Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TAK mudah mencapai perbatasan Rafah, Gaza. Siapa pun yang hendak menuju Rafah dari Kairo, Mesir, harus melewati sedikitnya 20 checkpoint dari daerah Sinai hingga Al-Arish, kota terdekat dari Rafah. Dua polisi perbatasan berikutnya akan menghadang: polisi Mesir dan Palestina.
Di tiap checkpoint, semua dokumen diperiksa. Jarak antarpintu pemeriksaan rata-rata sepuluh kilometer. Jika setiap pemeriksaan memerlukan sepuluh menit saja, diperlukan lebih dari tiga jam untuk lolos dari checkpoint. Di perbatasan masih menghadang tiga lapis gerbang.
Rombongan Indonesia yang membawa bantuan kemanusiaan senilai Rp 2,1 miliar, Kamis pekan lalu itu, menempuh perjalanan Kairo-Rafah—sekitar 550 kilometer—yang melelahkan. Rombongan dipimpin Kepala Pusat Pengendalian Krisis Departemen Kesehatan Rustam S. Pakaya, membawa para dokter dari MER-C dan Bulan Sabit Merah Indonesia, juga Wakil Duta Besar Indonesia di Mesir, Agil Salim Alatas, dan staf kedutaan.
Rombongan tiba di depan gerbang pertama Rafah sekitar pukul 19.30. Suhu udara tiga derajat. Datang menyambut Dokter Sarbini dari MER-C, yang sudah berada di Kota Al-Arish dua hari sebelumnya. ”Kalau saja datang tiga jam lebih awal, Anda bisa melihat bom berjatuhan, dan getarannya terasa sampai di sini,” kata Sarbini.
Staf kedutaan dan staf Bulan Sabit Merah Mesir berhasil melobi penjaga di gerbang perbatasan pertama. Gerbang berikutnya lebih ketat. Semua paspor ditahan polisi Mesir sebagai jaminan. Tiga mobil yang melewati gerbang kedua ini hanya boleh bergerak sejauh 300 meter.
Muhammad Mitwali, polisi perbatasan Mesir, kemudian memerintahkan mobil berhenti. ”Ini adalah perbatasan akhir antara Mesir dan Palestina,” katanya. ”Gerbang di depan sana adalah gerbang Palestina.”
Gerbang ketiga itu cuma lima meter di depan. Gerbang ini sudah berada di wilayah Palestina. Dua deret polisi Palestina tampak berjaga. Mitwali melarang anggota rombongan, termasuk para dokter, mendekat Gaza yang cuma berjarak lima meter itu. Aktivitas yang berlangsung hanya menurunkan obat-obatan dari truk bantuan.
Faiz Hasunah, 25 tahun, perwakilan warga Palestina di wilayah Rafah, kemudian menerima bantuan. Teriakan ”Allahu Akbar” bergema. ”Kami sangat berterima kasih atas bantuan pemerintah dan rakyat Indonesia ini,” kata Hasunah seraya memeluk Rustam.
Tak lama kemudian pesawat capung Israel menderu di angkasa. Suasana tegang. Di kejauhan terdengar sirene meraung. Juga suara tembakan yang terasa dekat. Semua anggota rombongan balik badan. Semua mesti segera kembali ke Kairo.
Akbar Pribadi
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo