penghasilan ekstra di luar penjualan album. ”Manajemen mesti kreatif,” kata Bens Leo, pengamat industri musik di Tanah Air. Kunci keberhasilan manajemen Lady Gaga, kata Bens, adalah kemampuan mereka memperkuat karakter artisnya. ”Kontroversi Gaga terus-menerus dipelihara. Ini pula yang membuat Madonna masih bertahan,” ujarnya.
Gaga, yang pernah menjadi go-go dancer (menari dan menyanyi dengan bergelayutan di tiang) di Manhattan, memiliki sedikitnya delapan lagu top. Monster Ball Tour, yang dimulai sejak akhir 2009, meraup penjualan tiket US$ 227 juta dari 2,5 juta penonton pada awal 2011.
Sampai akhir Mei lalu, tarian tunggal, Just Dance, dilongok lebih dari 151 juta kali di YouTube. Lagu Poker Face sudah diunduh 20 juta kali, tertinggi dalam sejarah musik era digital di Inggris. Namun Born This Way, yang kemudian menjadi inspirasi turnya tahun ini, menjadi ujung tombak ”Kesepakatan 360”.
Born This Way terjual hampir 8 juta kopi di seluruh dunia sejak dirilis pada Mei 2011. Album ini mengikuti jejak album sekaliber Grammy Awards pada 2009, The Fame Monster, dan The Fame pada 2008. Kombinasi dua album terakhir telah terjual 15 juta kopi di seluruh dunia. Secara keseluruhan lagu Lady Gaga telah terjual lebih dari 65 juta kopi.
Bagi Interscope, kontrak dengan perempuan bernama asli Stefani Joanne Angelina Germanotta ini menjadi ladang uang. ”Kami mendapat semuanya bersama Lady Gaga,” kata Jimmy Iovine, Komisaris Interscope-Geffen-A&M, anak usaha Universal Music.
John Dempsey, Presiden Direktur Estee Lauder, kepada Financial Times pada Maret dua tahun lalu, memprediksi 3-4 persen pertumbuhan Estee Lauder tahun itu dihasilkan dari perusahaan rekanan Lady Gaga. Penjualan Estee Lauder tahun lalu sekitar US$ 3,8 miliar.
Di luar penampilan yang kontroversial, Lady Gaga tampak tahu apa yang dia lakukan. ”Musik sangat berarti buatku. Aku bukan ingin mencetak uang, hanya ingin membuat perbedaan.”
Bobby Chandra (Wall Street Journal, Reuters)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo