KERIS setengah jadi, bernama Jalak Pasopati, belum-belum sudah membuat berita. Si empunya senjata itu, Subandi, 23, terpaksa ditahan polisi. Ia disangka hendak merampok bank. Pagi itu, 11 Desember lalu, ia menemani Suyanto, 30, ke Bank Buana Indonesia, Surakarta, untuk melaporkan buku Tabanasnya yang hilang. Di pintu masuk keduanya dipelototi petugas Satpam. Soalnya, Subandi, mahasiswa ASKI (Akademi Seni Karawitan Indonesia) itu, menggenggam sebelah senjata tajam. Petugas curiga. Sia-sia saja Subandi dan Suyanto - karyawan ASKI menjelaskan duduk soalnya. Setelah keris dan tas ditahan, keduanya dibolehkan masuk ke dalam. Namun, begitu mereka kembali, sudah ada petugas polisi menanti. Keduanya segera dibawa ke Polsek Jetis. Polisi tak mau tahu terhadap penjelasan Subandi. Mana ada empu pembuat keris begitu muda? Begitu pikir petugas. Untung, ada seorang pohsl yang mengenal keduanya. ASKI pun dikontak. Lima orang dosen segera datang, dan menjelaskan bahwa keris yang dibawa itu tak lain benda seni yAasnKIdibuat di bengkel seni rupa tradisional ASKI. Sore hari itu juga, setelah sekitar delapan jam dalam sel, Subandi dan Suyanto bebas. Dan setiba di rumah, Subandi minta dikerok - masuk angin. "Saya malu juga tersinggung dlsangka mau merampok. Tapi ya sudah. Saya mau KKN," katanya kepada TEMPO. Diam-diam dia juga bangga, karena keris Jalak Pasopatinya jadi terkenal.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini