BATAVIA jang dibangun diatas bekas runtuhan Djajakarta oleh Jan
Pieterzoon Coen adalah usaha membuat sebuah tiruan kota Belanda.
Rantjangan kota ini fungsionil sederhana dengan djaringan djalan
dan terusan jang lurus-lurus. Bahkan aliran sungai Tjiliwung
jang berkelok-kelok diluruskan. Dari sudut tata kota letak Balai
Kota (Stadshuis) ada pada titik jang menguntungkam bangunan itu
ditempatkan dalam sebuah garis lurus dengan Benteng Kastel)
dengan dihubungkan oleh Sungai Tjiliwung. Keduanja merupakan
bangunan terpenting di Batavia masa itu.
Kasteel
Untuk meniadakan hiruk-pikuk lalulintas, (betapa ketjilnjapun
di- bandingkan dengan masa kini) Balai Kota tak ditempatkan
tepat pada pertemuan dua poros djalan jang menjilang,
Nieuwpoortstruat (kini Pintu Besar) dan terusan Leenwinnegracht
jang menghubungkan bagian kota sebelah Timur dengan jang Barat.
Suatu djalan lain jang diletakkan dengan baik dimaksudkan
sebagai daerah perumahan utama (Tijgersgraeht), sedangkan Pintu
Besar adalah djalan perniagaan dengan deretan toko-toko.
Semuanja serba teratur dan pada tempatnja. Terusan miring jang
digali disebelah Timur lebih merupakan garis pertahanan daripada
bagian tatakota. Jang agak diabaikan nampaknja bagian Selatan.
Pada peta Clemente Jonghe jang dibuat tahun 1650 ternjata ada
perubahan-perubahan besar dalam tata kota. Terusan miring
disebelah Timur kota dikeringkan dan digantikan dengan sebuah
terusan jang berdjalan sedjadjar dengan Tjiliwung. Bagian kota
sebelah Selatan dipisahkan dengan kota sebenarbja disebelah
Barat batas-batas dahulu telah diperluas pula. Jang menarik
adalah perentjanaan djalan-djalan jang sangat beraturan.
Semua rentjana kota Belanda itu mempunjai tjiri-tjiri chas jang
sama: rayon kota jang dilingkungi terusan-terusan dan suatu
tembok keliling. Di Amsterdam ini terdiri dari sungai Amstel
dengan djalan Damrak di Batavia Tjiliwung jang diluruskan
alirannja dengan djalan-djalan lebar pada kedua tepinja.
Perniagaan jang berkembang sepandjang sungai dapat ditampung
sebagaimana mestinja, sedangkan Prinsentraat, daerah
pemerinta-hannja, agak ditempatkan di latar-belakang. Diseberang
Kasteel terdapat bengkel-bengkel dan gudang-gudang perbekalan.
Di jaman modern kita akan menjebutnja sebagai daerah industri.
Perdagangan dipusatkan di Kali Besar dan djalan-djalan
terpenting untuk perdagangan ketjil dan keradjinan adalah
Utrechtschestraat dan Pintu Besar, daerah tempat tinggal
disepandjang parit-parit jang digali pada djurusan Utara Selatan
Bagian Timur kota dimaksudkan untuk penampungan tenaga-tenaga
kerdja kasar.
Spinhuis
Penulis-penulis Belanda seringkali membandingkan tatakota
Djakarta. Lama dengan Amsterdam. Pintu Besar Utara dapat
disedjadjarkan dengan Kalverstrat Oude. Dan Nicuwe Cracht pada
kedua tepi sungai Amstel dapat disamakan dengan Roa Malaka
dengan Spinhuis dan Tijgersgracht di Betawi Lama. Namun dengan
sistim djalan-djalan jang bersilang siku-siku dan sangat
beraturan. Djakarta memperlihatkan sifat-sifat jang lain sekali.
Sifat teratur dalam tatakota ini bermotifkan efisiensi. Suatu
djalan jang lurus memudahkan pengaturan lalu lintas daripada
jang sempit berkelok-kelok .
Got
Tiap djalan diberi wadjah jang sesuai dengan sifatnja. Kali
Besar dengan kantor dagang besar-besar dan hiruk-pikuk
perdagangan, daerah kediaman disepandjang terusan-terusan
bersifat tenang, sedangkan Pintu Besar dan Utrechtschcstraat-pun
memperliohatkan tjiri-tjiri daerah pertokoan. Tak adanja terusan
dikedua djalan itu memudahkan lalulintas antarrumah
seberang-menjeberang djalannya kurang lebar dibandingkan dengan
didaerah perumahan, sebab toko-toko harus ditempatkan sedekat
mungkin dengan arus lalulintas. Keindahan kota djuga sudah
dipikirkan oleh perentjana-perentjana kota dengan menampakkan
pohon-pohon rindang disepandjang Kali Besar sepandjang
terusan-terusan, terutama penamaman deretan pohon-pohon palma
ditembok kota.
Tetapi usaha orang Belanda membuat tiruan kota Belanda jang
tepat dikawasan beriklim panas membawa akibat-akibat fatal. Apa
jang baik di negeri dingin bisa mendjadi sebaliknja ditanah jang
panas dan lembab ini. Rumah-rumahpun merupakan copy rumah-rumah
Belanda.: bertingkat, sempit, letaknja berhimpit-himpitan.
Djendela-djendela tak pernah dibuka, sinar matahari dicegah
masuk dengan tirai-tirai gelap tebal: orang takut "angin djahat"
jang dianggap membawa penjakit. Got-got makin penuh dengan
endapan lumpur, alirannja meapet dan berbau busuk -- persemaian
ideal bagi njamuk malaria. Sjarat-sjarat kesehatan diabaikan:
air minum diambil dari sungai jang kotor, orang tahu mandibahkan
mengurung dirinja dalam ruang-ruang sempit sambil mereguk
djenewer jamg katamja penawar segala penjakit.
Kota Batavia jang tadinja dibanggakam dengan djulukan "Ratu
Timur" mendjadi kota terkutuk dengan gelar seram: "Kuburan Orang
Belanda". Usaha membangun sebuah kota Belanda ditanah djadjahan
telah gagal.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini