Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Memahami Usia yang Tepat Anak Mulai Berpuasa

Pada usia berapakah anak sudah siap dan mampu berpuasa secara fisik dan psikologis? Berikut penjelasan psikolog.

26 Mei 2018 | 10.55 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Anak yang bertambah besar mulai ingin berpuasa. Melihat orang tua sahur dan berbuka puasa di bulan Ramadan, anak pun mulai ingin tahu. Kapan waktu yang tepat mengajarkan anak tentang ibadah puasa?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut psikolog keluarga Ajeng Raviando, orang tua bisa memperkenalkan ibadah puasa kepada anak sejak berusia 4 tahun. Di usia ini, anak cenderung mengamati kebiasaan orang tua.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Di usia balita, rasa ingin tahu anak sangat tinggi, kemampuan berbicara anak juga meningkat. Anak biasanya hobi bertanya, misalnya ketika melihat orang tua tidak makan di bulan Ramadan. Ini menjadi kesempatan orang tua memperkenalkan kebiasaan berpuasa kepada anak," kata psikolog dari Teman Hati Konseling ini.

Ajeng menganjurkan para orang tua sebatas memberi edukasi tentang rutinitas berpuasa, belum mendorong anak ikut berpuasa karena di usia balita, anak belum siap secara psikologis.

"Secara fisik, tubuh anak belum bisa beradaptasi. Dari sisi psikologis, pemahaman konseptual balita belum berkembang sehingga anak belum bisa memahami sepenuhnya makna puasa," ucap Ajeng.

Namun Ajeng mengembalikan keputusan ini kepada orang tua masing-masing. "Ada TK yang sudah mengajari anak berpuasa, yang berarti ada dukungan dari pihak sekolah. Semua kembali lagi pada keputusan orang tua anak," katanya.

Masuk SD, anak bisa ikut berpuasa. Di tahap usia ini, pemahaman konseptual anak telah berkembang. Orang tua bisa mulai mengajak anak ikut sahur.

"Misalnya anak biasanya sarapan jam 7 pagi dan makan siang jam 12. Di bulan puasa, anak bisa ikut sahur, lalu mulai makan lagi jam 9. Jeda waktu makannya sama-sama 5 jam, jadi anak tidak kaget dengan perubahan jadwal makan yang terjadi," ucap Ajeng.

Cara ini akan membuat anak paham dan mampu menyesuaikan perubahan jadwal makan ketika berpuasa. Secara bertahap, waktu berpuasa anak bisa ditambah karena secara agama anak belum wajib berpuasa hingga akil balig, orang tua sebaiknya membuat target yang realistis.

Ada yang mengajak anak berpuasa setengah hari. Ada pula yang mengizinkan anak minum asalkan tetap menahan lapar karena anak lebih sulit menahan haus. Saran Ajeng, semua peraturan disesuaikan dengan kemampuan anak. 

"Orang tua harus peka dan bisa menerima kondisi anak. Jangan langsung memaksakan anak berpuasa hingga Magrib. Atau misalnya anak tampak lemas tapi bersikeras berpuasa, orang tua bisa memberi pengertian agar anak tidak memaksakan. Ingatkan kepada anak kalau dipaksakan, nanti malah sakit dan ujungnya tidak bisa berpuasa juga," tuturnya.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus