MEMAKAI helm belum tentu aman Piet Rende, karyawan, menjelang Tahun Baru yang silam bermaksud ke pelabuhan udara Sam Ratulangi, Manado, untuk mengantarkan kepergian atasannya. Kala itu di ibu kota Sulawesi Utara itu sedang digalakkan Operasi Zebra, dan dengan patuh Piet memakai helmnya. Memang, yang ia pakai bukan helm yang lazim, tapi topi proyek yang biasa digunakan para pekerja Mirip, 'kan? Lagi pula, polisi 'kan tidak menetapkan helm macam apa. Piet memang bebas dari peluit polisi ketika lewat jalur helm. Maka, ia memacu motornya kencang-kencang. Hanya, ketika ia belok di sebuah tikungan, dalam kecepatan tinggi, helmnya diterpa angin kencang dari belakang. Hup ! Helm hinggap menutup muka. Talinya tersangkut di dagu. Kelabakan, dalam kondisi tidak bisa meli hat apa-apa, Piet menggerakkan tangan kirinya membebaskan wajahnya. Bersamaan dengan itu, secara tak sengaja, tentu saja, sekaligus handel gas di tangan kanan ia tekan kuat-kuat. Motor jadi melesat cepat -- dan baru berhenti ketika mencium pohon akasia dengan serunya. Piet pingsan. Kepalanya parah. Ia sempat dirawat di rumah sakit dua hari -- dan, kasihan, meninggal. Setelah itu di masyarakat muncul isu: ah, memakai helm pun bisa mati
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini