Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Mark Rutte: Jangan Gali Arsip Usang

7 April 2008 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TAK semua partai politik aliran liberal setuju dengan ulah Geert Wilders. Suara kritis juga datang dari bekas partai tempat Wilders, yakni Partai Rakyat untuk Kebebasan dan Demokrasi (Volkspartij voor Vrijheid en Democratie—VVD). Setelah 15 tahun bergabung di sana, Wilders cabut dari partai itu, dan tiga tahun lalu dia mendirikan Partai Kebebasan (Partij voor de Vrijheid—PVV).

Meski pernah sejalan dengan Wilders, Ketua Fraksi VVD di Parlemen Belanda (Tweede Kamer), Mark Rutte, 41 tahun, tak nyaman dengan aksi Wilders memojokkan Islam lewat film Fitna itu. Para politikus yang cenderung mengkritik Islam radikal memang pernah berhimpun dalam partainya, antara lain Rita Verdonk, yang belakangan dipecat Rutte dari parlemen.

Meski mengkritik Wilders, yang kata Rutte seharusnya bertindak sebagai ”anggota parlemen yang mencari solusi”, garis ideologi tokoh VVD itu tak berubah. Apa penilaiannya tentang Wilders? Berikut ini petikan wawancara koresponden Tempo di Belanda, Asmayani Kusrini, dengan Mark Rutte, Kamis pekan lalu, yang dilakukan melalui surat elektronik.

Bagaimana Anda menilai aksi peluncuran film Fitna oleh Geert Wilders?

Kami menganggap ini sebagai suatu kesempatan yang hilang bagi Wilders. Dia sebetulnya punya kesempatan dilihat dan didengar oleh jutaan orang, dan bisa menggunakan panggung itu untuk menyampaikan solusi persoalan integrasi dan kelompok radikal Islam. Bukannya melakukan hal itu, dia malah mempertontonkan potongan gambar aksi teroris dan kriminal kepada kami. Kami harusnya tidak menggali kembali arsip usang seperti itu. Kami harus bekerja mencari solusi. Untuk itulah kami, para anggota parlemen, digaji.

Soal pro-kontra film itu, bagaimana reaksi di parlemen?

Diskusi di parlemen Belanda membahas banyak perkara. Pertama, apakah kebebasan bersuara dan berpendapat itu dibatasi oleh tanggung jawab pribadi atau tidak. Dalam kasus Wilders, VVD berpendapat itu adalah tanggung jawab pribadi, dalam hal ini Wilders seorang. Kedua, apakah Wilders menyelesaikan persoalan Islam radikal lewat film ini atau tidak. Jawabannya tidak.

Di negeri yang bebas dan demokratis, kebebasan berbicara sangat penting. Setiap orang, Islam dan juga Kristen, bebas memilih agama mereka. Pada sisi lain, orang bebas mengkritik pilihan itu. Tak ada sensor, itu inti demokrasi.

Propaganda Wilders itu bagian dari skenario global melawan terorisme?

Gambar yang ditayangkan Wilders kepada dunia itu bukanlah barang baru. Itu telah sering dipakai sebelumnya sebagai propaganda antiterorisme. Pertanyaannya bagi VVD adalah tanggung jawab Wilders sebagai anggota parlemen. Dia bukan ”hanya” seorang filmmaker. Dia dipilih rakyat Belanda untuk menjadi perwakilan mereka di parlemen dan menemukan solusi bagi masalah yang dihadapi negeri ini.

Apakah reaksi atas film ini akan meluncur juga ke masyarakat bawah?

Hal terpenting bagi warga Belanda adalah persoalan yang mereka rasakan dan takutkan itu didengar dan dilihat wakil mereka di parlemen. Tapi lebih penting lagi, para wakil rakyat ini datang dengan proposal jelas dan mencoba memecahkan persoalan. Inilah beda Wilders dan VVD. Kami tak hanya mengakui bahaya dari elemen radikal di negeri ini, tapi juga mengusulkan lebih dari 30 jalan keluar konkret. Antara lain pengurangan imigrasi. Warga kami cemas dengan integrasi orang asing di Belanda. Tapi, ketika komposisi sebuah kota berubah drastis, kecemasan kami itu tak lagi mengejutkan.

Apakah sentimen antimuslim di Belanda muncul sebagai reaksi atas eksklusivitas kaum muslim, atau ketakutan kepada orang asing?

Wilders mencoba membuat kami percaya bahwa semua muslim merupakan ancaman bagi masyarakat Belanda. Padahal masyarakat Belanda tidak antimuslim. Inilah, seperti saya katakan tadi, suatu problem serius tentang elemen radikal dalam masyarakat kami. Kebanyakan aksi kriminal di lingkungan kami adalah aksi yang dilakukan anak muda dari beragam latar belakang. Kriminalitas ini kadang diilhami oleh radikalisme, agama, dan dilakukan atas nama Tuhan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus