Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Lenny Agustin merintis karier sebagai perancang busana sejak 2001. Sebelumnya dia sempat kuliah di beberapa institusi, di antaranya Akademi Seni Rupa dan Desain Mode ISWI, Bunka School of Fashion, LaSalle College Jakarta, dan Institut Kesenian Jakarta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca juga:
Desainer Lenny Agustin dan Warna Warni Kuda Lumping
Desainer Lenny Agustin Suka Warnai Rambut, Cara Keramasnya Unik
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ditemui seusai peluncuran buku In Between Colors, di Jakarta, Kamis 23 November 2017, Lenny Agustin mengungkapkan kesulitan saat awal merintis karier sebagai desainer. "Dulu harus punya butik, menarik klien juga susah karena harus punya karya yang masuk di majalah. Tapi sekarang posting di Instagram, semua orang bisa lihat,” ujar perempuan yang tertarik dengan dunia desain sejak SMP, ini.
Menurut Lenny, anak muda zaman sekarang sangat mudah memulai usaha melalui media sosial. “Dulu kalau baju kita dianggap enggak bagus, enggak bisa masuk majalah juga. Jadi repot sekali merangkul banyak orang,” ujarnya.
Lenny Agustin membutuhkan waktu enam tahun untuk menggelar peragaan busana tunggal perdana setelah memutuskan untuk terjun secara professional di bidang fashion. Peragaan busana tunggal pertamanya bertema Contoverchic yang bermakna desain kontroversial, tapi tetap chic.
Desainer Lenny Agustin berjalan di catwalk peragaan busana bertajuk "Travel By Map" dalam Indonesia Fashion Week 2012 di Jakarta Convention Center, Jum'at (24/2). TEMPO/Agung Pambudhy
Ada 60 busana yang dibagi dalam tiga kelompok berbeda. Pertama gaun informal berbahan batik dan tenun dengan tema Harajuku. Kedua, kebaya yang dipadupadankan rok tutu, yang melambungkan namanya sebagai desainer, serta kelompok ketiga kebaya pengantin.
Setahun setelah peragaan busana tunggal pertamanya, Lenny Agustin mendirikan merek Lennor yang melahirkan tren busana baru. Dari padu padan kebaya dan rok tutu, selanjutnya dia melahirkan tren batik muda yang penuh warna. Batik yang biasanya digunakan untuk busana resmi, kini dapat dipakai untuk aktivitas sehari-hari.