Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sembilan santri di hadapan Nissa Wargadipura duduk lesehan, membentuk lingkaran, di dalam saung tempat mereka biasa mengaji. Pandangan mata mereka tertuju pada pendiri Pesantren Ath Thaariq yang sedang menerangkan keanekaragaman tanaman obat itu. "Ini namanya apa? Bisa digunakan untuk apa saja?" Nissa bertanya sembari menaruh akar dan daun yang sudah dikeringkan dari kantong plastik ke mangkuk-mangkuk kecil.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo