Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Hari-hari Terakhir Mahfud Md. Sebelum Mundur dari Kabinet

Mundurnya Mahfud Md. dinilai tak akan mengerek elektabilitas. Perolehan suara diprediksi bertambah justru dari sentimen negatif terhadap Jokowi.

4 Februari 2024 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KARDUS berukuran 0,5 x 1 meter terconggok di atas meja jembar di hadapan Mohammad Mahfud Mahmodin. Si empunya ruangan memilah kitab satu per satu, lalu memasukkan kitab terpilih ke dalam kardus. “Saya membawa pulang buku pribadi,” kata Mahfud pada Jumat siang, 2 Februari 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hari itu terakhir kalinya Mahfud berkantor di Kementerian Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan di Medan Merdeka Barat, Jakarta. Sehari sebelumnya, Mahfud menanggalkan jabatannya sebagai menteri karena ingin berfokus mengikuti pemilihan presiden 2024 bersama Ganjar Pranowo.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bakda salat Jumat, Mahfud memboyong kardus tersebut ke rumahnya. Selain membawa pulang buku, dia memasukkan berlembar-lembar dokumen, seperti perkara Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI), ke kardus. Dalam satu setengah tahun terakhir, ia mengklaim telah menghimpun Rp 35,8 triliun dari Rp 110 triliun yang menjadi tunggakan obligor BLBI. “Ini hari terakhir saya berkantor. Karena itu, barang-barang ini harus bersih dari sini,” ujarnya.

Pada hari terakhirnya di Medan Merdeka Barat, Mahfud juga menggelar perpisahan singkat di halaman kantor. Di atas mimbar, ia memberikan pesan terakhir kepada para pegawai Kementerian. “Mungkin di antara Saudara ada yang senang terhadap saya,” ucapnya. “Tapi Saudara tak boleh ikut kampanye mendukung.”

Mahfud mengaku tak menyesal menanggalkan jabatan yang telah ia emban selama empat setengah tahun itu. Kepada Islah Bahrawi, Mahfud mengatakan justru ia merasa plong setelah mundur dari jabatannya. “Sekarang beliau bebas dari beban salah omongan sebagai menteri yang menurut aturan harus tetap netral,” kata Islah, salah satu orang dekat Mahfud yang juga Direktur Jaringan Moderat Indonesia.

Menurut Islah, rencana Mahfud mundur mengapung sejak Desember 2023. Ganjar Pranowo sendiri yang meminta Mahfud berhenti jadi menteri Joko Widodo agar lebih habis-habisan dalam berkampanye. “Supaya tidak ewuh pekewuh dengan jabatannya sebagai menteri,” tutur Islah. Mahfud, kata Islah, tak langsung mundur lantaran sejumlah pejabat eselon I di Kementerian Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan meminta Mahfud tetap bertahan sebagai menteri.

Kini, setelah tak lagi menjadi bagian dari kabinet Jokowi, Mahfud akan berfokus pada kampanye pemenangan pemilihan presiden bersama Ganjar. Hingga 10 Februari 2024, Mahfud akan berkampanye ke berbagai daerah. “Tim pemenangan menugasi saya ke mana-mana,” ujarnya.

Islah menambahkan, Mahfud juga akan membongkar kasus-kasus yang disorot publik. Selama menjadi menteri, kata Islah, Mahfud menerima banyak aduan dari masyarakat. “Tapi Pak Mahfud tahu batasannya. Mana yang perlu disampaikan ke publik, mana yang tidak boleh.” Ditanyai soal ini, Mahfud justru tak memiliki rencana membongkar kasus-kasus besar karena perkara tersebut sudah terungkap.

Setelah Mahfud mundur, Islah berharap elektabilitas pasangan nomor tiga langsung terkerek. Menjelang pemilihan umum pada 14 Februari 2024, posisi Ganjar-Mahfud belum aman untuk lolos ke putaran kedua. Sejumlah lembaga survei menempatkan pasangan ini di peringkat ketiga.

Namun Deputi Politik Tim Pemenangan Nasional Ganjar-Mahfud, Andi Widjajanto, belum memiliki kalkulasi soal dampak pengunduran diri Mahfud terhadap elektabilitas. Menurut Andi, tingkat keterpilihan pasangan Ganjar-Mahfud justru diprediksi naik berkat sentimen negatif publik terhadap Jokowi yang menyatakan presiden boleh berkampanye.

Peneliti Saiful Mujani Research and Consulting, Saidiman Ahmad, mengatakan kontribusi calon wakil presiden terhadap naik-turunnya elektabilitas pasangan calon tak signifikan. Karena itu, dalam hal mundurnya Mahfud pun Saidiman menilai hal tersebut tak akan banyak mendongkrak tingkat keterpilihan Ganjar-Mahfud. Namun, tutur dia, Mahfud menunjukkan pesan kepada publik soal pentingnya integritas. “Beliau tidak ingin ada konflik kepentingan sebagai menteri dan sebagai cawapres,” ujarnya.

Walau diragukan oleh pengamat, Islah Bahrawi optimistis mundurnya Mahfud akan memberikan dampak elektoral terhadap pasangan nomor tiga. Apalagi, kata dia, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok juga mengundurkan diri sebagai komisaris PT Pertamina dan menyatakan secara terbuka mendukung Ganjar-Mahfud. “Kita tunggu nanti tanggal 14 Februari,” ucap Islah.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Egy Adyatama dan Francisca Christy Rosana berkontribusi dalam penulisan artikel ini. Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Dokumen BLBI di Kardus Cokelat" 

Erwan Hermawan

Erwan Hermawan

Menjadi jurnalis di Tempo sejak 2013. Kini bertugas di Desk investigasi majalah Tempo dan meliput isu korupsi lingkungan, pangan, hingga tambang. Fellow beberapa program liputan, termasuk Rainforest Journalism Fund dari Pulitzer Center. Lulusan IPB University.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus