Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Limbah Obat Ancam Biota Laut

Peneliti oseanografi dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menemukan potensi kerusakan ekosistem biota laut akibat peningkatan konsentrasi limbah obat atau farmasetika di Teluk Jakarta. Berdasarkan riset bersama tiga peneliti dari Universitas Brighton, Inggris, BRIN menemukan adanya kepekatan konsentrasi parasetamol di perairan Muara Angke dan Ancol pada akhir 2017. Dalam penelitian lanjutan, kondisi ini telah memicu gangguan reproduksi atau gonad pada kerang biru—salah satu biota laut di Teluk Jakarta.

5 Oktober 2021 | 00.00 WIB

Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta mengambil sampel untuk menguji kandungan parasetamol di Teluk Jakarta, 3 Oktober 2021. Dok. Dinas LH DKI Jakarta
Perbesar
Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta mengambil sampel untuk menguji kandungan parasetamol di Teluk Jakarta, 3 Oktober 2021. Dok. Dinas LH DKI Jakarta

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Ringkasan Berita

  • Peneliti menemukan adanya gangguan reproduksi pada kerang biru di Teluk Jakarta.

  • Pemerintah DKI meminta warga memilah limbah obat.

  • Dinas Lingkungan Hidup membutuhkan waktu 14 hari untuk meneliti ulang kandungan parasetamol di Teluk Jakarta.

JAKARTA – Peneliti oseanografi dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menemukan potensi kerusakan ekosistem biota laut akibat peningkatan konsentrasi limbah obat atau farmasetika di Teluk Jakarta. Berdasarkan riset bersama tiga peneliti dari Universitas Brighton, Inggris, BRIN menemukan adanya kepekatan konsentrasi parasetamol di perairan Muara Angke dan Ancol pada akhir 2017.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Dalam penelitian lanjutan, kondisi ini telah memicu gangguan reproduksi atau gonad pada kerang biru, salah satu biota laut di Teluk Jakarta. "Apakah ada kandungan obat lain di Teluk Jakarta? Bagaimana juga dampaknya pada ikan-ikan? Tentu ini butuh penelitian lanjutan. Sebab, penelitian yang sebelumnya memang masih terbatas,” kata peneliti dari School of Pharmacy and Biomolecular Sciences Universitas Brighton, Wulan Koagouw, dalam diskusi virtual, kemarin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Hasil riset empat peneliti fenomena fisis dan dinamis air laut ini mendapat perhatian setelah dipublikasikan dalam Marine Pollution Bulletin Volume 169, Agustus lalu. Artikel jurnal berjudul "High Concentrations of Paracetamol in Effluent Dominated Waters of Jakarta Bay, Indonesia" tersebut menambah panjang temuan kerusakan ekosistem laut di utara Jakarta. Selain Wulan, tiga peneliti yang terlibat adalah Zainal Arifin, George W.J. Olivier, dan Corina Ciocan.

Menurut Wulan, riset tersebut mendapat ilham dari gerakan peneliti dunia pada pemulihan ekosistem laut. Sejumlah negara, kata dia, juga telah memasukkan senyawa farmasi ke daftar pemantauan baku mutu air laut di wilayahnya. Di Indonesia, sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021, tak ada satu pun variabel obat dalam daftar 38 parameter baku mutu.

Selain itu, kata Wulan, Teluk Jakarta menjadi sasaran karena merupakan muara dari 13 aliran sungai yang melintasi sejumlah permukiman. Peneliti pun memilih memeriksa parasetamol karena menjadi salah satu jenis obat yang paling sering dikonsumsi warga Jakarta dan daerah sekitarnya. Jumlah produksi obat ini juga diduga tinggi karena penjualannya tak membutuhkan resep dokter. "Berdasarkan penelitian, parasetamol menimbulkan pembengkakan pada kerang biru betina. Reproduksinya terganggu. Kalau terus terpapar, bisa mengganggu ekosistem laut," kata Wulan.

Anak-anak bermain di perairan Teluk Jakarta, Muara Angke, Jakarta, 3 Oktober 2021. TEMPO/Muhammad Hidayat

Zainal Arifin mengklaim penelitian ini belum berujung pada kesimpulan tentang penyebab tingginya konsentrasi parasetamol di Angke yang mencapai 610 nanogram per liter dan Ancol 420 nanogram per liter. Meski demikian, dia menilai, pemerintah memang harus memeriksa pengolahan limbah medis pada rumah sakit dan industri farmasi di sekitar aliran sungai.

Pemerintah juga harus mendorong kesadaran warga untuk lebih peka terhadap pengolahan limbah obat di tingkat terkecil, seperti rumah tangga. "Kami tak memeriksa ikan bukan karena tak terkena dampak. Tapi penelitian pada ikan lebih sulit karena berpindah tempat. Kerang lebih cocok untuk penelitian karena diam di satu tempat," ujar Zainal.

Juru bicara Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Yogi Ikhwan, mengatakan lembaganya telah mengambil sejumlah sampel air laut yang tengah menjadi obyek pemeriksaan di laboratorium. Proses pemeriksaan setidaknya membutuhkan waktu 14 hari untuk memastikan tingkat konsentrasi terbaru parasetamol di Angke dan Ancol.

Dia pun mengklaim DKI akan mencari penyebab tingginya kandungan obat asetaminofen tersebut di air laut. Dinas Lingkungan Hidup mengklaim akan menjatuhkan sanksi administrasi dan pemulihan lingkungan jika penyebabnya adalah rumah sakit atau industri. Pemerintah juga mendorong masyarakat menjalankan aturan dalam pengolahan sampah obat di tingkat rumah tangga, termasuk agar tak membuangnya ke aliran sungai. “Obat medis itu masuk kategori sampah B3 (bahan berbahaya dan beracun). Jadi, seharusnya sampahnya sudah dipilah sejak di rumah tangga,” ujar Yogi.

Ketua Rukun Warga 06 Penjaringan, Pluit, Tati, mengatakan belum ada laporan atau keluhan dari masyarakat tentang penurunan angka tangkapan ikan dalam beberapa tahun terakhir. Warga Muara Angke itu juga mengklaim tak pernah mendengar informasi tingginya kandungan parasetamol di perairan tersebut.

Salah satu nelayan Muara Angke pun mengatakan tak merasakan dampak limbah obat di lokasinya menangkap ikan. Jenis limbah yang lebih sering mengganggu perairan adalah plastik dan tekstil. “Kalau parasetamol, tak pernah dengar,” kata nelayan yang sudah melaut selama 20 tahun terakhir tersebut.

FRANSISCO | ADAM PRIREZA | SYIFA INDRIANI
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus