Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Lepas dari borgol, nikah

Agil, ayah amsiyah, tak berani menolak lamaran nawawi di desa duko, bangkalan. satu-satunya cara, agil memborgol amsiyah. pasangan ini menikah juga setelah amsiyah berhasil melepaskam borgol. (ina)

19 Juli 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PERKARA cinta, orang Madura punya kesetiaan selengket sapi kerapan. Sekali nempel, tetap berduaan sampai finish. Setidak-tidaknya begitulah kisah Nawawi dan Amsiyah, yang membangun kesetiaan sejak sama-sama duduk di sekolah dasar "sejak kelas empat SD," kata Nawawi, putra Kepala Desa Duko, Bangkalan. Ketika sama-sama meneruskan pelajaran ke SMP Trageh, juga satu kelas, mereka seperti tak mau berpisah. "Tiap berangkat atau pulang sekolah, Nawawi selalu menjemput Am," tutur Ibu Amsiyah, sehari-hari penjual rujak. Sering pula Nawawi membonceng Am dengan Honda bebeknya ke Kota Bangkalan, menonton film. Ayah Am juga maklum. Tetapi Pak Agil, sopir Colt ini, agak gundah juga. "Sebagai anak tertua, mestinya ia jadi contoh adik-adiknya. Eh, kok malah pacaran terus," katanya. Bukannya Agil tak setuju tetapi kedua anak itu sama-sama baru 16 tahun. "Apalagi saya berniat menyekolahkan terus Am itu jika perlu sampai ke perguruan tinggi." Karena itu, bagai diterjang sapi di pinggir arena kerapan rasanya, ketika Pak Agil suatu hari menerima pesan dari kurir keluarga Nawawi. Isi pesan: Haji Husein, ayah Nawawi, siap meminang Amsiyah. Malah sudah menentukan pula hari baik tanggal baik untuk upacara melamar itu. Karena Haji Husein orang terpandang, Agil tak bisa menolak. "Bisa bikin ramai," katanya kemudian. Tetapi yang terjadi tiga hari sebelum peminangan, Juni lalu, bukan saja ramai, malahan geger. Keluarga Agil mengirim kurir ke rumah Kepala Desa, dan menyampaikan berita sedih: Amsiyah lari. Entah ke mana. Penduduk pun berbondong-bondong mencari. Mencari, mencari. Hasilnya nihil. Dan ketika kegegeran mereda, kegegeran lain menyusul di suatu malam. Amsiyah tiba-tiba nongol di rumah Haji Husein dengan tangis. Dan minta dikawinkan segera dengan Nawawi. Lho! Rupanya, si Am selama ini diborgol di dalam rumah. Beruntung, suatu malam ia bisa melepas borgolnya, entah bagaimana, dan lari. Akhirnya Romi dan Yuli versi Madura ini menikah juga, entah bagaimana, walau masih sama-sama 16 tahun. Seneng, ni, ye?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus