Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA - Lion Group memastikan akan menggandeng PT Angkasa Pura II (persero) untuk mengelola Bandar Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur. Menurut Presiden Direktur Lion Group, Edward Sirait, rencana strategis akan disusun pasca putusan Mahkamah Agung yang memenangkan Lion. "Tinggal diatur, siapa mengerjakan apa," kata Edward kepada Tempo, kemarin.
Edward mengatakan, rencana menggandeng Angkasa Pura II diambil karena pertimbangan bisnis. Untuk bisa mengelola bandara, Lion harus mendirikan badan usaha bandar udara baru dengan modal minimal Rp 350 miliar. Di lain pihak, Lion punya rencana mengelola Bandara Lebak, Banten. "Ini perhitungan nilai saja," ujarnya.
Lion Group mendapat hak konsesi pengelolaan Bandara Halim dari Induk Koperasi Angkatan Udara (Inkopau) selama 25 tahun sejak 2006, berdasarkan perjanjian yang dibuat pada 24 Februari 2005. Lion pun sempat menggugat Angkasa Pura II dan Inkopau selaku pengelola lama, lantaran tidak kunjung melepas haknya. Gugatan Lion dimenangkan oleh Pengadilan Negeri Jakarta Timur pada 2011, yang dibalas oleh banding dan kasasi oleh Angkasa Pura II.
Namun semua upaya perusahaan pelat merah ini kandas. Pada pertengahan Februari lalu, Mahkamah Agung menolak permohonan peninjauan kembali yang diajukan Angkasa Pura II. Walhasil, Angkasa Pura II harus menyerahkan hak pengelolaan Bandara Halim kepada PT Angkasa Transportindo Selaras (ATS), anak usaha Lion Group dan Inkopau.
Sekretaris Perusahaan Angkasa Pura II, Agus Haryadi, mengatakan ada dua skema kerja sama yang mengemuka. Salah satunya, Lion Group menjadi investor dan Angkasa Pura II tetap menjadi operator. Skema lainnya adalah Angkasa Pura II berbagi saham dengan Lion. Caranya, aset-aset Angkasa Pura II di Bandara Halim akan disetor sebagai modal.
Angkasa Pura II menanamkan modal di Halim sejak 1992 dan menggunakan penyertaan modal negara (PMN), salah satunya untuk membangun terminal penumpang. "Nilainya di atas Rp 200 miliar," kata Agus.
Direktur Utama Angkasa Pura II, Budi Karya Sumadi, mengatakan ada hal lain yang diutamakan, yakni pengembalian investasi Angkasa Pura II dan pengaturan slot terbang untuk maskapai. "Lion bisa mendapat slot terbang di Halim, tapi jatah maskapai lain yang sudah ada tak boleh diganggu," ujarnya.
Soal ini, Edward mengaku tidak keberatan. "Slot penerbangan tidak bisa ditentukan sendiri. Ada kewenangan Perum AirNav, TNI Angkatan Udara, dan Kementerian Perhubungan," ujar Edward.
Sejak Januari 2014, Bandara Halim dibuka untuk penerbangan komersial berjadwal. Batik Air milik Lion Group dan Citilink milik PT Garuda Indonesia (persero) mengoperasikan puluhan penerbangan per hari di bandara itu. Dari seluruh kegiatan bisnis, operator bandara ini mengantongi pendapatan Rp 150 miliar tahun lalu. KHAIRUL ANAM | ALI HIDAYAT
Jika Singa Mencengkeram Halim
Lion Group, kelompok usaha milik Wakil Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa, Rusdi Kirana, akhirnya menguasai Bandara Halim Perdanakusuma. Alih-alih mendepak Angkasa Pura II, Lion justru bakal menggandeng perusahaan pelat merah itu untuk mengelola Halim. Berikut ini dua skenario kerja sama.
PT Angkasa Transportindo Selaras (ATS), anak perusahaan Lion Group, bertindak sebagai investor dan pemegang hak pengelolaan kawasan bandara. Angkasa Pura II (AP II) menjadi mitra yang mengoperasikan bandara dan terminal penumpang.
ATS dan AP II mendirikan perusahaan patungan untuk mengelola Bandara Halim. AP II cuma menyetor modal berupa aset, seperti terminal penumpang, yang bernilai lebih dari Rp 200 miliar.
Rencana Bisnis Lion Group di Halim
Membentuk PT ATS selaku pengelola. Sebanyak 80 persen saham dikuasai Lion dan sisanya milik Induk Koperasi TNI Angkatan Udara (Inkopau).
Profil Bandara Halim Perdanakusuma
Maskapai yang beroperasi:
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo